Proyek Panas Bumi Rp 2,5 T Bermasalah 

Digarap Bakrie Group, Diprotes 
Warga




SURABAYA – Pemprov Jawa Timur diam-diam bakal membangun proyek 
panas bumi dengan nilai yang ditaksir Rp 2,5 triliun di telaga Ngebel Ponorogo 
dan Kawasan Ijen Bondowoso. Proyek prestisius yang menggunakan dana APBN itu 
diprotes warga setempat.

Kemarin sejumlah warga yang dipimpin Husni 
Ismail dari Ponorogo melaporkan masalah ini ke DPRD Jawa Timur. Mereka kuatir 
akan terjadi kegagalan pengeboran seperti pengeboran di Porong Sidoarjo. 
Apalagi 
mereka mendengar proses lelang proyek itu selesai hari ini (Senin, 26/10). 
“Selama ini kami tidak pernah disosialisasikan akan ada pengeboran tenaga panas 
bumi di tempat kami,” kata Husni, kemarin (25/10).

Husni yang rumahnya 
berjarak 1,5 kilometer dari lokasi pengeboran tahu ada proyek tersebut setelah 
melihat sejumlah petugas melakukan survey lokasi akhir-akhir ini. “Kami juga 
mendengar yang mengerjakan proyek ini adalah dari Bakrie Group, yang pernah 
gagal di Sidoarjo,” resahnya.

Proyek pengeboran panas bumi atau 
geothermal itu rencananya digunakan untuk pembangkit listrik di Jawa Timur yang 
terbagi di dua wilayah kerja pertambangan (WKP). Yakni daerah Telaga Ngebel 
(Ponorogo dan Madiun) dengan luas 31.880 hektare dan Blawan – Ijen yang 
melingkupi kawasan Bondowoso, Banyuwangi dan Situbondo seluas 62.620 hektare. 
Proyek itu sendiri dikelola langsung oleh Kementerian ESDM sedangkan di Pemprov 
jatim telah ditunjuk panitia tender yang terdiri dari Dinas ESDM Jatim dan 
Asisten II bidang Perekonomian Chairul Djaelani.

Sementara itu, anggota 
DPRD Jawa Timur dari dapil Ponorogo, Sugiri Sancaka cukup kaget mendengar 
laporan warga tersebut. Setelah dicek ke pemprov Jatim, rupanya 

rencana 
pengeboran panas bumi sudah hampir selesai. “Proyek ini tanpa koordinasi dengan 
DPRD Jatim, kita akan tindak lanjuti laporan ini,” kata Sugiri yang juga 
anggota 
komisi C DPRD Jatim itu. Anehnya lagi yang mau nggarap itu kok Grup Bakrie yang 
pernah gagal. “Jawa Timur ini kan punya PT PJU (Petrogas Jatim Utama), yang 
nantinya bisa menambah PAD Jatim,” tandas politisi Demokrat ini.

Selain 
itu, tersiar kabar bahwa panitia tender Panas Bumi itu melakukan kongkalikong 
dengan calon pemenang tender. Salah satu caranya adalah membuat persyaratan 
menyertakan laporan rugi/laba minimal USD 50 juta. “Nilai itu jelas tidak bisa 
dipenuhi perusahaan sekelas BUMD, ini kan sudah tidak benar,” 
sahutnya.

Hal senada juga dikatakan Agus Maimun dari Fraksi PAN. Laporan 
warga ini akan dilanjutkan dengan memanggil Dinas ESDM dan Chairul Djaelani 
yang 
juga ketua panitia lelang. “Besok (hari ini, red) akan kita surati mereka,” 
jelas anggota komisi D ini.

Sayang, hingga berita ini diturunkan, Chairul 
Djaelani Ketua Panitia Lelang kawasan Panas Bumi di Ngebel dan Ijen belum bisa 
dihubungi. Begitu juga Masruri, Kepala Dinas ESDM Jatim.

Sementara itu, 
Ketua Panitia Lelang kawasan Panas Bumi di Ngebel dan Ijen, Chaerul Jaelani 
mengatakan sosialisasi ke warga bukan kewenangan Pemprov. Melainkan Pemda di 
masing-masing daerah yang masuk kawasan pengeboran. Ia juga membantah sudah 
menyiapkan perusahaan dari Grup Bakrie sebagai pemenang. “Belum ada 
pemenangnya,” kata Chaerul. Peserta lelang untuk proyek di Ngebel diikuti 
sembilan calon investor dan di Ijen ada tujuh investor. “Sekarang ini masih pra 
kualifikasi dari investor dan masih menyaring para peserta lelang, masih lama 
kok,” tandasnya. 

Tentang syarat pernyertaan laporan laba/rugi 50juta USD 
pertahun Chaerul membenarkan. Agar investornya memiliki modal yang 
sungguh-sungguh. Jangan sampai proyek gagal seperti proyek Umbulan dan 
sejenisnya. “Ini kan tender investasi besar. Calon investor harus punya duit 
yang memadai,” pungkasnya. rko

http://www.surabayapagi.com/index.php?p=detilberita&id=37782









      

Reply via email to