http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2010020500165056
Jum'at, 5 Februari 2010 OPINI TAJUK: Kerbau 'Si Lebay' yang Mengusik LAGI-LAGI hewan menjadi sasaran tembak. Bukan lagi kambing hitam, kali ini hewan berbadan besar, kerbau, yang menjadi pembicaraan berbagai kalangan di negeri ini. Ya, setelah aksi demonstrasi menyikapi 100 hari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono yang mengikutsertakan kerbau, banyak kecaman datang, termasuk dari SBY. Demo yang digelar belasan orang dari Pemuda Cinta Tanah Air (Pecat) pada 28 Januari lalu, ikut membawa kerbau yang tubuhnya dicoreti beragam tulisan plus gambar Presiden SBY. Hal ini dinilai sebagai suatu ketidakpantasan. Ketidakpantasan karena dilakukan dengan tidak mengindahkan norma-norma kepantasan. Secara implisit menghujam pada kinerja SBY. SBY terusik dan membawa persoalan demo kerbau "Si Lebay" ini pada rapat pertemuan dengan menteri dan gubernur se-Indonesia di Istana Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, Selasa (2-2) lalu. SBY mencontohkan demo besar-besaran menyambut 100 hari pemerintahannya, "Di sana ada yang teriak-teriak SBY maling, Boediono maling, menteri-menteri maling. Ada juga demo yang bawa kerbau. Ada gambar SBY. Dibilang, SBY malas, badannya besar kayak kerbau. Apakah itu unjuk rasa? Itu nanti kita bahas," kata SBY. SBY mengimbau agar demokrasi yang merupakan bagian dari reformasi dilakukan dengan bermartabat. Kegeraman SBY atas demo yang membawa kerbau 'Si Lebay" adalah pantas dan wajar. Sebagai bangsa yang bermartabat, kita memang dituntut menjunjung norma-norma dan etika dalam menyampaikan pendapat termasuk mengkritik. Namun, esensi dari demo tersebut jangan sampai diabaikan. Jangan terlalu merisaukan dan mempermasalahkan soal hewan yang dibawa hingga ke tataran raker dan menguras energi, tetapi malah melupakan kinerja pemerintahan. Sebab, masih banyak persoalan yang harus dientaskan, setelah dilaluinya proses 100 hari pemerintahan. Mengevaluasi kembali, memperbaiki program kerja yang belum maksimal, dan membuat program kerja ke depan harus menjadi prioritas utama ketimbang mengurusi kerbau "Si Lebay". Masih banyak persoalan yang harus dituntaskan, seperti soal korupsi, termasuk kasus Century yang berlarut dan blunder. Di bidang perekonomian dan perdagangan, kita juga terancam setelah disepakatinya perdagangan bebas dengan China per 1 Januari lalu, serta masalah pengangguran di negeri ini amat membutuhkan energi yang fokus demi penuntasannya. Memang, membangun sebuah peradaban itu membutuhkan proses panjang dan menguras energi. Jadi, biarlah kritikan--yang santun tentunya--terus mengalir demi perbaikan kinerja pemerintahan dan terwujudnya masyarakat yang sejahtera. Lagi pula tanpa kritik, presure, chech and balance, dan oposisi, demokrasi akan sangat hambar. Untung masih ada pihak-pihak yang memerankan itu semua, agar jalannya negara tetap di koridornya. n
<<16_10_171.gif>>
<<36_11_6.gif>>
<<bening.gif>>
sig.jsp?pc=ZSzeb112&pp=GRfox000
Description: Binary data