> "sunny" <am...@...> wrote:
> Refleki : Sialnya banyak TKI/TKW
> di Arab Saudia dan negeri-negeri
> disekitarnya tidak menikmati
> seperti yang ditulis dalam artikle
> ini. "Bayarlah upah kepada karyawan
> sebelum kering keringatnya, dan
> beri tahukan ketentuan gajinya
> terhadap apa yang dikerjakan."
> (HR Baihaki)

Islam tidak mengenal upah minimal, dan tidak ada dalam Islam bahwa system 
pengupahan harus disertai tunjangan pensiun, tunjangan anak isteri, tunjangan 
sakit dll.

Islam hanya mengenal upah sebelum keringatnya kering, jadi ukuran upah itu 
berdasarkan keringat, kalo tidak berkeringat tak perlu diberi upah !!!

Namun umat Islam menjadi tidak puas terhadap system pengupahan dinegara Syariah 
seperti di Arab Saudia karena mereka membandingkan system pengupahan Islam 
harus lebih baik daripada system pengupahan kafir.  Demikianlah didunia yang 
bukan Islam itulah semua tunjangan2 buruh dapat dijamin.

Ny. Muslim binti Muskitawati.















> http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/hikmah/10/07/21/125780-sistem-upah-yang-sesuai-islam
> 
> Sistem Upah yang Sesuai Islam
> Rabu, 21 Juli 2010, 10:38 WIB
> 
>      
> Pandega/Republika
> 
> 
> ilustrasi
> Oleh Imam Nur Suharno
> 
> "Bayarlah upah kepada karyawan sebelum kering keringatnya, dan beri tahukan 
> ketentuan gajinya terhadap apa yang dikerjakan." (HR Baihaki).
> 
> Islam sangat menolak perilaku eksploitatif terhadap karyawan. Karena itu, 
> membayar upah karyawan tepat waktu termasuk amanah yang harus segera 
> ditunaikan. Besarannya pun harus disesuaikan dengan kebutuhan minimal untuk 
> bisa hidup sejahtera. Itulah makna yang terkandung dalam hadis di atas.
> 
> "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak 
> menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia 
> supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran 
> yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi 
> Maha Melihat." (QS An-Nisa [4]: 58).
> 
> Tidak sedikit pengusaha dengan alasan ketidakmampuannya membayar upah 
> karyawan semaunya, padahal keuntungan pengusaha melimpah. Hanya dengan 
> sedikit permainan akuntansi data bisa berubah, seolah perusahaan tidak 
> memiliki keuntungan yang besar, sehingga dapat mengupah karyawan dengan upah 
> yang rendah.
> 
> Islam sangat melarang manusia memakan harta dengan cara yang batil. Mengupah 
> karyawan semaunya, padahal sebenarnya perusahaan mampu membayar lebih, ini 
> merupakan kebatilan yang harus ditinggalkan.
> 
> "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu 
> dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan 
> suka sama-suka di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu. 
> Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS An-Nisa [4]: 29).
> 
> Untuk itu, Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung dalam bukunya, Sistem 
> Penggajian Islam, menyebutkan, prinsip perhitungan besaran gaji sesuai 
> syariah. Pertama, prinsip adil dan layak dalam penentuan besaran gaji.
> 
> Kedua, manajemen perusahaan secara terbuka dan jujur serta memahami kondisi 
> internal dan situasi eksternal kebutuhan karyawan terhadap pemenuhan 
> kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Ketiga, manajemen perusahaan perlu 
> melakukan perhitungan maksimisasi (maximizing) besaran gaji yang sebanding 
> dengan besaran nisab zakat.
> 
> Dan keempat, manajemen perusahaan perlu melakukan revisi perhitungan besaran 
> gaji, baik di saat perusahaan laba maupun rugi, dan mengomunikasikannya 
> kepada karyawan.
> 
> Untuk itu, pemilik perusahaan hendaknya menetapkan kebijakan kepada manajemen 
> perusahaan untuk mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas sebagai sebuah 
> tanggung jawabnya terhadap karyawan. Wallahu a'lam.
>


Kirim email ke