Terlantar, kelaparan, dan kena penyakit kesemuanya ini adalah bagian daripada cobaan bagi jemaah haji yang benar. Jadi tidak perlu dipermasalahkan.
--- In CIKEAS@yahoogroups.com, "sunny" <am...@...> wrote: > > Refleksi : Terlantar atau tidak dapat makanan atau juga kekurangan makanan > sudah termasuk dalam daftar ritual wajib Depag untuk jamaah haji tiap tahun. > Jadi tak perlu dihebohkan karena Depag itu sendiri adalah sarang penyamun. > Sabar, sabar ataukah dilenyapkan saja departemen agama? > > Jawa Pos > [ Minggu, 06 Desember 2009 ] > > > 400 Jamaah Haji Telantar di Bandara King Abdul Aziz > > Laporan Baehaqi dari Jeddah > > JEDDAH - Nasib tragis dialami jamaah haji kloter 10 Surabaya. Saat > pemberangkatan, mereka terpaksa didaratkan di Bandara Dammam terlebih dahulu > sebelum sampai ke Madinah. Ketika pemulangan kemarin, 400 lebih jamaah itu > harus telantar di Bandara King Abdul Aziz (KAA) Jeddah. Pesawat Saudia > Arabian Airlines (SAA) SV5562 yang akan mereka tumpangi tak kunjung siap di > bandara. Sampai berita ini ditulis sekitar pukul 19.30, nasib mereka belum > jelas. > > Terganggunya penerbangan kloter 10 tersebut merupakan efek penundaan kloter 3 > Batam yang menggunakan pesawat Saudia SV5566. Jamaah kloter 3 Batam tertunda > sekitar 18 jam. Sedianya mereka terbang 4 Desember pukul 21.05 waktu Arab > Saudi (WAS) dan mendarat di Batam besoknya (5/12) sekitar pukul 10.00 WIB. > Namun, mereka baru bisa diterbangkan malam hari dan mendarat di Batam Minggu > pukul 04.25 WIB. > > Menurut informasi, pesawat yang hendak menerbangkan kloter 3 Batam itu rusak. > Namun, informasi tersebut memudar karena kloter 10 dan 11 Surabaya yang > semestinya menggunakan pesawat Saudia lainnya ikut terganggu. Petugas Saudia > lantas menginformasikan kepada jamaah bahwa penundaan terjadi karena bandara > penuh. > > Penundaan itu memunculkan efek berantai. Selain kloter 10 Surabaya tak bisa > terbang pada waktunya, kloter 11 Surabaya juga terkatung-katung. Kloter 11 > Surabaya semestinya terbang kemarin (5/12) sekitar pukul 08.00 WAS dan > mendarat di Juanda, Surabaya, sekitar pukul 22.20. Hingga sore kemarin, nasib > mereka sama dengan kloter 10, telantar di Bandara Jeddah. > > Sedianya kloter 10 berangkat kemarin (5/12) pukul 05.30 WAS dan tiba di > Surabaya pukul 19.40 WIB. Pihak SAA memberikan ancar-ancar mereka akan > diterbangkan pukul 17.00-21.00. Selama itu, mereka tidur-tiduran di pelataran > bandara tanpa alas. Padahal, jamaah sudah berada di bandara sekitar pukul > 24.00. Sampai pukul 12.00 kemarin berarti mereka sudah 12 jam menunggu. > Sesuai dengan ketentuan penerbangan internasional, semestinya mereka > diinapkan di hotel. ''Kami baru diberi roti dan minum sekitar pukul 10.00,'' > kata Ketua Kloter 10 Moch Maghfur Chatim. > > Makanan ringan semestinya diberikan apabila penerbangan tertunda dua jam. > Apabila penundaan lebih dari empat jam, penumpang harus diberi makan. Dan, > apabila penundaan sampai enam jam, penumpang harus diinapkan di hotel. Semua > itu merupakan tanggung jawab maskapai. > > Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi sudah menjembatani > permasalahan tersebut. Para jamaah akan diberi makan. Mereka bahkan akan > diinapkan di hotel. Tetapi, banyak anggota kloter yang menolak. ''Yang kami > butuhkan bukan makan dan bukan pula hotel. Kami butuh pesawat,'' kata salah > seorang jamaah. > > Kepala Daerah Kerja Jeddah Subhan Cholid mengaku sudah berkali-kali > menyampaikan tawaran itu kepada jamaah. ''Tetapi, tawaran tersebut ditolak. > Pihaknya pun tidak bisa berbuat apa-apa,'' kata Subhan. Meski demikian, PPIH > terus menjalin komunikasi antara jamaah dan pihak Saudia. > > Nasib buruk sudah dialami kloter 10 Surabaya sejak berangkat dari tanah air > ke Tanah Suci. Sedianya, pesawat dengan nomor penerbangan SV5563 itu mendarat > di Bandara Madinah pukul 18.25 WAS (26/10). Saat itu bandara masih dipenuhi > jamaah yang mendarat sebelumnya. > > Pesawat yang mengangkut kloter 10 Surabaya diminta berputar-putar di udara. > Sampai satu jam lebih, bandara tak kunjung kosong. Akhirnya pesawat diarahkan > untuk mendarat di Dammam, bandara yang paling dekat dengan Madinah. Jaraknya > sekitar setengah jam perjalanan udara atau tujuh jam perjalanan darat. Jamaah > akhirnya tiba di Bandara Madinah pukul 21.30, terlambat sekitar tiga jam. > > Salah seorang jamaah, Khoirul Azmi, mengatakan, ketika rombongan berangkat ke > Makkah, bus yang ditumpangi juga mengalami masalah. Satu ban belakangnya > terkelupas. Jalannya pun tidak stabil. Namun, sopir membiarkannya. > ''Sepanjang perjalanan, kami waswas,'' tambah Khoirul. > > Pengalaman buruk tersebut, katanya, kembali terulang kemarin. Dia berharap > selama menunggu di bandara, paling tidak, jamaah diberi makan. Sebab, makanan > ringan yang diberikan tidak cukup. Bahkan, banyak jamaah yang belum memakan > roti yang diberikan kepada mereka. Makan itu dianggap bisa menghibur dan > menghilangkan kegelisahan jamaah. Sebab, waktu terbangnya pun belum pasti. > > Nasib serupa dialami jamaah kloter 11 Surabaya. Mereka memang dimasukkan ke > ruang tunggu bandara terlebih dahulu. Tetapi, justru itu masalahnya. Di dalam > ruang tunggu, jamaah tersebut sudah tidak bisa makan-minum seenaknya. Mereka > tinggal menunggu uluran tangan pihak bandara dan Saudia. Sebab, petugas PPIH > pun tak bisa menjangkau mereka. > > Kloter 3 Batam juga sempat mengalami nasib yang sama. Mereka terkatung-katung > di bandara sangat lama. Namun, nasib para jamaah kloter itu kemudian membaik. > Mereka akomodatif. Awalnya, para penumpang tersebut dibawa ke terminal SAA. > Namun, mereka kemudian dibawa ke hotel. (hq/agm) >