Reflekis : Mungkin Presiden & Co berpendapat anak-anak cerewet, jadi tidak 
perlu dibaca, karena membuang waktu untuk didengar hal-hal yang tidak penting. 
Begitulah kebiasaan arogansi penguasa NKRI.

http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=21646

2010-07-24
"Suara Anak Indonesia" Gagal Dibacakan di Depan Presiden Diduga karena Poin 
Pelarangan Iklan Rokok




[JAKARTA] Deklarasi "Suara Anak Indonesia" yang semula akan dibacakan di depan 
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Puncak Peringatan Hari Anak Nasional 
2010, Jumat (23/7) dibatalkan secara mendadak. Pembatalan diduga karena dalam 
salah satu poinnya, anak-anak meminta pelarangan iklan rokok. "Panitia bilang, 
tidak bisa dibacakan, mungkin karena poin itu," kata pendamping dua anak yang 
akan membacakan deklarasi itu, Puspa Sari, di Jakarta, Jumat. 


Poin yang dimaksud berisi permohonan peserta kongres anak agar anak-anak 
dilindungi dari bahaya rokok dengan melarang iklan rokok dan menaikkan harga 
rokok. Poin lainnya, antara lain berisi permintaan kepada pemerintah agar 
menyediakan rumah khusus untuk anak-anak terlantar dan korban kekerasan, 
mendahulukan proses mediasi dalam pengadilan anak, serta meminta jaminan 
kesehatan.
Semula, deklarasi tersebut dijadwalkan dibaca pukul 09.12 WIB. Deklarasi akan 
dibacakan dua remaja, salah satunya bernama Maesa Ranggawati. Namun, pada pukul 
08.00 WIB, mereka mendapat informasi pembacaan itu dibatalkan. "Padahal, 
semalam sudah geladi resik," kata Puspa Sari.


Meski kecewa, Puspa berharap, pembatalan pembacaan deklarasi tersebut bukan 
perintah dari Istana. "Semoga itu bukan dari yang berdiam di Istana, 
mudah-mudahan ini hanya masalah teknis," katanya. Maesa Ranggawati, satu dari 
dua anak yang akan membacakan deklarasi, mengaku kecewa. Maesa mengaku tidak 
mengetahui kenapa deklarasi tersebut tak boleh dibacakan. "Padahal, kami hanya 
membacakannya tidak lebih dari lima menit," katanya. 


Akhirnya, deklarasi itu dibacakan di depan Menteri Pendidikan Nasional.
Kekecewaan anak-anak itu juga ditambah dengan perlakuan kekerasan terhadap CL, 
bocah perempuan yang ditoyor seseorang, yang diduga anggota Paspampres. CL dan 
orangtuanya sangat kecewa sebab insiden kekerasan itu dilakukan tepat pada Hari 
Anak yang seharusnya penuh dengan kasih sayang.

Deklarasi
Sementara itu, isi delapan butir "Suara Anak Indonesia" itu antara lain 
mengajak anak Indonesia bersatu padu berpegangan tangan, saling toleransi, 
menghargai perbedaan. Anak Indonesia memerlukan dukungan pemerintah untuk 
memfasilitasi forum-forum anak di daerah."Kongres Anak Indonesia sebagai 
mekanisme nasional pemenuhan hak partisipasi anak," ujar Maesya Rangga Wasti, 
perwakilan dari Jawa Barat itu.


Mereka juga meminta agar pemerintah menyediakan rumah perlindungan bagi 
anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus, seperti anak telantar, anak 
korban kekerasan, anak korban perdagangan anak, korban bencana, dan anak yang 
berhadapan dengan hukum di setiap kabupaten, kota, dan provinsi. Pada Puncak 
Peringatan Hari Anak Indonesia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan 
tiga hal, yakni memberikan perlindungan pada anak, mendidik anak, dan 
memberikan kasih sayang kepada mereka.


"Melindungi atau memberikan perlindungn kepada anak berarti kita melindungi 
mereka dari kekerasan, eksploitasi, diskriminasi, melindungi mereka dari 
pergaulan yang tidak sehat dan melindungi mereka dari perlakuan yang buruk," 
katanya. [D-11/W-12] 

Kirim email ke