Di bawah ini catatan pribadi seorang pemred yang hadir di tempat JK saat
beliau menerima telepon SBY. Komentar saya: 1) JK polos banget,
ditelepon
SBY malah keluar dari ruangan yang dipenuhi para petinggi media dan
malah
sembunyi di ruang khususnya. 2) Ternyata banyak petinggi media yang
bersimpati dan memberi empati kepada JK.

ss
Sirikit Syah <sirikitsyah@ yahoo.com>

Mbak Sirikit yang baik,
Kamis (9/7) malam saya termasuk salah satu diantara pemred2 dan
wartawan2
senior yang diundang bertemu pak JK. Sebagaimana biasanya, pak JK memang
sangat sering mengundang Pemred2 untuk sekedar makan malam, sambil
berdiskusi tentang berbagai hal. Acara semacam ini memang tergolong
rutin.
Kami para Pemred senang diundang dalam setiap pak JK hendak
mendiskusikan
segala hal yang berkembang. Pak JK selalu terbuka memberi informasi
apapun,
berkaitan dengan berbagai isu yang berkembang menyangkut kebijakan yang
berkembang. Mulai dari misalnya kebijakan ekonomi, kenaikan BBM,
konversi
minyak gas, hingga hal-hal yang untuk background yang sifatnya off the
record.

Apalagi hidangan di tempat pak JK selalu saja nikmat Yang paling sering
ikan bakar atau sup telur ikan terbang, pisang hijau palu butung.
Makanan
khas Makkasar kombinasi dengan masakan Padang. Maklum ibu Mufida, isteri
pak JK yang pintar masak itu asalnya dari Padang..

Kamis malam itu, pertemuannya terasa agak berbeda. Sejak di depan pintu
penjagaan, kami sudah disorot kamera TV One, saya sempat terkejut karena
bahkan saat menulis namapun disclose up. Saya merasa agak merasa
terganggu

"Ada apa sih, kok begitunya. Kita disorot-sorot kayak gitu?"
Tanya saya ke
kamerawan TVONe. "Anu mbak..kita disuruh kantor mengambil gambar
semua
pemred yang masuk ke sini.", jawabnya agak takut, seraya kemudian
mematikan
kamera. Lalu sya menuju ruang tunggu di sana ada Rikard Bagun (Pemred
Kompas), Budiarto Sambazi (Wartawan senior Kompas, yang pernah jadi
model
klip kampanye JK), ibu Clara (Pengamat Politik senior?) , Pak Ishadi
(Transcorp), Endi Bayuni (Pemred Jakarta Pos), dan beberapa wartawan
senior
lainnya, seperti Agus Parengkuan, Fikri Jufri hingga pak Rosihan Anwar
yang
sepuh itu, datang bergabung, juga beberapa Pemred media lainnya. Tapi
dibanding pertemuan-pertemuan biasanya, kali ini jumlah wartawan senior
yang
hadir cukup sedikit. Beberapa Pemred yang biasanya rajin, kali ini tidak
hadir,.

Uni Lubis (Wapemred Anteve) mondar-mandir dari ruang tunggu ke ruang pak
JK.
Uni adalah koordinator acara, dia mengabsen satu-satu kami yang hadir.
Tidak
lama kemudian kami semua diminta masuk ke ruang pertemuan. Belum lama
kita
duduk, pak JK masuk dengan wajah yang seperti biasanya ceria, didampingi
tim
suksesnya, Yudi Chrisnandi, Sumarsono, Aksa Mahmud, Poemida, Sofyan
Wanandi,
Syamsul Maarif. Kami semua bersalaman dengan pak JK , sambil kemudian
mempersilakan kami makan. Wah kali ini menunya lumayan enak. Ada ikan
bakar,
teri goreng sambal hijau, rawon ( yang ini kayaknya gak nyambung),
kepiting
kenari bumbu lada hitam dan tumis sayuran.. Belum lama menikmati
makanan,
pak Wiranto datang, kali ini sendirian tanpa orang-orang Hanura.

Usai makan, pertemuan dimulai dengan pernyataan pak JK tentang ucapan
terima
kasih kepada para pemred yang hadir.. Uni sempat menyela, "Ada
beberapa
Pemred yang kayaknya gak berani hadir…", disambut ketawa dari semua
yang
hadir. Baru saja pak JK meneruskan kalimatnya, tiba-tiba ajudan dating
tergopoh-gopoh sambil menyodorkan HP e pak JK , " Maaf
bapak,…dari Bapak
Presiden". Lantas pak JK pun bergegas menuju ruangan pribadinya,
berbicara
di telpon dengan SBY.

Saat itu kami yang masih bertanya-tanya tiba-tiba, di layar Metro TV
menayangkan Live, SBY sedang bertelpon dengan JK. SBY berkata pada Jk
panjang lebar dengan wajah yang sumringah. Sesaat kita semua sempat
kaget,

"… wah kok ternyata telponnya disetting kayak gitu yah….?

Usai terima telpon, JK muncul dengan ketawa-ketawa. Saat ditanyta
tentang
apa yang dikatakannya pada SBY… "Oh, saya hanya jawab. baik…
baik pak,
tetapi saya akan di kampung ," jawab JK, disambut tawa semua yang
hadir.
Menurut JK sejak siang ia memang sudah berusaha menghubungi SBY,
sehubungan
dengan undangan Rapat Kabinet yang akan digelar Selasa pekan depan via
telpon tetapi tidak diangkat. Sambil memang hendak mengucapkan ucapan
selamat sementara atas hasil Quick Count, dalam kapasitasnya sebagai
Wapres.

Tetapi baru malam itulah SBY menelpon JK., dibuka dengan pembicaraan
basa-basi lalu SBY minta izin bahwa pembicaraan ini diliput pers. JK pun
tidak bisa berkata lain, " silahkan saja…….", jawabnya.

Lalu pertemuan malam itu akhirnya dilanjutkan, diawali dengan pernyataan
JK
yang sama sekali tidak menyangka bahwa hasil Pemilu seperti ini.
Kekecewaan
nampak di wajah pak JK, meski dicobanya untuk dikaburkan dengan senyum
khasnya. "Bisa kita rasakan, ada sesuatu yang tidak beres, tetapi
apa itu
kami tidak tahu. Untuk itu maka akan coba kita cari tahu. Kami sama
sekali
tidak menyangka suara yang kami dapat sekecil ini ,"kata JK.

"Kami sudah habis-habisan bekerja, siang malam. Bahkan pak JK ini
setiap
hari bisa hadiri di lebih dari 10 titik. Di setiap kunujungan sambutan
masyarakat begitu antusias, sambung Wiranto yang juga tidak menyangka
perolehan suara mereka serendah itu.

Dalam sesi tanya jawab, sebagian menanyakan tentang bagaimana sikap pak
JK
selanjutnya, ia menyatakan "Saya masih akan meneruskan pekerjaan
saya
sebagai Wapres, mengusut berbagai kasus pelanggaran Pemilu, setelah itu
pulang kampung…". Tanya jawab berlangsung begitu mangharukan. Rikar
Bagun,
pak Rosihan Anwar malah agak larut dalam keharuan. Betapa selama ini
jarang
ada seorang pemimpin begitu egaliter seperti JK. " JK bahkan selalu
bersedia melayani pertanyaan di manapun berada. Bahkan seorang JK tak
segan-segan menerima telpon2 dari kami termask juga membalas sms-sms
kami",
kata Rikard Bagun. "Dalam sejarah setelah Adam Malik, baru JK yang
melakukan
hal itu. Tidak peduli dengan birokrasi, kepada para wartawan sangat
dekat
dan akrab, seperti dengan sahabatnya", tambah Rosihan.

JK lalu menunjukkan tumpukan dokumen berwarna kuning, yang ternyata
berisi
semua minutes of meeting seluruh rapat yang dipimpinnya , dari tahun
2004
hingga 2009. Di situ JK menunjukkan bukti bahwa sebagian besar keputusan
pemerintah, ternyata tak lepas dari kerja keras dan keputusan JK.
"Hampir
semua kebijakan pemerintah dirapatkan oleh para menteri di bawah
koordinasi
saya, dimatangkan dan diputuskan di sini (Kantor Wapres-red)", kata
JK.

Mulai dari kebijakan yang strategis seperti pemberian BLT sebagai
subsidi
kenaikan BBM, kenaikan harga BBM, penurunan harga BBM, kenaikan gaji
pegawai
negeri, pembagian raskin, rencana Pembangunan Listrik 10 ribu Megawatt,
Penetapan status Bencana Nasional pada Tsunami Aceh, Gempa Yogyakarta,
hingga penetapan hari libur Ramadhan-pun dilakukan olehnya JK, sebelum
kemudian tinggal dibuatkan Kepres dan tinggal diteken oleh Presiden.
"Kan
tidak ada Kepwapres, yang ada hanya Kepres, maka saya tidak bisa tanda
tangan", demikian kata JK dalam berbagai kesempatan.

Itulah dokumen, sebagai kenang-kenangan pak JK dan bukti, apa yang
dikerjakan selama ini oleh seorang JK. Sebagai Wapres JK adalah Wapres
plus.
Kalau biasanya Wapres-wapres sebelumnya adalah sekadar ban serep, tetapi
JK,
bisa diibaratkan seorang CEO dalam sebuah perusahaan yang justru
menyelesaikan seluruh permasalahan yang ada di pemerintahan. Maka tak
heran
kalau Mantan Ketua Muhammadiyah Syafi'I Maarif menjuluki JK sebagai
"The
Real Presiden". Bahkan saat penunjukkan personil kabinet, sejak
pasangan
SBY-JK terpilih pada 2004 lalu, JK memutuskan lebih dari 70 persen dari
menteri-menteri yang dipilih.."Ada 3 menteri yang tidak boleh
diberikan ke
partai, Menteri Keuangan, Meneg BUMN dan ESDM", kata JK.

Namun banyak orang yang tak mengetahui yang dikerjakan JK selama ini.
Dan
celakanya, ketika JK menyatakan bahwa dialah yang mengerjakan semua itu,
sebagian besar orang mencibirnya "Tak sopan seorang Wapres kok
mengklaim
keberhasilan pemerintah. Kan itu semua karena putusan Presiden",
sebagaimana
yang dinyatakan para pendukung SBY.

Reply via email to