http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009091606101756
Rabu, 16 September 2009 NUANSA: Pasar Murah (Bukan) untuk Si Miskin SEKETIKA, masyarakat Bandar Lampung tumpah ruwah ke Lapangan Enggal, demi mendapatkan sembako murah. Bahkan, seorang warga harus tidak sadarkan diri karena berdesak-desakan. Alhasil, dua ton gula pasir yang dijual di pasar murah yang digelar Pemkot Bandar Lampung ludes dalam waktu beberapa jam saja. Kedatangan warga ke pasar murah memang sangat beralasan. Untuk membeli satu kilogram gula pasir seharga Rp7.500, mereka harus menunggu berjam-jam, sebelum pasar murah digelar. Sebab, harga gula pasir di pasaran mencapai Rp10.500/kilogram. "Betapa masyarakat mendambakan sembako murah. Tapi, sembako murah hanya ada pada janji seorang pemimpin saat akan mencalonkan diri," kata istri saya. Semua calon pemimpin di kabupaten/kota, provinsi, bahkan calon presiden, selalu menjual janji akan memberikan sembako murah dan terjangkau. Setelah terpilih, harga sembako seperti mengejar momentum untuk terus melambung. Sekalipun ada pasar murah atau operasi pasar, sifatnya hanya insidental dan dilakukan hanya dalam waktu satu atau dua hari. Itu pun belum mampu menyentuh semua elemen masyarakat, terutama warga miskin. Sebab, bisa jadi, yang membeli dan memborong sembako murah, mereka yang berkantong tebal. "Kalau orang miskin, paling banyak membeli dua sampai tiga kilogram gula pasir," ujar istri saya lagi. Mungkin juga. Sebab, saya melihat, saat pasar murah digelar, seorang ibu membeli sampai 10 kilogram gula, minyak goreng 10 liter, terigu satu karung ukuran 25 kilogram. "Apa mungkin orang miskin mampu membeli sembako sebanyak itu," kata tetangga, ikut menimpali. *** Saat berbuka puasa bersama, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bandar Lampung Hj. Nurpuri Eddy Sutrisno mengusulkan agar pasar murah digelar di Lapangan Enggal, dari rencana di halaman kantor wali kota. Menurut dia, kalau pasar murah digelar di halaman kantor pemkot, maka yang membeli hanyalah pegawai negeri sipil (PNS). Sementara, warga lainnya, akan merasa sungkan masuk ke halaman kantor wali kota. Saya pun memaklumi usulan tersebut. Mengingat, pasar murah yang akan digelar memiliki tujuan utama membantu warga kurang mampu mendapatkan sembako murah. Alhasil, usulan itu disetujui. Dan, benar, warga pun tumpah ruwah di Lapangan Enggal. "Usulan itu benar. Karena, yang akan membeli sembako bukan anggota Dewan," kata teman saya. Dipikir-pikir benar juga. Yang diharapkan membeli sembako bukan anggota Dewan. Anggota Dewan itu enak, belum bekerja sudah mendapatkan gaji belasan sampai puluhan juta rupiah. Uang itu sangat cukup untuk persiapan Lebaran keluarganya. Sementara, warga miskin kota, harus berjibaku dengan peluh, untuk mendapatkan rupiah demi rupiah. Setelah uang terkumpul, warga miskin masih harus menunggu adanya perhelatan sembako murah. Setelah ada pasar murah, lagi-lagi, si miskin harus bertarung untuk mendapatkannya. Sebab, banyak orang kaya mengupah abang becak untuk mendapatkan beberapa karung gula, beberapa puluh kilogram gula pasir, puluhan liter minyak goreng. Tinggallah si miskin, gigit jari, uang yang terkumpul, hanya mampu membeli 2 kilogram gula pasir dan 2 kilogram beras, untuk makan esok hari. Subhanallah. n LUKMAN HAKIM
<<bening.gif>>