http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=news&detail=true&id=9155

2009-07-13 
Golkar Dapat Jatah Menteri



[JAKARTA] Kader Partai Golkar diajukan menjadi calon menteri kabinet 2009-2014, 
meskipun tidak masuk dalam koalisi pengusung Susilo Bambang Yudhoyono 
(SBY)-Boediono, dalam pilpres lalu. Peluang masuknya kader Golkar ke kabinet 
terbuka, mengingat posisinya yang strategis untuk memperkuat koalisi Partai 
Demokrat di parlemen.

Sumber SP mengungkapkan, beberapa tokoh Partai Golkar masuk nominasi menteri 
pada kabinet SBY 2009-2014. Hal itu sejalan dengan menguatnya wacana partai 
beringin merapat ke pemerintah. "Dan SBY akan merangkul Golkar untuk bersama 
menjalankan pemerintahan lima tahun ke depan," jelasnya, di Jakarta, Senin 
(13/7).

Sumber tersebut menambahkan, sejumlah nama tokoh Golkar yang dinominasikan 
masuk kabinet, di antaranya Aburizal Bakrie, Theo L Sambuaga, Muladi, Fahmi 
Idris. Sumber lainnya menyebutkan nama fungsionaris Partai Golkar Setya 
Novanto, Paskah Suzetta, Andi Mattalata, dan Yorrys Raweyai, yang berpeluang 
menjadi menteri. "Tidak semua nama itu dipilih menjadi menteri, mungkin hanya 
beberapa," katanya.

Terbukanya peluang kader Golkar direkrut sebagai menteri, diakui Juru Bicara 
Tim Kampanye Nasional SBY-Boediono, Max Sopacua, di Jakarta, Senin (13/7) pagi. 
"Kemungkinan itu ada, bergantung pada situasi dan sikap Golkar ke depan. Apakah 
Golkar mau merapat ke SBY atau mau jadi oposisi?" ujarnya.

Namun, Max memperkirakan, dilihat dari wacana percepatan munas sebelum masa 
pembentukan kabinet, mengindikasikan kuatnya keinginan Golkar merapat ke SBY.

Menanggapi hal tersebut, peneliti senior LIPI, Lili Romli juga yakin peluang 
Golkar merapat ke kubu SBY terkait pembagian kursi kabinet, cukup tinggi. 
"Sejauh ini, saya melihat Partai Demokrat juga membuka peluang mengajak 
bergabungnya Partai Golkar. Sebagai pemenang, Partai Demokrat tetap membutuhkan 
kekuatan, dan Golkar masih dianggap satu garis haluannya," katanya.

Peluang bergabung Golkar ke kubu SBY, sambung Lili, juga amat ditentukan 
gencarnya penggulingan kepemimpinan JK dari posisi ketua umum Golkar. 
"Bergantung pada siapa yang memimpin Golkar pasca-JK," ungkapnya.

Lili menambahkan, jika kepemimpinan Golkar beralih ke kelompok Aburizal Bakrie, 
90 persen bakal merapat ke kubu SBY. Sebaliknya, jika kepemimpinan diraih Surya 
Paloh, komitmen menjadi oposisi masih kuat. "Namun, kader-kader Golkar 
memperlihatkan keinginan untuk merapat ke kubu pemerintahan," jelasnya.

Senada dengan itu, pengamat politik Syamsudin Haris juga ragu Golkar siap 
beroposisi. 


Sri Mulyani

Terkait pembentukan kabinet, pakar politik dari Universitas Indonesia, Andrinof 
Chaniago mendorong SBY-Boediono mengutamakan figur yang kompeten dan 
nonpartisan. "Ini untuk menata pemerintahan ke depan yang bisa bebas dari 
kepentingan politik partai," jelasnya.

Namun, karena SBY menjadi capres atas dukungan koalisi parpol, maka menteri 
yang mewakili orang partai juga tetap harus ada. 

Terkait hal tersebut, Sekjen DPP Partai Demokrat Marzuki Alie menegaskan, 
partainya sebagai ujung tombak koalisi pengusung SBY-Boediono tidak terlalu 
mempersoalkan latar belakang politik calon menteri pada kabinet 2009-2014. 
Penentuan menteri akan didasarkan pada kompetensi, kualifikasi, dan kapasitas 
calon bersangkutan.

Menurutnya, orang parpol tak semua berkualifikasi jelek. Sebab, kader parpol 
juga dibutuhkan dalam kabinet, sebab bisa menjembatani komunikasi politik 
antara pemerintah (presiden) dan DPR. 

Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Achmad Mubarok dan Max Sopacua menambahkan, 
komposisi kabinet ke depan kemungkinan besar akan lebih banyak direkrut dari 
kalangan profesional. "Orang parpol juga ada, tetapi yang profesional," kata 
Mubarok.

Sedangkan, Max memperkirakan, Sri Mulyani Indrawati dan Mari Elka Pangestu. 
"Kalau dilihat dari rekam jejaknya, Sri Mulyani cakap dalam memimpin Depkeu 
sehingga layak dipertahankan. Begitu pula Mari Pangestu di Depdag," ucapnya.

Lili Romli juga menilai, dengan kemenangan 60 persen dukungan suara, tidak ada 
alasan SBY ragu-ragu menunjuk kalangan profesional sebagai menteri, untuk pos 
strategis, seperti menkeu, mendag, mendagri, menlu, dan mendiknas. 

Pandangan berbeda dinyatakan Syamsudin Haris, bahwa kabinet mendatang akan 
tetap didominasi kader parpol, karena kekhawatiran SBY terkait kekuatan koalisi 
di parlemen. Menurutnya, watak SBY yang tidak percaya diri dengan legitimasi 
yang sangat kuat dari rakyat, seharusnya ditinggalkan dan berani memformat 
kabinet profesional. [J-11/R-15/ LOV/C-4/143]


Kirim email ke