Refleksi : Kalau program 100 hari bukan patokan,  mengapa  disinggung?  

http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=39666:presiden-tak-logis-ukur-keberhasilan-dari-program-100-hari&catid=3:nasional&Itemid=128


      Presiden: Tak Logis Ukur Keberhasilan dari Program 100 Hari      

      Jakarta, (Analisa)

      Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan program 100 hari pertama 
pemerintah tidak bisa dijadikan tolok ukur untuk menilai keberhasilan 
pemerintahan masa bakti 2009-2014 yang dipimpinnya.

      Dalam pidato pada acara penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran 
(DIPA) tahun anggaran 2010 kepada kementerian/lembaga negara dan pemerintah 
daerah di Istana Negara, Jakarta, Selasa, Presiden menegaskan program 100 hari 
merupakan satu kesatuan yang berkesinambungan dengan program-program pemerintah 
yang tercantum dalam APBN 2010 dan juga tahun-tahun mendatang.

      Program 100 hari pertama pemerintah dengan 15 program pilihan sebagai 
prioritas, menurut dia, hanya merupakan embrio dari program -program utama yang 
tercantum dalam APBN 2010.

      "Sungguh pun program 100 hari ini penting, tentu tidak mungkin semua 
prioritas agenda dan sasaran pembangunan lima tahun kita tuangkan dalam 100 
hari pertama. Di samping itu tentu tidak logis pula mengukur keberhasilan 
pemerintah masa bakti 2009-2014 hanya dilihat dari program 100 hari yang 
dijalankan," tutur Presiden.

      Setelah penyerahan DIPA 2010, Kepala Negara meminta seluruh jajaran 
pemerintah untuk menjabarkan dan melaksanakan berbagai rencana strategis, 
rencana aksi, dan program-program pemerintah. Ia meminta semua program 
pemerintah agar segera dilaksanakan dan jangan ada jajaran pemerintah baik di 
pusat maupun daerah yang menunda pelaksanaan anggaran.

      Tetap Tumbuh

      Presiden dalam pidatonya memuji kinerja ekonomi 2009 yang tetap tumbuh 
positif dengan perkiraan di atas empat persen meski dunia sedang dilanda krisis 
keuangan global. Kinerja ekonomi 2009 dinilai Presiden cukup berhasil melalui 
beberapa indikator, di antaranya adalah tingkat inflasi hanya 2,78 persen yang 
merupakan angka terendah selama 10 tahun terakhir. 

      Sedangkan nilai tukar rupiah pada akhir 2009 ditutup pada tingkat 
Rp9.400-an, dan cadangan devisa terakumulasi di atas 65 miliar dolar AS yang 
merupakan tingkat tertinggi yang pernah dicapai serta defisit anggaran yang 
jauh dari target yaitu hanya 1,6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau 
Rp87 triliun.

      Dengan prestasi ekonomi dan fiskal pada 2009, Presiden optimis pada 2010 
pemerintah dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,5 persen, tingkat 
inflasi lima persen, tingkat kemiskinan 13 persen dan pengangguran delapan 
persen. Kepala Negara menyebutkan prioritas pembangunan pada 2010 bertujuan 
memulihkan perekonomian nasional dan memelihara kesejahteraan rakyat.

      Prioritas itu adalah pemeliharaan kesejahteraan rakyat serta penataan 
kelembagaan dan pelaksanaan sistem perlindungan sosial, peningkatan kualitas 
sumber saya manusia, pemantapan reformasi birokrasi dan hukum, serta pemantapan 
demokrasi keamanan nasional, pemulihan ekonomi didukung oleh pembangunan 
pertanian, infrastruktur dan energi, serta peningkatan kualitas pengelolaan 
sumber daya alam dan penanganan perubahan iklim.

      Dalam APBN 2010, Presiden menuturkan, telah ditingkatkan anggaran belanja 
pegawai, belanja barang, dan belanja modal. Dengan peningkatan belanja modal 
dari Rp127 triliun pada 2009 menjadi Rp158,1 triliun pada 2010 diharapkan 
kesejahteraan pegawai negeri, anggota TNI dan Polri, serta pensiunan dapat 
ditingkatkan. "Besaran gaji aparatur negara akan terus diupayakan untuk dapat 
mencerminkan asas keadilan, kepatutan, dan sesuai dengan kemampuan anggaran," 
ujarnya. (Ant)

      ++++
     

Kirim email ke