Refleksi : Tata kota kacau tidak lain karena yang berkuasa tidak tahu mengurus 
atau tidak berpengetahuan dan yang diutamakan ialah bagaimana bisa mengelapkan 
uang masuk kantong. 

Kota adalah bentuk miniatur dari negara. Kalau yang kecil acak-acakan, 
bagaimana bisa diatur yang besar dan lebih komplex lagi masalahnya?  Selama 60 
tahun merdeka-merdeka situasinya begini, mana bisa ada perubahan dalam waktu 
dekat selain hanya gambaran fatamorgana yang akan diperoleh.

http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=11815

2009-11-14 


Tata Kota Kacau Perparah Banjir 


ANTARA/ Ujang Zaelani 

Sejumlah mobil terjebak banjir di Jalan Pramuka, Jakarta, Jumat (13/11). Banjir 
yang menggenangi jalan tersebut akibat saluran air tidak berfungsi dengan baik.

[JAKARTA] Penataan kota yang kacau memperparah dampak banjir kala hujan deras 
mengguyur Kota Jakarta. Pemerintah provinsi DKI Jakarta juga tidak bisa 
mengoptimalkan penggunaan dana raturan miliar rupiah setiap tahun untuk 
membenahi drainase di seantero Ibukota negara ini. Demikian diungkapkan 
pengamat tata kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna kepada SP, Sabtu 
pagi, di Jakarta.

"Jakarta memang tidak pernah berubah, terutama dalam menyiapkan drainase yang 
baik. Perencanaan pembangunan yang tidak terarah membuat ruas jalan utama dan 
jalan lingkungan menjadi saluran air. Ini dapat dibuktikan saat hujan datang 
selama tiga jam, genangan air ada di mana-mana dan kemacetan luar biasa pun tak 
terhindarkan," ucap Yayat.

Dia mengakui banjir di Jakarta yang disertai kemacetan parah seperti yang 
terjadi kemarin tidak bisa sepenuhnya ditim pakan kepada pemerintah daerah. 
"Banjir yang terjadi di Ibukota merupakan tanggung jawab bersama. Namun, 
penataan kota yang amburadul juga memperparah dampak banjir saat hujan datang," 
ucapnya.

Menurut Yayat, proyek pengerjaan dan perbaikan drainase atau saluran air juga 
tidak mampu meminimalisasi dampak banjir. Padahal, tuturnya, Pemprov DKI 
memperoleh dana cukup besar yang dialokasikan untuk memperbaiki drainase. 
"Hasil dari pengerjaan proyek itu tidak ada. Lebih baik dana ratusan miliar itu 
diserahkan ke masyarakat agar mereka sendiri yang memperbaiki drainase di 
lingkungannya. Itu akan lebih efektif karena menggunakan sistem proyek selalu 
gagal," tukasnya.


Waspada

Sementara itu, Kepala Bagian Informasi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan 
Geofisika, Hari Tirto mengungkapkan, potensi hujan di wilayah selatan, barat 
dan timur Jakarta masih akan terjadi beberapa hari ke depan. Sejumlah wilayah 
di Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang sudah memasuki musim hujan 
dengan intentitas sedang dan ringan.

"Warga Jakarta harus waspada apabila hujan turun dengan intentitas sedang dan 
lebat. Terutama warga yang tinggal di kawasan yang selama ini langganan 
genangan air," katanya.

Sebenarnya, menurut dia, puncak musim hujan akan terjadi pada Januari hingga 
Februari mendatang. Namun, sambungnya, sejumlah wilayah sudah memasuki musim 
hujan dengan waktu dan tempat yang berubah-ubah.

Dia mengingatkan warga Jakarta untuk memangkas pohon yang rawan tumbang guna 
mengantisipasi kecelakaan, terutama saat angin kencang disertai petir.

Secara terpisah, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengemukakan, banjir yang 
terjadi di sejumlah ruas jalan dan pemukiman kemarin lebih disebabkan belum 
berfungsinya pompa. Seperti di Jalan Sabang, Jakarta Pusat dan sekitarnya pompa 
masih dalam perbaikan. 

"Masalah lainnya adalah karena sepertiga sampai dua pertiga saluran air 
dipenuhi dengan sampah dan timbunan lumpur. Masyarakat Jakarta masih belum 
sadar membuang sampah pada tempatnya," tuturnya.

Gubernur akan mengumpulkan lima walikota, satu bupati dan 44 camat di Jakarta. 
Mereka akan berkumpul di Balaikota membahas penanganan banjir di seluruh 
wilayah DKI Jakarta, sore ini.

Fauzi menegaskan, seluruh pejabat yang dikumpulkan itu diajak berembuk mencari 
langkah terbaik penanganan banjir, sambil menunggu program pengerukan kali dan 
normalisasi saluran drainase makro dan sub makro selesai. "Para walikota dan 
camat harus memetakan titik rawan banjir dan penanganannya di setiap wilayah. 
Juga, antisipasi evakuasi warga yang terkena banjir," ujarnya.

Pengerjaan proyek, seperti peninggian Jembatan Pedongkelan di perempatan Coca 
Cola di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat juga memperparah kemacetan di area 
tersebut. Jalan menyempit sehingga kendaraan harus berbagi ruang. "Kalau sudah 
hujan, macetnya bisa dua kilometer karena luapan air sungai Pulo Mas," ungkap 
seorang polisi lalu lintas yang bertigas di sana. 

Riatun, warga sekitar, mengungkapkan, pada 2002 kawasan di seputar perempatan 
itu pernah digenangi air sampai ketinggian 40 centimeter. "Tempat aliran air 
seperti parit kecil di sepanjang jalan kurang lebar dan dangkal. Oleh karena 
itu, air hujan tidak tertampung di saluran air hingga meluap. Selain itu, 
dangkalnya sungai juga membuat air sungai naik," jelasnya

Bekasi

Hujan deras sejak sore membuat pula sejumlah perumahan dan kawasan di Kota 
Bekasi terendam air. Di pemukiman Bintara Jaka Permai, Bekasi Timur, air masuk 
ke sejumlah rumah dan membuat warga yang kerap menjadi langganan banjir 
terpaksa harus memindahkan barang. "Sejak jam 5 sore air sudah masuk ke dalam 
rumah. Hampir tiap kali hujan deras daerah ini kerap banjir," sebut Warno, 
penduduk setempat. 

Menurut ahli perairan kota Bekasi Haryo Sumardi, pertemuan antara Kali Bekasi 
dan Kalimalang yang berada di dekat Bendungan Bekasi masih memberikan potensi 
banjir. "Kalau sudah dipisah, maka potensi itu diharapkan bisa ditanggulangi. 
Kali Bekasi dan Kalimalang berbeda fungsi dan karakter. Kali Bekasi merupakan 
pembuangan dari Bogor menuju ke Kabupaten Bekasi. Sedangkan Kalimalang 
berfungsi sebagai suplai air baku bagi penduduk Jakarta, Bekasi dan juga 
pengairan pertanian di daerah Bekasi," paparnya. [H-14/WID/E-5]

Reply via email to