Capres Yang Pernah Kalah Tak Boleh Dicalonkan Lagi !!! Sebenarnya tidak ada ketentuan bahwa seorang capres yang pernah kalah dalam sebuah pemilu tidak boleh dicalonkan lagi, tetapi di Amerika karena penentuan seorang capres itu berasal dari pemilihan dalam partai masing2, maka hampir dipastikan capres yang kalah itu tidak akan dipasang lagi karena memberi kesempatan pemimpin2 yang lain yang belum pernah menjadi capres. Hal ini terkait tentunya dari pilihan anggauta2 partai itu sendiri, apalagi biaya mengusung seorang capres juga tidaklah murah sehingga sekali gagal maka partai itu harus menanggung semua biaya kegagalan itu yang begitu besar.
Namun, Amerika memang sudah memiliki pengalaman yang ratusan tahun, seharusnya partai2 politik di Indonesia mempelajari pengalaman negara lain seperti Amerika ini. Kenyataannya, apa yang dilakukan PDIP ini memang boleh dikatakan tolol dan ceroboh karena memaksakan mengusung Megawati sama halnya memaksakan kekalahan. Padahal para pemimpin di PDIP tidak semuanya bisa dianggap bodoh, terbukti lebih banyak pemimpin dalam PDIP yang tidak setuju pencalonan kembali Megawati, dan karena pendapat mereka tidak didengarkan akibat dominasi kekuasaan Megawati sebagai ketua partainya, maka hampir semua pemimpin senior di PDIP rame2 mengundurkan diri dan pindah kepartai lainnya yang mengusung pencalonan SBY. Jelas, akibat pukulan yang hebat ini, kemungkinan PDIP shock berat yang menyebabkan partai ini bukan saja tidak mencalonkan lagi tetapi malah jadi bubar disebabkan pertikaian menghebat didalam tubuh partai akibat kegagalan ini. Memang memalukan, saat2 akhir PDIP terpaksa harus berkoalisi dengan Gerindra dan celakanya, pihak Gerindra dan hampir semua anggauta PDIP justru mendesak agar capresnya ini adalah Prabowo dari Gerindra karena pasarannya lebih tinggi dari Megawati. Tetapi karena kedudukan Megawati yang dominan sebagai ketua, dia bisa berkeras menolak penggeseran dirinya. Akhirnya Prabowo cuma jadi cawapres, dan hasilnya Megawati kalah mutlak untuk ketiga kalinya. Kesimpulannya, untuk 2014 meskipun PDIP mencari capres lainnya tetap akan kesulitan untuk memenangkan pemilu yad akibat pertikaian yang parah didalam partai yang disebabkan kekalahan baru2 ini. Kalopun ada rencana untuk mengusung Puan yang adalah puteri Megawati tentunya hanya mengulangi pertikaian yang sama. Keluarga Megawati tidak bisa digunakan lagi untuk menggantikan simbol bapaknya. Tetapi sebagai ketua PDIP, tetap saja Megawati bisa memaksakan pencalonan puterinya ini, namun perpecahan makin hebat yang memastikan partai ini akan bubar sendirinya dan pindah ke Gerindra untuk mendukung Prabowo dalam periode 2014. Kalopun nantinya Prabowo akan menggandeng Puan sebagai cawapres-nya, maka kemungkinan menangnyapun akan menjadi menurun drastis karena mayoritas masyarakat pemilih di Indonesia sekarang ini sangat membenci praktek2 kolusi, kronisasi, maupun nepotisme dimana satu keluarga turun temurun mewariskan jabatan seperti halnya kerajaan. Kalo Prabowo sebagai pewaris kerajaan Suharto kemudian bergandengan dengan pewaris kerajaan Sukarno, maka mereka berdua kiranya cuma diludahin masyarakat RI bukan mendukungnya. Dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berita yang lebih terbuka, maka pengaruh masyarakat pemilih akan berkembang lebih cerdas dengan lebih cepat dan hal ini akan menutup kemungkinan2 praktek KKN bisa bertahan apalagi berkembang. Ny. Muslim binti Muskitawati.