Tulisan ini juga disajikan dalam website http://umarsaid.free.fr/
yang sampai sekarang sudah dikunjungi lebih dari  612 520  kali

====================


Menyambut HUT PKI tanggal 23 Mei 1920

(bagian  tiga )



                                Tentang ajaran komunisme
                                atau marxisme di Indonesia




Sesudah PKI dan marxisme dilarang di Indonesia  sejak 1966 (44 tahun),
bagaimanakah perkembangannya sekarang, dan apakah komunisme atau marxisme
masih bisa hidup di Indonesia di kemudian hari ? Dan bagaimanakah
perkembangan komunisme atau marxisme  di dunia sekarang ini ?



Tulisan ini mengajak para pembaca, termasuk mereka yang anti-PKI atau  yang
tidak menyukai komunisme atau marxisme, untuk mencoba berusaha menelaah
masalah-masalah ini dari berbagai segi, dengan mempelajari  - sebanyak
mungkin dan sebisanya  -- sejarah lahirnya komunisme di Indonesia dan di
dunia, berikut segala persoalan yang dihadapinya selama ini.



PKI, sebagai organisasi partai politik,  secara resminya memang sudah
dilarang oleh penguasa militer di bawah pimpinan Suharto, tetapi apakah
komunisme atau marxisme dapat dilarang, atau dicegah untuk dianut oleh
siapapun di Indonesia ? Kiranya, untuk pertanyaan semacam itu bisa saja
orang menjawab macam-macam, yang itu semua adalah hak setiap orang. Namun
demikian, tulisan ini dengan tegas menyatakan : TIDAK, TIDAK BISA !!! (mohon
diperhatikan, ditulis dengan huruf besar dan tanda seru tiga kali) .
Sebabya antara lain adalah hal-hal sebagai berikut :



Bung Karno adalah satu-satunya di antara banyak pemimpin atau tokoh
Indonesia yang dengan jelas, gigih, dan juga konsekwen ( ! ) mengemukakan
pendiriannya atau keyakinannya bahwa isi atau jiwa yang terkandung dalam
komunisme, atau marxisme atau sosialisme sudah dipunyai oleh sebagian rakyat
Indonesia sejak dulu, bahkan sebelum lahirnya PKI dalam tahun 1920.



Buku « Dibawah bendera revolusi » dan «  Revolusi belum selesai »



Bung Karno telah sering membeberkan pokok-pokok isi  -- atau inti jiwa  --
yang terkandung dalam komunisme atau marxisme atau sosialisme dalam berbagai
pidatonya yang dikumpulkan dalam buku « Dibawah bendera revolusi » dan «
Revolusi belum selesai ». Untuk bisa mengerti mengapa Bung Karno mempunyai
pandangan yang demikian itu, seyogianyalah kita semua berusaha menyimak
buku-buku tersebut serta mendalami isinya



Dalam pidato atau tulisan-tulisannya itu ia berulangkali dan sering sekali
menjelaskan bahwa karena sejarah bangsa yang selama 350 tahun dijajah
Belanda dan sebagai akibat dari berbagai macam penindasan, maka timbullah di
banyak kalangan rakyat Indonesia kemauan atau tekad untuk mengadakan
perlawanan, dengan berbagai cara, bentuk dan jalan.



Api perlawanan terhadap penjajahan  Belanda yang pernah berkobar sejak
permulaan abad ke 18 di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Ambon
dan tempat-tempat lainnya, telah menjadi makin besar dengan adanya
pembrontakan PKI dalam tahun 1926 di Jawa dan Sumatera Barat. Karena
pembrontakan PKI di tahun 1926 itulah  jiwa perlawanan terhadap
kolonialisme/imperialisme yang dikandung oleh ajaran komunisme atau marxisme
makin dikenal oleh kalangan perjuangan untuk kemerdekaan.



Sumbangan besar  ajaran komunisme untuk perjuangan



Para pengamat sejarah dapat melihat bahwa banyak sekali di antara para
perintis kemerdekaan atau tokoh-tokoh gerakan nasionalis (termasuk yang dari
golongan Islam) yang makin tergugah semangat perjuangan mereka untuk melawan
kolonialisme Belanda setelah mereka mengenal atau mendengar – sedikit
banyaknya – tentang jiwa perlawanan terhadap segala macam ketidakadilan yang
menjadi ciri-ciri utama komunisme atau marxisme. Fenomena yang demikian ini
tidak hanya terdapat di kalangan pemuda/mahasiswa yang tergabung dalam
Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda waktu itu, melainkan juga di banyak
partai-partai dan macam-macam organisasi di tanahair.



Jadi, jelaslah bahwa jiwa komunisme atau isi marxisme merupakan salah satu
di antara pendorong semangat atau sumber berbagai inspirasi bagi banyak
pejuang perintis kemerdekaan, terutama sekali Bung Karno. Dalam kaitan ini,
baik sekali kita ingat-ingat bahwa  PKI-pun lahir dari salah satu seksi
Sarekat Islam yang dipimpin HOS Tjokroaminoto. Dari sinilah kelihatan
sumbangan besar dari jiwa komunisme atau marxisme untuk perjuangan
kemerdekaan nasional kita.



Dengan mengingat itu semua, maka kiranya dapat dimengertilah mengapa Bung
Karno tetap terus membela marxisme dan PKI dengan begitu gigihnya, ketika
Suharto beserta para jenderal pendukungnya membunuhi jutaan anggota dan
simpatisan PKI sesudah terjadinya G30S. Dan kita dapat mengerti pula mengapa
ia tetap setia mempertahankan gagasan besarnya NASAKOM, meskipun ditentang
oleh semua golongan reaksioner di Indonesia (baik sipil maupun militer))
yang bersekutu dengan fihak nekolim (terutama AS dengan CIA-nya).



Bagaimana dengan keadaan sekarang ?



Sekarang ini, sesudah 44 tahun PKI dan marxisme dinyatakan terlarang dengan
Ketetapan MPRS 25/1966, ada perkembangan situasi yang menarik di Indonesia.
Walaupun resminya saja larangan penyebaran marxisme masih belum dicabut,
tetapi buku Das Capital bisa diterbitkan oleh Hasta Mitra, yang
peluncurannya diberkahi oleh pidato Gus Dur. Di samping itu sudah banyak
sekali  buku yang berisi segala macam bahan tentang PKI atau marxisme,
walaupun dengan berbagai nuansa atau pandangan, yang sudah beredar sejak
lama.



Walaupun Kejaksaan Agung masih juga melarang  sejumlah buku (antara lain
buku Berjudul Dalih Pembunuhan Massal Gerakan 30 September dan Kudeta
Suharto, karangan John Roosa, dan Lekra Tak Membakar Buku Karangan Rhoma Dwi
Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan) namun perkembangan situasi (nasional
dan internasional) mengindikasikan arah yang makin tidak menguntungkan
golongan yang tetap ngotot bersikap reaksioner atau kontra-revolusioner,
yang terus memusuhi kalangan progresif di masyarakat Indonesia, dan yang
juga bersekutu dengan kaum reaksioner asing dan neo-liberalisme.



Ini kelihatan dari makin menanjaknya atau meluasnya perlawanan berbagai
golongan di Indonesia terhadap segala kebobrokan moral, kebusukan mental,
dan segala kejahatan (terutama korupsi kalangan atas, umpamanya kasus BLBI,
Bank Century, pengemplangan pajak Aburizal Bakri sebesar Rp 2,1 triliun,
banyak kasus yang dibongkar Susno Duadji dll dll dll)



Jiwa komunisme/marxisme akan terus berkembang


Dari banyaknya aksi-aksi yang dilancarkan oleh berbagai macam kalangan
pemuda/mahasiswa dan organisasi buruh, tani dan wanita, dan dari kerasnya
suara yang dilontarkan terhadap politik reaksioner oleh pemerintahan SBY
yang bersekongkol dengan kekuatan neo-liberalisme, dapat tercium adanya
semangat perlawanan yang terkandung dalam jiwa revolusioner marxisme. Inti
atau jiwa marxisme adalah perlawanan terhadap segala macam penindasan, dan
segala kejahatan  yang dilakukan oleh golongan reaksioner.



Dan karena adanya berbagai kebobrokan yang parah dewasa ini (dan  yang
pastilah akan masih juga tetap parah di masa datang ! )  yang merugikan
kepentingan rakyat banyak, maka perlawanan berbagai golongan dalam
masyarakat akan makin banyak dan berkembang dengan macam-macam cara, jalan
dan bentuk. Dalam perlawanan ini macam-macam golongan dapat menggunakan
berbagai  macam pedoman atau pegangan. Karena jiwa marxisme sudah terbukti
di dunia selama ini sebagai pegangan yang ideal bagi perjuangan banyak
kalangan melawan penindasan dan membela keadilan, maka di Indonesiapun  jiwa
marxisme akan terus tumbuh dan berkembang.



Dengan pandangan dari sudut ini dapatlah kiranya  dikatakan dengan pasti
bahwa jiwa marxisme tidak bisa dimatikan di Indonesia walaupun ada ketetapan
MPRS no 25/1966. Apalagi sekarang ini !!! Sebab jiwa ini bisa selalu
adir  -- dengan berbagai cara, bentuk dan jalan  --  untuk menemani atau
mengantar setiap perjuangan  melawan ketidakadilan dan membela kepentingan
yang sah bagi rakyat banyak. Jiwa marxisme (atau komunisme) ini bisa
merangkak atau  berkeliaran kemana-mana, dan bersarang dalam fikiran atau
bersemayam dalam hati banyak orang atau kalangan dan golongan yang berjuang
dengan sungguh-sungguh



Marxisme/komunisme melalui Google di Internet


Kita bisa sama-sama melihat, bahwa dengan adanya Internet, maka larangan
penyebaran dan menerima segala macam bahan atau informasi mengenai PKI, atau
ajaran-ajaran komunisme dan marxisme, menjadi tidak ada artinya bagi banyak
orang. Kasarnya, larangan itu, yang tadinya dalam masa puluhan tahun rejim
militer Orde Baru telah menjadi momok bagi banyak orang, sekarang telah
menjadi bahan tertawaan, atau sesuatu yang mengandung kebodohan



Sebab, melalui Internet (terutama dengan menggunakan Google atau Ensiklopedi
Wikipédia) setiap orang dapat dengan leluasa, dan setiap waktu, mendapatkan
berbagai macam bacaan sebanyak-banyaknya tentang komunisme atau marxisme,
baik yang di Indonesia maupun di dunia. Larangan lewat Ketetapan MPRS ini
sekarang terbukti sudah tidak mampu mencegah orang untuk memperoleh atau
mengedarkan segala macam bacaan tentang marxisme.



Juga larangan tentang kegiatan PKI sudah tidak lagi mempunyai arti seperti
yang sudah-sudah, kecuali hanya menunjukkan watak yang reaksioner dari
berbagai pemerintahan di Indonesia, dan memperlihatkan kepada seluruh dunia
wajah buruk yang tidak demokratis. Sebab, para panganut ajaran  komunis atau
marxis, baik yang tergabung dalam PKI maupun yang di luar PKI, masih bisa
terus bergerak dan mempraktekkan ajaran-ajaran revolusioner yang terkandung
dalam komunisme dan marxisme, dengan macam-macam cara, bentuk dan jalan.



Kiranya, mudahlah dapat diduga atau diperkirakan bahwa orang-orang atau
kalangan yang sungguh-sungguh berhaluan komunis atau marxis akan berjuang
terus, walaupun PKI dilarang, dengan berbagai jalan yang mungkin. Kita tidak
tahu siapa saja dan di mana saja atau dalam gerakan apa saja para penganut
komunisme atau marxisme di Indonesia sudah, sedang atau akan melakukan
perjuangan mereka, untuk kepentingan orang banyak, terutama kepentingan
rakyat miskin yang tertindas dan sengsara.



Karena itu, walaupun PKI dilarang secara resmi, namun bisalah  diduga bahwa
isi dan tujuan perjuangan PKI sekarang ini dilakukan atau diteruskan oleh
berbagai macam golongan dan kalangan yang mempunyai haluan dan tujuan
perjuangan yang sama, yaitu masyarakat adil dan makmur, yang menurut Bung
Karno disebut sebagai masyarakat sosialis.



Ajaran marxisme/komunisme tidak bisa lagi di-taboo-kan


Jadi, jelaslah sekarang ini bahwa berbagai informasi mengenai PKI, atau
ajaran-ajaran komunisme atau marxisme, tidak bisa lagi di-taboo-kan, seperti
jamannya Suharto. Sebab, melalui Internet dan membuka Google, maka setiap
orang dapat memperoleh bacaan yang beraneka ragam tentang itu semua. Untuk
memberi gambaran tentang besarnya dan luasnya kemungkinan untuk
mendapatkannya, adalah sebagai berikut :



Kalau dibuka Google bahasa Indonesia dan ditik kata kunci  « Komunisme
sebagai ideologi » maka akan tersedia 115 000 halaman. Sedangkan kalau
dengan kata kunci «Komunisme di indonesia »   maka akan tersedia   575 000
halaman



Contoh-contoh lainnya adalah :



Komunisme masih hidup     --   1.230 000  halaman



Komunisme di dunia      --      468 000  halaman



Mempelajari komunisme      --    126  000  halaman



Sejarah komunisme di indonesia     --     281 000  halaman



Bahan bacaan tentang komunisme yang tersedia dalam Google tidak seluruhnya
bersifat serba positif, melainkan juga bercampur dengan yang bersikap
negatif, mencela atau kritis.



Sedangkan kalau dibuka Google dalam bahasa Inggris maka akan tersedia
macam-macam bacaan yang jumlahnya luar biasa banyaknya, sehingga sulit untuk
diperkirakan berapakah waktu yang diperlukan untuk bisa membaca seluruhnya.



Sebab, kalau ditik kata kunci : Communism today  -- maka akan tersedia
5,240, 000 halaman atau bahan bacaan ( !!!).  Kalau dengan kata kunci :
Marxism today – akan tersedia 485.000 halaman.


Alat perjuangan sekarang dan di masa depan.



Mengingat itu semua, nyatalah dengan jelas bahwa larangan terhadap
beredarnya ajaran komunisme atau marxisme di Indonesia adalah nonsense
belaka sekarang ini. Banyak orang dapat memperolehnya melalui berbagai jalan
dan cara. Di antaranya adalah melalui Internet, setiap waktu,
sebanyak-banyaknya, dengan leluasa dan juga aman.,



Dan dengan perkembangan situasi di Indonesia, yang sedang dibanjiri oleh
berbagai persoalan parah yang terus-menerus menyengsarakan banyak orang, dan
karenanya memerlukan perjuangan revolusioner untuk mendatangkan perubahan
besar-besaran dan fundamental, maka jiwa ajaran komunisme atau marxisme akan
makin mendapat tempat di fikiran dan hati banyak orang.



Jiwa revolusioner yang dikandung ajaran komunisme atau marxisme adalah alat
perjuangan bagi banyak kalangan di Indonesia, yang dengan sungguh-sungguh
bertekad untuk mengadakan perubahan  besar-besaran dan fundamental, baik
sekarang maupun  di masa depan..



Paris, 29 Mei 2010



A. Umar Said




Kirim email ke