Saudara Saudara yang terkasih,
-
Diakhir jaman ini, masyarakat  perlu tahu, bahwa umat Kristiani  terdiri dari 2 
komunitas Kristen yang berbeda iman, yaitu Kristen Katolik dan Kristen 
Millenium Baru. 2 Komunitas yang berbeda iman tentang Kristus. Alkitab mereka 
beda, cara kebaktiannya juga sangat berbeda, penampilan dan kelakuannya juga 
sangat berbeda.
-
Yang mau mendalami Alkitab dan pengajaran Kristus yang benar harus cari nara 
sumber yang benar, kalau tidak sia sia, apa lagi di perdebatkan tanpa landasan 
yang benar.
-
Pemerintah Indonesia, cuma tahu Katolik saja, juga di China dan dibelahan dunia 
lainnya. Mengapa ? karena dulunya pengajaran tentang Kristus dibawakan oleh  
misionari Katolik, namun jaman berubah, terjadi pemisahan antara umat Katolik 
yang hidup tidak seperti Kristus hidup, gerejanya banyak dibakar masa,  
komunitas yang lain hidup seperti Kristus hidup, penuh Roh Kudus, hidup intim 
dengan Tuhan, takut akan Tuhan, mereka bisa menyesuaikan keadaan,  mereka 
menyebut dirinya murid Kristus, bukan pendeta, bukan romo, bukan anggota 
FGBMFI, pada hari natal ini mereka tidak merayakan natal, berdiam diri dirumah 
berdoa minta pe-wahyu-an diakhir tahun 2009.
-
Natal adalah perayaan umat Katolik
-
Umat Kristen pada umumnya tidak merayakan Natal, jajaran Full Goppel Indonesia 
juga tidak merayakan natal. 
- 
Berikut saya tampilkan tulisan mendiang Herbert W Amstrong, hamba Tuhan yang 
diberi karunia  untuk membuka rahasia Kitab Daniel dan Kitab Wahyu, yang paling 
menarik beliau menolak pengajaran Katolik, karena tidak sesuai dengan 
pengajaran Alkitab, simak pengajaran beliau di internet.
-
Simak artikel beliau : search di Google : misteri malaikat, pilih misteri 
malakat p1, klik Bahan Bacaan.dibawah halaman utama, kemudian pilih Bahan 
Bacaan Amstrong, disitu banyak bahan pengajaran yang benar tentang Alkitab, 
silahkan dipelajari dan didiskusikan di milis milis agar muslim dan pemeluk 
agama lain, mengerti tentang Alkitab.tentang Kristus, tentang Allah sebenarnya.
-
Foto & bio-data beliau bisa dilihat di 
http://en.wikipedia.org/wiki/Herbert_W._Armstrong
-
Apakah Yesus Lahir Pada 25 Desember?
-
1. Cara yang paling tepat untuk mengetahui kelahiran Yesus Kristus adalah 
dengan melihat pernyataan Alkitab tentang Zakharia, ayah Yohanes pembaptis. 
Bacalah Lukas 1:5, ayat ini memiliki arti yang sangat besar.

Lukas 1:5 Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama 
Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, 
namanya Elisabet.

2. Kita mengetahui dari injil Lukas bahwa Maria segera mengunjungi Elizabet 
saudara sepupunya setelah Maria baru saja mengandung Yesus. Pada saat itu 
kandungan Elizabeth berumur enam bulan sudah (ayat 36-41).

Lukas 1:36-41
36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang 
anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang 
disebut mandul itu.
37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut 
perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke 
pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam 
rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus,

Jadi dengan mengetahui bahwa usia Yohanes Pembaptis itu lebih tua enam bulan 
dari Yesus, maka amatlah mudah bagi kita untuk melacak dengan tepat kelahiran 
Yesus.

Dan pada pembicaraan ini "kelompok Abia" menjadi penting.

3. Sekitar 1000 tahun sebelumnya, pada saat Daud, jumlah para imam di Israel 
tumbuh dengan cukup pesat. Daud karenanya membagi mereka ke dalam 24 bagian 
atau kelompok. Yang mana masing – masing kelompok akan mendapat giliran mereka 
masing – masing dalam melayani di bait Allah. (1 Taw 24; 23:6; 28:13).

1 Tawarikh 23:6 Juga Daud membagi-bagi mereka dalam rombongan menurut anak-anak 
Lewi, yakni Gerson, Kehat dan Merari.

1 Tawarikh 28:13 mengenai rombongan-rombongan para imam dan para orang Lewi dan 
mengenai segala pekerjaan untuk ibadah di rumah TUHAN dan segala perkakas untuk 
ibadah di rumah TUHAN.

4. Berdasarkan kitab Talmud, semua imam melayani di Yerusalem selama tiga masa 
raya – Paskah, Pentakosta, dan Pondok Daun (Imamat 13; Ulangan 16). Sedangkan 
saat yang lain mereka akan bergantian melayani yang mana tiap kelompok akan 
melayani selama seminggu. Pergiliran ini dimulai pada saat Sabat pertama di 
bulan Nisan atau Abib – bulan pertama dalam kalendar Yahudi. Mereka bergantian 
dari Sabat ke Sabat.

5. Karena semua kelompok bekerja selama minggu Paskah, maka hal ini berarti 
bahwa kelompok Abia – urutan ke delapan (1 Taw 24:10) akan bertugas pada 
permulaan minggu kesembilan. Dan ketika pergiliran ini selesai, minggu 
Pentakosta baru dimulai – jadi kelompok Abia akan tetap tinggal untuk minggu 
yang kesepuluh juga. Lukas 1 menceritakan bahwa Yohanes dikandung segera 
setelah ayahnya pulang dari melayani di bait Allah. (ayat 23-24). Hal ini 
terjadi pada pertengahan bulan Sivan, bulan ketiga pada kalender Yahudi. 
Karenanya, kandungannya akan terbuka sekitar musim semi tahun berikutnya. Dan 
semenjak Yesus sekitar enam bulan setelah Yohanes, maka Ia pasti dilahirkan 
sekitar musim gugur. Setiap musim berlangsung selama tiga bulan.

6. Hal diatas sangat nyata ketika Lukas menggambarkan keadaan sekeliling 
kelahiran Yesus. Lukas 2:8. Segera sesudah masa panen musim gugur dan masa raya 
Pondok Daud, di bulan Oktober, musim hujan Yudea mulai datang. Dan di bulan 
November – ketika cuaca mulai dingin, ternak akan dimasukkan dari dinginnya 
musim dingin. Sehingga di bulan Desember ternak – ternak itu tidaklah akan 
keluar di padang di malam hari bersama dengan para gembala mereka.

7. Bukti kuat lain adalah perginya Yusuf dan Maria ke Bethlehem pada saat 
sensus (Lukas 2:1-4). Dalam keadaan normalnya, hal ini dilakukan pada saat 
setelah panen, yang mana hal ini menandakan musim gugur. Jadi jelas Yesus tidak 
lahir di 25 Desember.

Apakah yang ada di balik cabang daun "Mistletoe"?

Cabang Mistletoe adalah cabang pohon yang digunakan oleh manusia dalam perayaan 
Natal dengan cara ketika dua orang manusia berada di bawah cabang daun ini 
mereka harus berciuman. Sesungguhnya, Nimrodlah yang disimbolkan dalam cabang 
daun ini yang sesungguhnya mengadaptasi konteks Yesus yang adalah "cabang 
anggur Allah". Nimrod disebut kayu Yule yang mati yang harus dibakar pada malam 
Natal dan akhirnya muncul sebagai pohon Natal sebagai "cabang Allah" yang juga 
dirayakan di Mesir "dengan pohon palem" dan Roma.

Darimanakah Gereja Roma mendapatkan tanggal 25 Desember?

Dari kebudayaan berhala kuno yang cukup berpengaruh di kekaisaran Roma. 
Perayaan ini terfokus pada perayaan lahirnya anak dari "ratu sorga" Babilonia 
pada tanggal 25 Desember setelah melalui masa kehamilan selama sembilan bulan 
yang dimulai pada tanggal 25 Maret yang dikenal sebagai "Hari Bunda".

Bagaimanakah proses masuknya "Natal" ke dalam "kekristenan dunia"?

Bangsa - bangsa yang asing dengan Sabat dan masa - masa raya Alkitab akhirnya 
secara perlahan - lahan dan pasti mulai mengadopsi perayaan berhala ini untuk 
menyembah dewa yang sesungguhnya masih sama, yaitu dewa Matahari ke dalam 
ibadah kekristenan dunia. 
Penyembahan kepada dewa Matahari Yule Soltice atau Saturnalia (yang dipandang 
sebagai sang juru selamat) disamarkan dengan penyembahan yang menggunakan nama 
"Yesus Kristus".

Yule memiliki arti "bayi" sehingga Yule's day adalah "hari bayi". Hari raya ini 
dirayakan dengan penganan yang disebut "Penganan Bayi" atau "Roti Nur" yang 
mana kebudayaan ini juga dapat ditemui di dalam Skotlandia dan Skandinavia.

Tahukah anda bahwa Natal bukan saat hari lahirnya Yesus?

Perhatikan Lukas 2:8, terdapat dua jenis kawanan ternak yang dipelihara dan 
digembalakan oleh orang Yahudi. Yang pertama adalah kawanan ternak yang hidup 
di kota dan yang kedua adalah kawanan ternak yang hidup di padang. Kawanan yang 
kedua adalah kawanan ternak yang hidup di padang. Kawanan yang kedua ini adalah 
kawanan yang menghabuiskan waktu mereka (hampir setiap tahuannya) di padang dan 
tersengat matahari dan udara dingin malam. Kawanan ini baru akan dikembalikan 
ke kota oleh penggembala mereka ketika hujan di musim penghujan mulai turun.

Menurut Ulangan 11:14, kita akan mengetahui bahwa "hujan yang pertama" jatuh di 
musim "gugur" yaitu di bulan September atau Oktober.

Bulan Marchesvan adalah juga bulan yang mana hujan pertama tiba (akhir Oktober, 
awal November)

Bulan Desember adalah bulan ketika musim dingin telah tiba yang di dahului 
dengan bagian yang mengguyur kawasan di Lukas 2:8. Jadi tidak mungkin 
penggembala dapat menggembalakan domba - dombanya di musim ini.

Kesimpulan: Yesus dilahirkan sebelum pertengahan Oktober ketika penggembala 
masih menggembalakan dombanya.


Penulis :
Herbert W. Armstrong (31 July 1892 - 16 January 1986) founded the Radio Church 
of God in the late 1930s, as well as Ambassador College (later Ambassador 
University) in 1946, and was an early pioneer of radio and tele-evangelism, 
originally taking to the airwaves in the 1930s from Eugene, Oregon. Opponents 
assert that Armstrong was a controversial figure who promoted an eclectic set 
of unique theological doctrines and teachings which are sometimes referred to 
by critics as Armstrongism. Armstrong himself, however, claimed that these 
teachings came directly from the Bible.[2] His teachings included the 
interpretation of biblical prophecy in light of British Israelism,[3] and 
required observance of parts of the covenant Law including the Sabbath (7th 
day), dietary prohibitions, and the covenant law "Holy Days." Armstrong 
proclaimed that world events during his lifespan loomed various Biblical 
prophecies, and that he was called by God as an 'Apostle' and
 end-time 'Elijah' to proclaim the Gospel of God's Kingdom to the World[4] 
before the return of Jesus Christ.

He also founded the Ambassador International Cultural Foundation, which 
promoted the arts, humanities, and humanitarian projects.[5] Through his role 
with the foundation, Armstrong and his advisers met with heads of governments 
in various nations, for which he described himself as an "ambassador without 
portfolio for world peace."[6]
Herbert Armstrong was born in Des Moines, Iowa, on July 31, 1892, into a Quaker 
family. He regularly attended the services and the Sunday school of First 
Friends Church in Des Moines.[1] At age 18, on the advice of an uncle, he 
decided to take a job in the want-ad department of a Des Moines newspaper, the 
Daily Capital.[7] His early career in the print advertising industry which 
followed had a strong impact on his future ministry and would shape his 
communication style.[8]

On a trip back home in 1917, he met Loma Dillon, a schoolteacher and distant 
cousin from nearby Motor, Iowa.[9] They married on his 25th birthday, July 31, 
1917, and returned to live in Chicago.[10] On May 9, 1918, they had their first 
child, Beverly Lucile, and on July 7, 1920, a second daughter, Dorothy Jane. In 
1924, after several unforeseen business setbacks, Armstrong and family moved to 
Eugene, Oregon where his parents now lived. There they would have two sons, 
Richard David and Garner Ted. Armstrong continued in the advertising business 
despite the setbacks.[11]
http://en.wikipedia.org/wiki/Herbert_W._Armstrong

Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
http://muridyesuskristus.blogspot.com ( pengjaran murid Kristus )
milis http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia ( Solving Life's 
Problems )
http://clubjantungsehat.blogspot.com ( pelayanan kesehatan 
)http://priscasportwear.blogspot.com ( bisnes )



--- On Thu, 12/24/09, sunny <am...@tele2.se> wrote:

From: sunny <am...@tele2.se>
Subject: CiKEAS> Natal di Tengah Korupsi dan Kiamat
To: undisclosed-recipi...@yahoo.com
Date: Thursday, December 24, 2009, 3:07 AM















 
 



  


    
      
      
      


http://www.suarakar ya-online. com/news. html?category_ name=Opini
 
 
Natal di Tengah Korupsi dan Kiamat
Oleh 
Stevanus Subagijo 


Kamis, 24 Desember 
2009

Bagi umat Kristiani, Natal 
mempunyai banyak makna. Keselamatan, sukacita, damai sejahtera yang religius 
atau pohon Natal, Santa Claus, pesta juga baju baru yang sekuler. Itulah Natal 
yang kelihatan dan terkesan gampang, bukan Natal yang tersirat dan sulit 
seperti 
Natal pertama di Betlehem. 

Bagi dunia, Natal ditunggu sebagai church social 
responsibility (CSR) atau christian(ity) social responsibility. 
Pertanggungjawaban gereja, orang Kristen, dan kekristenan mestinya memancar 
keluar saat Natal. Ini bukan berarti di luar Natal tidak ada tanggung jawab, 
tetapi Natal mestinya menjadi momentum untuk lebih bertanggung jawab lagi 
mencari solusi bagi problem dunia ini. 

Natal bukan hanya mengemban tanggung jawab rohani 
soal keselamatan kekal, penghapusan dosa atau pemulihan hubungan dengan Allah 
lewat kelahiran Yesus, tetapi itu semua juga mutlak direfleksikan dalam 
kehidupan dunia ini. Natal membawa misi mewujudkan kehendak Allah, agar bumi 
seperti surga: "Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga." Sebab, saat 
Natal 
pula "pertanggungjawaban " Allah atas dosa manusia diwujudkan dengan melakukan 
"bakti nyawa", dalam diri kelahiran Yesus itu yang kelak berujung salib. 

Tapi, Natal 2009 ini secara khusus patut kita 
catat. Sebab, pada tahun ini kasus dugaan korupsi bergemuruh mengisi keseharian 
kita. Perseteruan antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri & 
Kejaksaan Agung serta skandal Bank Century sampai hari ini mengingatkan kembali 
akan pekerjaan rumah memberantas korupsi yang tak habis-habisnya. Pohon korupsi 
sudah membesar, ditebang sukar, bahkan menjadi pohon tua besar nan angker. 
Ditunggui makhluk-makhluk halus (aktor intelektual) sehingga untuk 
memberantasnya butuh buldoser. 

Tapi, pada saat yang sama, ketika gempita 
antikorupsi merebak di DPR, parlemen jalanan (demo) dan di parlemen maya 
(facebook), bibit korupsi terus disemai. Itulah sebabnya, korupsi patah tumbuh 
hilang berganti, tak ada habisnya. 

Namun, itu bukan berarti semangat memberantas 
korupsi tamat. Dua ribu tahun yang lalu, Natal juga hadir di tengah-tengah 
dunia 
yang korup. Justru di situlah Natal menjadi penting, menyadarkan kita bahwa 
keselamatan kekal lebih penting daripada keselamatan di dunia ini. 

Natal menawarkan keselamatan yang kekal. Karena 
itu, tanpa korupsi pun orang bisa selamat jasmani dan rohaninya. Namun, 
keselamatan Natal yang nirkorupsi lebih sulit dan tidak instan dengan harta dan 
uang di tangan. 

Keselamatan Natal membutuhkan penyangkalan diri 
dan memercayakan hidup kepada Juru Selamat itu. Kasus korupsi pada Natal 
pertama 
yang bisa kita cermati adalah skandal genosida Herodes atas bayi-bayi laki-laki 
berumur 2 tahun. Inilah korupsi mental dan kejiwaan Herodes yang merasa 
terancam 
jabatan, kekuasaan, termasuk harta bendanya jika kelak Yesus Sang Raja itu 
lahir, memberontak, dan merebut posisinya. 

Ketakutan, kekhawatiran, dan kekikiran Herodes 
telah membutakan tindakannya yang diduga telah membantai 14.000 anak-anak 
laki-laki dan mungkin juga perempuan atau orangtuanya yang mempertahankan anak 
itu dari tangan prajurit Herodes. Herodes keliru karena jiwa sehatnya 
terkorupsi 
oleh ketamakan, kekayaan, dan kekuasaannya. Herodes menyambut Natal dengan 
pedang dan pembunuhan. 

Korupsi telah membutakan Herodes. Korupsi pun 
telah membutakan orang-orang zaman sekarang. Dengan berteriak antikorupsi, 
dunia 
berharap bahwa korupsi akan terkikis habis. Tapi, Natal mengajarkan sebaliknya. 
Natal tidak diwartakan dengan "awas tidak selamat" atau "awas dosa membawa ke 
neraka". Sebaliknya, Natal diwartakan dengan tawaran bukan ancaman, "juru 
selamat itu telah lahir", "janji keselamatan kekal" diberikan cuma-cuma. 

Natal tidak dipropagandakan atau dikampanyekan 
secara besar-besaran. Bahkan, Natal cenderung inklusif, sederhana bahkan hina. 
Natal hanya mengetuk hati nurani jernih dan jujur bahwa dunia berdosa ini sudah 
lelah dengan usaha untuk selamat. Dunia ini tidak jujur bahwa dirinya tidak 
mungkin menaati hukum Taurat seratus persen, sehingga selalu dalam ancaman 
hukuman atas pelanggaran. Natal dengan jujur mengetuk hati kita bahwa kita 
hanya 
perlu kerinduan untuk diselamatkan. Kita butuh "juru selamat" secara pribadi. 


Dunia yang sudah lelah dengan kecamuk 
problem-problemnya terhalusinasi dengan eskatologianya sendiri. Proyek kiamat 
atau hari akhir yang menjadi ranah agama, bahkan di agama sendiri membutuhkan 
pewahyuan, penelitian dan penubuatan secara jujur oleh dunia yang sudah lelah 
ini, diadopsi untuk menjadi solusi dari problem-problem dosanya. Dunia 
menciptakan "juru kiamat"-nya sendiri untuk menandingi Natal, tak sabar dengan 
Juru Selamat yang sudah lahir 2.000 tahun lalu. Salah satunya dengan 
mempercepat 
kiamat. 

Rekayasa kiamat baik lewat ajaran-ajaran sesat 
maupun film Kiamat 2012 yang direspons antusiasme masyarakat menunjukkan bahwa 
dunia ini sudah mencapai puncak kelelahan yang luar biasa. Saat Natal pertama 
bukan berarti eskatologia model kiamat ini tidak muncul. Diduga, kiamat itu 
sudah terasa dekat manakala pembantaian anak laki-laki oleh Herodes bisa saja 
identik dengan dampak mengerikan pemanasan global saat ini. 

Natal menjadi antiklimaks dari adanya kasus 
korupsi dan isu kiamat, dua hal yang mencerminkan rasa frustrasi manusia akhir 
zaman. Korupsi pertanda hilangnya iman bahwa Allah masih memelihara hidup ini 
bagi mereka yang berkenan kepadaNya. Kiamat tanda manusia lari dari persoalan 
hidup dan ingin mempercepat eskatologia buatannya sendiri yang semu. 

Natal membawa keselamatan rohani dan jasmani. 
Tanpa harus korupsi, Natal mengembalikan semangat pemeliharaan Allah, bahkan 
jaminan hidup dari Allah sendiri. Natal juga menjadi antitesis dari obsesi 
kiamat yang merupakan cermin putus asanya dunia ini. 

Natal membawa pengharapan, janji keselamatan di 
dunia, bahkan keselamatan kekal kelak. Tak peduli kiamat hari ini atau ribuan 
tahun nanti, Natal menyediakan keselamatan kekal dan bukan histeria kiamat. 


Keselamatan kekal yang pasti diperoleh tanpa perlu 
repot dipastikan kapan datangnya. Kunci dari itu semua hanya satu: sejauh mana 
kita mau menyangkal diri bahwa kita terpojok dalam mencari jalan keluar. 

Dengan berserah mengesampingkan itu semua dan 
menerima Natal yang sedang datang, Natal tetap bisa dihadirkan dengan gempita 
dan menjadi jalan keluar bagi korupsi dan kiamat.*** 

Penulis adalah peneliti pada Center 
for
National Urgency Studies 
Jakarta


    
     

    
    


 



  











      

Reply via email to