http://www.sumeks.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=8455:berniat-kembalikan-seluruh-medali&catid=72:berita-utama&Itemid=123

      Berniat Kembalikan Seluruh Medali 
           
      Minggu, 18 Juli 2010 00:53  
      Duka Patmawati, Lifter Juara Dunia yang Tersandung Kasus Penipuan, sial 
betul nasib Patmawati. Lifter perempuan yang menjadi juara dunia pada 1997 
tersebut tersandung perkara hukum saat menjajal berbisnis sembako. Lebih nahas, 
dalam berita acara perkara, penyidik menulis jenis kelamin Patmawati laki-laki. 

      RAGIL UGENG, Jakarta 

          Rumah Patmawati berantakan. Beberapa sampah nangkring di atas meja 
ruang tamunya. Karpet di lantai juga lusuh. Debu menebal di mana-mana. 
        
        Kondisi tersebut terjadi sejak Patmawati harus berurusan dengan hukum. 
Dia tak sempat mengurusi rumah yang merupakan buah menabung selama menekuni 
olahraga angkat besi. 
          "Saya biarkan saja seperti itu. Sebab, tenaga serta pikiran saya 
benar-benar terkuras untuk mengurus kasus. Kalau urusan tersebut selesai, pasti 
saya tata lagi," terang Patmawati saat ditemui Jawa Pos, induk koran ini, di 
rumahnya, kawasan Bekasi, pekan lalu. 

          Bukan hanya rumah yang berantakan. Patmawati juga kuyu. Wajahnya 
mengguratkan kesan lelah. Lifter kelahiran Makassar, 18 Februari 1972, itu juga 
lebih kurus daripada sebelumnya. Namun, dia tak tahu pasti berapa kilogram 
berat badan yang hilang setelah harus berkonsentrasi menuntaskan kasus hukum 
yang membelitnya tersebut.
          "Yang jelas, sekarang celana saya kedodoran semua. Padahal, dulu 
rasanya pas," ucap juara dunia angkat besi pada 1997 itu.
          Kasus hukum tersebut dia akui sangat menguras tenaga dan pikiran. 
Kasus itu bermula saat dia berniat menjajal peruntungan di dunia bisnis. Pada 
akhir 2008 dia berkenalan dengan Melly Johan, pamasok sembako. Patmawati 
ditawari berjualan minyak goreng. 

          Merasa mampu menjalankan bisnis tersebut, Patmawati menganggukkan 
kepala. Dia menerima tawaran itu. Awalnya, semua berjalan lancar. Minyak goreng 
selalu habis dia jual. Karena itu, Melly menawari Patmawati bisnis lain. Yakni, 
membuka usaha pembungkusan makanan serta menjual gula dan tepung. Tawaran 
tersebut ditolak mentah-mentah oleh peraih perunggu Kejuaraan Angkat Besi Asia 
di Jepang pada 2008 tersebut. Namun, entah mengapa Melly tetap memaksa mengirim 
sembako itu ke rumah Patmawati. Mau tak mau, Patmawati harus menjualnya. 

          Lagi-lagi, dagangan Patmawati laris manis. Karena mampu menjual 
seluruh dagangan, Patmawati kembali dikirimi jenis sembako lain oleh Melly. Di 
antaranya, cuka dan terigu. Total harga barang-barang tersebut kurang lebih 
Rp28 juta. 
          "Padahal, saya tidak pesan. Tapi, Melly tetap saja mengirimkannya. Ya 
saya harus menjualnya," gerutu istri Suwito Daryanto tersebut. 

          Namun, tak selamanya bisnis yang dia jalankan mulus. Untung tak dapat 
diraih, buntung tak dapat ditolak. Kali ini Patmawati harus menerima cobaan 
berat. Pelanggannya yang selama ini selalu membayar tepat waktu kabur. 
Pelanggan tersebut tak membayar dagangan yang diambil dari Patmawati. Nilai 
total dagangan itu Rp60 juta. 
          "Saat itu saya baru sadar, kenapa begitu memercayainya. Saya tidak 
tahu bahwa dia hanya mengontrak. Saya berpikir semuanya akan lancar. Apalagi, 
awalnya pelanggan tersebut selalu membayar tepat waktu," jelas Patmawati dengan 
mata berkaca-kaca.

          Patmawati pun tak tahu harus berbuat apa. Apalagi, Melly memintanya 
membayar dagangan yang sudah dikirimkan itu. Ibu tiga anak tersebut berusaha 
menjelaskan kepada Melly mengenai kejadian yang menerpanya. Awalnya, Melly mau 
berkompromi. Melly bahkan membantu Patmawati mencari jalan agar pelanggan itu 
ditemukan.
          "Saya diajak pergi ke dukun. Banyak dukun yang sudah kami temui. 
Tapi, tidak ada hasilnya. Saat itu saya tidak berpikir melapor kepada polisi," 
tambah peraih perunggu Kejuaraan Asia di Dubai pada 2005 tersebut. 
          Lama-lama, kompromi antara Patmawati dan Melly luntur seiring dengan 
berjalannya waktu. Melly terus-terusan meminta Patmawati membayar dagangan yang 
sudah dititipkan kepadanya. Jumlahnya kurang lebih Rp 92 juta. 
          "Saya mau membayar, tapi mencicil. Kalau cash, saya tak punya uang. 
Tapi, Melly tidak mau. Dia ingin cash," kenang penyumbang emas untuk Indonesia 
di SEA Games 1991 tersebut. 

          Melly akhirnya melaporkan Patmawati kepada polisi. Patmawati dijerat 
dengan pasal penggelapan dan penipuan. Karena itu, dia mendekam di Rutan Pondok 
Bambu selama sebulan. Dia juga harus menjalani empat kali sidang sejak 3 Juni 
lalu. Sialnya, tiap kali sidang, selalu terjadi keanehan. Dalam berita acara 
perkara, misalnya, jenis kelaminnya ditulis laki-laki. 
          "Oleh pengacara saya, hal tersebut dipermasalahkan. Akhirnya, saya 
memang bisa bebas demi hukum sejak 24 Juni lalu," ujarnya.

          Namun, Patmawati tetap harus waspada. Sebab, Melly mengajukan banding 
atas putusan pengadilan tersebut. Patmawati hanya bisa pasrah jika harus 
kembali berurusan dengan hukum. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Sebab, sampai 
saat ini dia berutang sekitar Rp 20 juta kepada orang lain untuk mengurusi 
sidang kasus itu. 
          "Sampai sekarang belum saya bayar. Maka, saya berniat menjual rumah 
untuk membayar utang tersebut," jelasnya. 
          Pengalaman berurusan dengan hukum benar-benar membuat Patmawati 
dilanda trauma berat. Dia sampai enggan mencoba berbisnis lagi. Yang paling 
parah, dia tidak bersemangat lagi berurusan dengan semua hal yang berbau 
olahraga angkat besi. Dia berniat pensiun. Padahal, dia pernah menyatakan 
menjadikan PON 2012 di Riau sebagai ajang terakhir sebelum pensiun. Patmawati 
juga enggan meneruskan karier sebagai pelatih. 
        
        Padahal, sebelum kena kasus tersebut, dia merintis jalan untuk menjadi 
pelatih angkat besi. Dia sudah memiliki dua "murid" yang dibina di tempat 
fitness miliknya di samping rumah. "Saya akan menjadi ibu rumah tangga saja," 
ucap perempuan berotot tersebut.

          Bahkan, Patmawati berniat mengembalikan semua piagam serta medali 
yang selama ini diperoleh ke KONI atau KOI (Komite Olimpiade Indonesia). Hal 
itu merupakan bentuk kekecewaan dia terhadap sikap KONI/KOI. Dia menganggap 
KONI/KOI tak memberikan perhatian kepada dirinya yang diterpa masalah. 
Buktinya, selama Patmawati ditahan di rutan, tak ada seorang pun pengurus 
KONI/KOI yang menjenguk. Pengurus PB PABBSI setali tiga uang. Tak ada seorang 
pun yang menunjukkan iktikad baik untuk menemuinya. Hal tersebut sangat 
mengecewakan bagi Patmawati. 
          "Bulan ini saya akan mengembalikan semua piagam serta medali hasil 
kejuaraan. Selama ini saya sudah mengharumkan nama bangsa. Tapi, ketika saya 
diterpa masalah, kok terkesan ditinggal begitu saja. Tidak ada kepedulian sama 
sekali dari mereka," kecam Patmawati. 

          Tiap kali memandang medali dan piagam tersebut, Patmawati hanya 
merasa kecewa. Dia tak habis pikir atas sikap pengurus KONI/KOI serta PB PABBSI 
yang sama sekali tak memberinya bantuan, dukungan moral sekalipun. 
          "Anda adalah orang pertama yang menjenguk saya di rutan, juga ketika 
akhirnya saya bebas. Lalu, di mana kepedulian pengurus olahraga lain?" keluh 
peraih emas SEA Games 1995 tersebut.  
          Selain piagam dan medali, Patmawati bakal mengembalikan mobil sedan 
Timor yang didapat dari pemerintah setelah merebut gelar juara dunia pada 1997. 
"Itu mobil bodong. Tidak ada surat-suratnya. Digunakan juga bikin ketir-ketir. 
Saya sering kena tilang saat mengendarai mobil tersebut," tegas dia. (*/c11/ 

<<bu1.jpg>>

Kirim email ke