http://www.mediaindonesia.com/read/2010/06/06/147800/70/13/Dana-Aspirasi-Dana-Akal-akalan-


Dana Aspirasi Dana Akal-akalan 

Rabu, 09 Juni 2010 00:01 WIB      
PARTAI Golkar mengukuhkan diri benar-benar sebagai partai yang pragmatis. Tidak 
ada bulir-bulir idealisme. Sebagai partai dengan penyangga utama para 
pengusaha, Golkar sepertinya hanya memiliki kalkulator untung dan rugi. 
Pedagang tentu saja berkehendak mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. 
Perkara yang masuk akal. Menjadi persoalan bila keuntungan itu diraih melalui 
akal-akalan. 

Itulah yang terjadi ketika Partai Golkar melansir usulan mengenai perlunya dana 
pembinaan daerah pemilihan untuk setiap anggota DPR sebesar Rp15 miliar. Usul 
yang dikarang-karang, yang dicari-cari basis legitimasinya, karena itu sangat 
rapuh. Tatkala usulan itu diserang dan dikritik dari berbagai penjuru mata 
angin, Golkar pun goyah. Wakil Ketua DPR dari Golkar Priyo Budi Santoso 
mengatakan ide itu sekadar usulan. Jika dilaksanakan, syukur, bila ditolak pun, 
tak jadi soal. 

Amat kita sayangkan pernyataan tersebut. Pernyataan itu bermakna Golkar sekadar 
berspekulasi dengan usulan yang jika dilaksanakan akan membobol APBN sebesar 
Rp8,4 triliun. Suatu angka yang tidak kecil. Ternyata Golkar bermain-main 
dengan uang yang dipungut dari pajak rakyat. Sebuah ide yang belum diuji 
kesahihannya langsung dikemas menjadi sebuah usulan resmi fraksi dalam rapat 
paripurna dewan. Ini sangat naif. Dan ketika dikritik dan diserang, Golkar 
dengan enteng pula mengatakan itu sekadar usulan yang boleh diterima ataupun 
ditolak. 

Pernyataan elite Golkar seperti itu untuk kesekian kalinya memperlihatkan tidak 
ada tanggung jawab partai tersebut. Partai hanya dijadikan sarana untuk memburu 
kekuasaan dan uang. 
Sebuah gagasan dari sebuah partai sebesar Golkar seharusnya diuji terlebih 
dahulu kelayakannya. Sebuah usulan harus memiliki basis berpikir yang kuat 
serta pengalaman empiris yang teruji. Tanpa uji kesahihan, usul tersebut hanya 
sampah. 

Begitu banyak argumentasi yang mematahkan usulan itu, tetapi Golkar memaksakan 
diri tetap mengajukannya. Bahkan dengan ancaman akan membuat deadlock APBN 
2011. Ini sungguh-sungguh mencurigakan. Jangan-jangan Golkar mempunyai agenda 
terselubung di balik usulan itu. Golkar memang sangat piawai menyelubungkan 
agenda-agenda mereka, dengan alasan yang bernada populis. 

Misalnya, argumentasi bahwa dengan pembagian Rp15 miliar per anggota dewan, 
akan tercipta pemerataan. Argumentasi itu gugur karena sebagian besar anggota 
DPR justru terdapat di Jawa. Jatah Rp15 miliar malah semakin menimbulkan 
kesenjangan karena dana tetap terkonsentrasi di Jawa. 

Di negeri asalnya, Amerika Serikat, ide jatah-jatahan bagi anggota parlemen 
semakin tidak populer. Bahkan, Presiden Barack Obama akan menghapusnya. 
Alasannya dana tersebut digunakan anggota parlemen untuk mengamankan posisi 
mereka pada pemilu berikutnya. Artinya, dana aspirasi tersebut tak berbeda 
dengan money politics. Celakanya, yang jelek dari Amerika Serikat itu justru 
oleh Golkar hendak diterapkan di negeri ini. 

Kirim email ke