http://tempointeraktif.com/khusus/selusur/penjara.wanita/page02.php

Penjara Wanita (2) 



Selain tidur, para tahanan melakukan aktivitas lainnya, seperti makan, minum, 
mandi, dan buang hajat, di kamar dengan sanitasi tak memadai. Kamar sempit yang 
sudah dijejali 20 tahanan itu masih ditambah sumpek dengan gantungan aneka 
handuk dan pakaian kotor milik para penghuninya.

Rhani dan Wulan adalah dua dari sekian tahanan wanita yang tengah hamil yang 
mendekam di Rutan Pondok Bambu. Mereka berbaur jadi satu dengan ratusan tahanan 
wanita lainnya, dengan latar belakang dan perilaku berbeda-beda. Kondisi mereka 
sungguh kontras dengan Artalyta Suryani alias Ayin, terpidana lima tahun kasus 
suap terhadap jaksa Urip Tri Gunawan. Artalyta dipergoki di ruang penjara mewah 
saat Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum melakukan inspeksi pada Ahad malam 
pekan lalu. 

Ayin justru berada di ruangan lantai tiga kompleks perkantoran penjara Pondok 
Bambu, yang dilengkapi dengan fasilitas penyejuk udara, seperangkat sofa kulit, 
tempat tidur pegas, televisi layar datar, serta peralatan dapur lengkap, dari 
blender hingga lemari es. 

Seperti dimuat di Koran Tempo (15 Januari 2010), Satuan Tugas juga menemukan 
fasilitas mewah di sel Liem Marita alias Aling, terpidana kasus narkoba. Bahkan 
di sel Aling ditemukan ruang karaoke yang dilengkapi dengan televisi. Hasil tim 
investigasi majalah Tempo, yang dilakukan jauh sebelum inspeksi Satuan Tugas, 
juga menemukan kenyataan serupa. Tim investigasi menemukan kamar seluas sekitar 
6 x 6 meter yang sekaligus sebagai "kantor" Ayin, dilengkapi dengan penyejuk 
udara. Kamar itu dibelah dua oleh deretan lemari. Di bagian depan terdapat 
tempat tidur kulit ukuran dobel, sofa, dan dua meja. Televisi layar datar merek 
LG ditaruh di bufet. Sebuah cermin setinggi sekitar dua meter disandarkan di 
dinding, di balik pintu masuk.

Di bagian dalam, ada meja kerja berbentuk L berwarna cokelat muda. Juga kulkas 
penuh buah dan makanan, serta boks tempat tidur bayi. Bocah berambut kepirangan 
itu anak bekas seorang narapidana yang diadopsi Ayin. Di tempat itulah Ayin 
mengurusi perusahaannya dari dalam penjara serta menerima para kolega bisnis. 
Selain itu, hasil penelusuran tim investigasi Tempo menemukan Ayin juga 
menempati sel khusus untuk tidur. Sel itu dilengkapi dengan tempat tidur ukuran 
dobel, televisi layar datar 21 inci, dan berpenyejuk udara. Sel khusus itu 
dihuni Ayin sendirian.

Semua fasilitas nan mewah itu dibantah oleh Ayin. Kepada Tempo, dia mengatakan 
kantor itu bukan khusus buat dia. "Kamar itu bukan istimewa buat saya. Dipakai 
sekian banyak orang, termasuk pesantren kilat, untuk lima puluh orang tiap 
hari,"katanya seperti dikutip majalah Tempo edisi 11-17 Januari 2010. Lalu, dia 
juga tak tinggal sendirian di sel khusus buat tidur. "Saya bersama dua 
narapidana lain."

Begitulah. Buntut dari inspeksi Satuan Tugas itu, Kepala Rutan Pondok Bambu 
Sarju Wibowo dinonaktifkan. Artalyta Suryani lalu dipindahkan ke Lembaga 
Pemasyarakatan Wanita Tangerang, Banten, sekitar sepekan setelah
inspeksi digelar. Yang jelas, sebuah ironi telah tergelar di penjara wanita di 
negeri ini. Sementara ratusan tahanan harus berjejalan di dalam sel tahanan 
yang sempit dan sumpek, ada segelintir orang, karena memiliki uang dan kuasa, 
kemudian bisa menyulap sel-sel bui menjadi kamar yang serba luks dan 
berfasilitas mewah.

Kirim email ke