Refleksi:  Agaknya Top cs dipensiunkan karena sudah tidak ada gunanya lagi. 
Mereka dipensiunkan dengan hadiah  hukuman dimatikan. Kalau "lebih" serius 
untuk mengeliminasi  terorisme, tentu pelaku teror perlu ditangkap hidup-hidup 
agar supaya jaringannya bisa diketahui. 

Top cs  bukan  berada di lapangan terbuka, tetapi dalam rumah. Kalau dalam 
rumah atau ruangan tertutup, bisa ditunggu pasti akan keluar dan ditangkap atau 
kalau mau leih cepat ditangkap bisa pakai granat gas airmata,  simsalabim 
abakadabra dapat ditangkap hidup-hidup. Tetapi, rupanya jalan ceritanya harus 
dimatikan agar rahasia jaringan tidak dibongkar.

http://www.antaranews.com/berita/1253183363/polri-pastikan-noordin-m-top-tewas

Polri Pastikan Noordin M Top Tewas
Kamis, 17 September 2009 17:29 WIB | Peristiwa | Hukum/Kriminal | 

Kapolri Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri menunjukkan foto dari tersangka 
teroris Bagus Budi Pranoto alias Urwah yang tewas dalam penyergapan oleh 
Satgasus Densus 88 Polri saat memberikan keterangan pers di Mabes Polri, 
Jakarta, Kamis (17/9). Polri b (ANTARA/Widodo S. Jusuf)

Jakarta (ANTARA News) - Kepala Kepolisian RI (Polri) Jenderal Polisi Bambang 
Hendarso Danuri memastikan Noordin M Top, buronan berbagai kasus terorisme yang 
sudah sembilan tahun diburu, tewas dalam penangkapan di Kampung Kepuhsari, 
Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Jawa Tengah pada Kamis.

Kapolri mengatakan hal itu saat memberikan keterangan pers di Markas Besar 
Polri pada Kamis sore didampingi Wakapolri Komjen Pol. Makbul Padmanegara, 
Deputi Operasi Irjen Pol. SY Wenas dan para petinggi Polri lainnya.

Menurut Kapolri, kepastian bahwa salah satu jenazah yang tewas dalam 
penangkapan tersebut adalah Noordin diperoleh setelah polisi melihat kecocokan 
antara data sidik jari Noordin yang dimiliki Polri dengan sidik jari salah satu 
jenazah.

"Sidik jari Noordin diperoleh dari Kepolisian Diraja Malaysia dicocokan dengan 
sidik jari jenazah dan ternyata ada 14 titik kesamaan baik jari kanan maupun 
kiri," katanya.

Penentuan identifikasi jenazah dengan sidik jari itu, katanya, sudah bisa 
dipertanggungjawabkan secara yuridis formal.

"Hasil identifikasi menunjukkan dia adalah Noordin M Top, buronan sembilan 
tahun yang merupakan target utama selama ini," ujarnya.

Kendati identifikasi dengan pencocokan sidik jari telah valid namun Polri tetap 
melakukan uji DNA (Deoxiribonucleic Acid) yang hasilnya diketahui dalam waktu 
20 jam.

Kapolri menjelaskan pula bahwa selain menembak mati Noordin, dalam insiden 
penangkapan itu polisi juga menembak mati tiga tersangka lain yakni Bagus Budi 
Pranoto alias Urwah, Hadi Susilo dan Aryo Sudarso alias Aji.

Agus adalah residivis dalam kasus pemboman gedung Kedutaan Besar Australia 
tahun 2004 yang divonis tujuh tahun penjara namun hanya menjalani hukuman 
selama empat tahun karena dibebaskan secara bersyarat setelah mendapat remisi.

Agus, yang juga diduga meracik bom yang meledak di Hotel JW Marriott dan Ritz 
Carlton, lolos dalam penangkapan polisi di Solo pada 16 Agustus 2008.

Dia juga merencanakan ledakan bom yang telah dipersiapkan di Jati Asih, Bekasi, 
namun terbongkar polisi pada 16 Agustus 2008.

Sedangkan Hadi Susilo adalah orang yang menyewa rumah dan diduga ikut 
menyediakan tempat persembunyian bagi Noordin M Top.

Aryo Sudarso alias Aji adalah perakit bom yang juga terlibat dalam jaringan 
terorisme adalah sebagai penyedia bahan peledak dan menyembunyikan buronan.

Istri Hadi Susilo yang bernama Munawaroh terluka dalam insiden penembakan itu 
karena posisinya sangat dekat dengan tersangka lain.

Kapolri menjelaskan, Munawaroh yang tengah hamil kini dirawat di Rumah Sakit 
Polri Kramat Jati karena tertembak di kaki.

Menurut Kapolri, Munawaroh sudah berulangkali diminta keluar dari rumah namun 
tidak mengindahkan peringatan aparat sehingga akhirnya terkena peluru saat ada 
insiden penembakan oleh aparat kepolisian.

Kapolri menjelaskan pula bahwa polisi juga menangkap dua tersangka teroris lain 
yakni Rahmat Puji Prabowo alias Bejo dan Supono alias Kedu di Pasar Gading, 
Solo, sekitar lima jam sebelum penangkapan di Mojosongo.

Menurut Kapolri, penangkapan Bejo dan Kedu menjadi petunjuk keberadaan Noordin 
M Top dan kawan-kawannya di salah satu rumah di Kepuhsari, Mojosongo.

Pada Rabu (16/9) pukul 23.30 WIB, polisi telah mengepung rumah yang menjadi 
tempat persembunyian Noordin dan kawan-kawan sambil mengevakuasi warga yang 
tinggal berdekatan dengan rumah tersebut.

Sekitar pukul 24.00 WIB, polisi mendobrak pintu rumah persembunyian namun 
disambut dengan rentetan tembakan sehingga polisi mundur namun tetap mengepung 
rumah itu.

Sejumlah upaya untuk mendorong mereka menyerahkan diri dilakukan namun tak 
berhasil, malah dibalas tembakan dari dalam rumah. 

Hingga menjelang subuh kontak tembak masih terjadi dan para tersangka termasuk 
Noordin terpojok di salah satu kamar mandi sehingga polisi kemudian menjebol 
kamar mandi dan melumpuhkan Noordin dan kawan-kawan dengan tembakan.

Kapolri mengatakan, di dalam rumah itu polisi menemukan 200 kilogram bahan 
peledak, senjata laras panjang jenis M16 lengkap dengan amunisi dan berbagai 
dokumen.

Polisi juga menemukan satu bom tangan yang telah aktif dan satu granat yang 
sudah ditarik pelatuknya namun granat dan bom itu telah dihancurkan karena 
sangat berbahaya jika disita dalam bentuk utuh.

Kapolri menegaskan, Noordin, sebagaimana rekannya Doktor Azahari yang tewas 
tertembak di Malang tahun 2005, selalu menggunakan senjata api jenis Bareta 
penuh peluru.

Menurut dia, selanjutnya Polri akan bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri, 
Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia dan KBRI di Malaysia untuk memulangkan 
jenazah Noordin kepada keluarga.(*)

<<kapolri170909-2.jpg>>

Kirim email ke