http://www.antaranews.com/berita/1257766257/habibie-ungkap-kejengkelannya-pada-kofi-annan


Habibie Ungkap Kejengkelannya pada Kofi Annan
Senin, 9 November 2009 18:30 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | 
Jakarta (ANTARA News) - Mantan Presiden BJ Habibie mengungkapkan kejengkelennya 
kepada mantan Sekjen PBB Kofi Annan yang memicu lepasnya Timor Leste dari 
Indonesia.

"Ini kesalahan Kofi Annan. Saya tidak tahu, dia mengumumkan hasil (jejak 
pendapat -red), dia konferensi pers. Meledaklah di sana," kata Habibie dalam 
Temu Kangen dengan para tokoh pers menyambut Hari Ulang Tahun The Habibie 
Center ke-10 di Jakarta, senin.

Padahal, lanjut dia, pihaknya sebelumnya sudah menyampaikan bahwa pemerintah 
Indonesia telah menyiapkan pengganti TNI yang bertugas disana dengan TNI yang 
netral yakni TNI yang pernah bertugas untuk PBB untuk mengawal jejak pendapat 
itu.

Namun sebelum ia bersama Panglima TNI Jenderal (Purn) Wiranto membawa TNI 
pengganti, ternyata Sekjen PBB itu sudah mengumumkan kepada dunia bahwa jejak 
pendapat dimenangkan pihak prokemerdekaan, meskipun jejak pendapat belum 
selesai, sehingga terjadi kerusuhan.

Dalam menjawab pertanyaan tokoh pers Saur Hutabarat itu, ia mengaku sangat tahu 
bahwa dengan menyetujui dilakukannya jejak pendapat di Timor-timur maka ada 
risiko yang harus ditanggung Indonesia yakni berpisahnya Timtim dari NKRI.

Itulah, lanjut dia, mengapa ia sebagai Presiden menyiapkan dua pidato, pidato 
yang akan disampaikan jika rakyat Timtim mau menjadi bagian NKRI dan pidato 
jika rakyat Timtim menolak NKRI. 

Namun demikian, Habibie mengatakan, jika Timor Leste memilih tidak mau menjadi 
bagian dari Negara Kesatuan RI (NKRI) maka Indonesia tidak bisa melakukan apa 
pun, kecuali menerimanya sebagai kawan.

"Timor Leste tidak pernah masuk pada Proklamasi RI, karena yang diproklamasikan 
adalah Hindia Belanda," katanya yang hadir bersama istrinya Ny Ainun.

Menyinggung soal kerusuhan pascajejak pendapat dan kejengkelannya pada Sekjen 
PBB kala itu, ia menukas, bahwa ia tidak lagi ingin mengingat dan 
mengungkap-ungkap.

"Tapi ngapain saya bongkar-bongkar ini. Apa untungnya bagi kita. Kalau saya 
bilang ini Jerman marah, Eropa marah," katanya. 

Ia lantas menyitir kata-kata mutiara, bahwa yang paling jauh dari Anda adalah 
masa lampau, karena tidak mungkin bertemu masa itu kembali dan makin lama makin 
jauh.

"Kita lihat ke masa depan yang cerah," kata Habibie yang saat itu memakai baju 
batik.

Pada kesempatan itu, hadir Chairman The Habibie Center, Muladi yang merupakan 
mantan Menteri Kehakiman dan Perundang-undangan, mantan Mendiknas Malik Fajar 
serta para tokoh pers seperti Asro Kamal Rokan (Antara), Muh Assegaf, Aristides 
Katoppo, Alwi Shahab, Ikhwanul Kiram, Atmakusumah dan lain-lain.
(*)

<<habibie-002x.jpg>>

Kirim email ke