Tulisab ini juga disajikan di website http://umarsaid.free.fr/
Catatan A. Umar Said
                Rakyat menanti-nantikan  perubahan besar
                                    (Tulisan untuk menyambut tahun baru
2010)

Sekarang makin kelihatan bahwa situasi di negara kita menunjukkan berbagai
pertanda-pertanda bahwa sedang terjadi perkembangan yang sangat penting dan
menarik sekali untuk sama-sama kita amati. Sepuluh tahun lebih sesudah
Suharto turun dari rejim militernya, sekarang sedang terjadi
perubahan-perubahan yang cukup besar kalau dibandingkan dengan 32 tahun
berkuasanya Orde Baru.
Yang paling menonjol dalam perkembangan dewasa ini adalah makin tingginya
kesedaran politik dari berbagai golongan masyarakat dalam menghadapi
beraneka ragam  masalah serius yang sudah, sedang dan akan dihadapi oleh
bangsa dan negara.
Ini menunjukkan bahwa rakyat kita, sesudah selama puluhan  tahun dicekek,
dibungkam, ditindas dengan berbagai cara diktatorial,maka setapak demi
setapak mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-hak dan kepentingan mereka
dengan  melawan segala macam kebobrokan, kebejatan, atau ketidakberesan yang
sedang melanda negeri kita.
Kita semua masih ingat betapa ketatnya cengkeraman golongan militer dalam
menjalankan kekuasaan waktu itu, sehingga sebagian terbesar rakyat Indonesia
takut bersuara akibat berbagai macam intimidasi atau cara terror yang
dijalankan secara menyeluruh dan di berbagai bidang kehidupan bangsa. Oleh
karena itu, dalam jangka yang lama sekali, tidak banyak orang yang berani
atau bisa mengkritik Suharto beserta pemerintahannya, walaupun terjadi
berbagai macam kejahatan yang serius, kesalahan yang besar, atau pelanggaran
yang berat, baik di bidang politik, ekonomi, sosial maupun  HAM (termasuk
pembantaian jutaan orang tidak bersalah dan pemenjaraan ratusan ribu orang
tanpa pengadilan)
Permulaan lahirnya situasi baru
Sekarang ini, kalangan yang manapun atau golongan yang apapun, bisa dan
berani bersuara secara bebas, mengkritik atau menghujat segala macam
kebobrokan, yang masih terus terjadi di negeri kita, sebagai warisan rejim
Orde Baru, dan yang masih diteruskan oleh pemerintahan SBY dewasa ini. Dan
seperti yang kita saksikan bersama, di antara banyak penyakit parah yang
menyerang tubuh bangsa ini adalah masalah korupsi. Korupsi adalah  salah
satu di antara bukti-bukti tentang hebatnya kerusakan moral di berbagai
kalangan bangsa kita, terutama sekali di lapisan atas.
Walaupun sejak jatuhnya Suharto dalam tahun 1998, masalah korupsi sudah
dinyatakan sebagai penyakit bangsa yang harus diberantas, namun, nyatanya,
korupsi masih merajalela terus dengan hebatnya. Dengan munculnya kasus
kriminalisasi Bibid-Chandra dan heboh besar tentang skandal raksasa Bank
Century, masalah korupsi sedang menjadi masalah besar bangsa, yang skalanya
atau dimensinya menjadi sangat luas dan juga sangat jauh, melebihi
kasus-kasus sebelumnya.
Kasus kriminalisasi KPK dan skandal raksasa Bank Century telah menyundut
kemarahan rakyat banyak secara besar-besaran, yang agaknya bisa  merupakan
permulaan dari lahirnya situasi baru dalam gerakan rakyat atau gerakan
ekstra-parlementer yang kuat dan besar di Indonesia. Bagaimanapun juga,
situasi politik, sosial dan  ekonomi yang keruh dan penuh gejolak dewasa ini
merupakan pendidikan politik (yang besar sekali !) bagi banyak kalangan
dalam masyarakat.
Keadaan yang begini tidak boleh diteruskan
Kasus kriminalisasi KPK, apalagi skandal raksasa Bank Century telah
menyebabkab dibeberkannya banyak kebejatan moral banyak pejabat tinggi dan
tokoh-tokoh masyarakat, yang betul-betul mengagetkan banyak orang. Kita
disuguhi tiap hari berita-berita tentang “hilangnya” uang Rp 6,7 triliun (
supaya lebih jelas, Rp 6,7 triliun adalah Rp 6,7 juta dikalikan sejuta),
tentang jalannya sidang Pansus DPR soal Bank Century, tentang Anggodo yang
masih belum juga ditindak, tentang perlu tidaknya Wapres Budiono dan Menkeu
Sri Mulyani non-aktif, dan tentang apakah Presiden SBY terlibat (atau harus
turut bertanggungjawab) dalam soal Bank Century.
Hal yang demikian ini adalah wajar, mengingat bahwa korupsi yang ditimbulkan
oleh bejatnya moral dan kebrengsekan sikap politik sebagian besar politikus
dan pemuka-pemuka masyarakat yang reaksioner dan bermental korup ( yang
umumnya atau sebagian terbesar adalah pendukung atau pemuja Suharto dan juga
anti-Bung Karno) sudah membikin negeri kita sebagai negara yang sakit parah.
Sebagian besar rakyat negeri kita dewasa ini mulai makin jelas melihat bahwa
keadaan yang sudah dialami selama puluhan tahun pemerintahan Orde Baru  --
dan yang diteruskan oleh berbagai pemerintahan sesudahnya sampai sekarang--
, tidak bisa dan tidak boleh diteruskan lagi. Pemerintahan SBY pun, yang
terbukti tidak banyak bedanya dengan pemerintahan-pemerintahan lainnnya di
masa lalu, dianggap oleh banyak golongan sebagai pemerintahan yang tidak
akan bisa memperbaiki kehidupan sebagian terbesar rakyat kita.
Pentingnya peringatan 9 Desember 2009
Itulah sebabnya maka peringatan Hari Internasional Anti-korupsi Sedunia
(tanggal 9 Desember yang lalu) dijadikan kesempatan oleh banyak sekali
golongan masyarakat di seluruh negeri (terutama kalangan muda) untuk secara
besar-besaran memuntahkan rasa muak mereka yang sudah memuncak dengan
mengadakan aksi-aksi di berbagai kota. Meskipun gerakan rakyat itu bisa
dihambat oleh  imbauan -- bercampur intimidasi !-- presiden SBY, namun toh
tanggal 9 Desember 2009 telah menjadi peristiwa yang penting dalam
membangunkan kesedaran banyak golongan untuk tetap terus menjadikan skandal
Bank Century sebagai sarana atau wahana dalam perjuangan besar untuk adanya
perubahan-perubahan.
Banyak sekali golongan atau organisasi yang sebelum dan sesudah 9 Desember
2009 telah mengadakan aksi-aksi anti korupsi, sampai sekarang masih terus
melakukan berbagai macam kegiatan. Aksi-aksi ini masih tetap dilangsungkan
tidak henti-hentinya (hampir tiap hari !) di berbagai kota  terutama oleh
kalangan muda (organisasi-organisasi mahasiswa dan pemuda). Berbagai macam
golongan masyarakat juga tetap terus bergerak dalam macam-macam  bentuk dan
cara. (Contohnya : menurut TV One, pada tanggal 21 Desember 2009 saja ada 10
macam demonstrasi atau aksi yang diadakan di Jakarta dalam satu hari)
Yang menarik untuk diamati adalah bahwa berbagai macam gerakan  atau aksi
yang dilancarkan di seluruh negeri dewasa ini pada umumnya tidak dilancarkan
oleh partai-partai politik. Karena, kebanyakan partai-partai politik yang
besar-besar (yang lolos dalam pemilu yang lalu) sudah tergabung dalam
koalisi yang dibentuk oleh SBY, dan karenanya banyak partai-partai ini
sedang “diborgol”  atau “diloyokan” untuk tidak bisa melakukan oposisi yang
terang-terangan terhadap pemerintahan SBY.
Kiranya, makin menjadi jelaslah bagi banyak orang, bahwa di Indonesia dewasa
ini, yang bisa betul-betul menjadi motor gerakan besar-besaran untuk
perjuangan mengadakan perubahan adalah kekuatan rakyat yang terdapat di luar
partai-partai politik dan di luar DPR. Dan juga makin jelas bahwa rakyat
yang mendambakan adanya perubahan-perubahan drastis dan fundamental di
negeri kita tidak bisa lagi  dan tidak boleh terus-menerus menggantungkan
harapan yang terlalu besar kepada peran kebanyakan partai-partai politik,
DPR atau kabinet SBY.
Motornya perubahan adalah di “parlemen jalanan dll “
Kiranya, perkembangan situasi di negeri kita akan membuktikan bahwa
perubahan-perubahan besar dan sejati hanya akan bisa dilahirkan oleh
motor-motor perjuangan  yang terdapat di “parlemen jalanan”, di berbagai
macam gerakan di kampus-kampus universitas di seluruh negeri , di
pabrik-pabrik, dan di pedesaan (mudah-mudahan juga, nantinya,  di
pesantren-pesantren)
Sebab, apa yang dilakukan partai-partai politik dalam menghadapi masalah KPK
dan Bank Century sudah dengan jelas menunjukkan sikap atau tindakan yang
mengecewakan sekali bagi rakyat banyak, dan karenanya kredibilitas
partai-partai politik, DPR dan kabinet yang terdiri dari wakil-wakil partai,
sudah jatuh merosot jauh sekali.
Berbagai macam aksi atau gerakan yang tanpa henti-hentinya sudah -- dan
sedang terus -- dilakukan di banyak tempat di seluruh tanah-air menunjukkan
adanya perkembangan opini publik yang sangat penting untuk menghadapi
masalah-masalah besar rakyat dan negara.
Yaitu,  pendapat bahwa partai-partai politik atau DPR atau kabinet SBY tidak
bisa mengadakan perubahan-perubahan besar untuk adanya perbaikan kehidupan
rakyat,  tanpa desakan, atau tanpa dorongan, bahkan , tanpa paksaan (!)
dari rakyat. Kesedaran yang demikian inilah yang akan bisa menjadi dasar
atau landasan yang kuat untuk berkembangnya gerakan extrs-parlementer di
Indonesia.
Aksi-aksi atau gerakan yang dilakukan terus-menerus oleh berbagai golongan
masyarakat untuk melawan korupsi (antara lain dalam kasus KPK da Bank
Century) merupakan syarat utama atau bagian penting sekali dari perjuangan
bersama melawan politik pemerintahan SBY yang didukung         oleh
bermacam-macam golongan reaksioner dan anti-rakyat.
Barisan oposisi makin meluas
Perkembangan situasi politik di Indonesia dewasa ini menunjukkan bahwa
sedang terjadi keretakan atau perpecahan di kalangan elite reaksioner yang
umumnya korup dan  yang dalam jangka lama sekali tadinya mendukung Orde
Baru. Sedangkan barisan oposisi terhadap pemerintahan SBY menjadi makin
meluas dengan menggabungnya berbagai kalangan (intelektual, pemuda,
mahasiswa, aktivis-aktivis buruh dll dll).
Barisan oposisi, yang terdiri dari gerakan ekstra-parlementer yang makin
banyak ragamnya, agaknya akan berkembang terus sebagai akibat persoalan
skandal Bank Century yang masih makan waktu lama untuk menyelesaikannya.
Seperti kita ketahui, di antara banyak sekali gerakan extra parlementer di
negeri kita ini, di Jakarta saja terdapat puluhan, antara lain KOMPAK,
Gerakan Indonesia Bersih, Revolusi Desember, KAPAK dll dll.
Agaknya, karena skandal raksasa Bank Century mungkin masih akan terus
menjadi persoalan besar yang membikin keruh situasi , maka rakyat banyak
akan bisa mendapat pelajaran politik yang penting dan berharga, untuk
mengenal lebih baik lagi sifat-sifat serta praktek dari pejabat dan para
pemuka masyarakat yang korup, reaksioner dan anti-rakyat.
Rakyat menanti-nantikan perubahan besar
Yang juga patut diamati bersama adalah bahwa dalam hiruk-pikuk atau heboh
mengenai Bank Century dewasa ini adalah bahwa opini publik memandang segala
kebobrokan, kebusukan, dan kejahatan korupsi ini ada hubungannya dengan
sisa-sisa Orde Baru. Karena, makin jelas juga bahwa sebagian terbesar sekali
kebobrokan dan kejahatan yang kita saksikan dewasa ini adalah warisan atau
akibat (atau produk) dari sistem politik dan sikap mental Orde Baru.
Itulah sebabnya bahwa akhir-akhir ini nama Suharto sudah tidak banyak
disebut-sebut lagi, dan bahwa banyak sekali atau sering sekali adanya
berbagai macam ejekan tentang kejelekan-kejelekan Orde Baru. Hal yang
demikian ini nampak sekali kalau kita sering melihat berbagai tayangan
televisi yang menyajikan perdebatan, atau dialog dengan para pemirsa, dan
terutama dalam siaran-siaran Metro TV (dan TV One).
Segala macam aksi atau gerakan anti korupsi dan anti pemerintahan SBY yang
menggelora dewasa ini adalah pertanda penting bahwa rakyat dan negeri kita
sedang menghadapi masa-masa keruh yang penuh gejolak, lebih besar dan lebih
serius dari pada yang sudah-sudah.
Ini menunjukkan bahwa rakyat kita sedang  menanti-nantikan (dan juga
mempersiapkan)  kedatangan  perubahan-perubahan besar dan fundamental, yang
akan memunculkan pimpinan nasional (yang sejiwa dengan  Bung Karno) dan
pemerintahan type baru,  untuk menjalankan sistem politik dan ekonomi yang
berlainan sama sekali dari yang sudah dijalankan sejak zaman Orde Baru
sampai sekarang.
Kiranya, makin jelas bahwa inilah jalan revolusi, jalan perubahan besar,
menuju masyarakat adil dan makmur, yang dicita-citakan rakyat sejak
proklamasi 17 Agustus 45  !!!
Paris, 23 Desember 2009



Kirim email ke