http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2010072601344416

      Senin, 26 Juli 2010 
     

      BURAS 
     
     
     

Keadilan Ekonomi ala Kerokan Kates!


       
      "MBOK, siapa yang ngerokin kates--pepaya sayur--untuk pecal ini?" tanya 
Umar saat makan pecal di warung. "Kerokannya halus dan ukurannya rata sama 
besarnya, jadi seperti mi!"

      "Siapa yang sempat saja!" jawab simbok penjual pecal. "Kadang saya, 
kadang bapaknya, atau anak perempuan, juga yang laki-laki! Semua bisa!"

      "Selalu halus dan rata besarnya seperti mi begini?" timpal Amir. "Halus 
rata, jadi renyah!"

      "Memang harus seperti itu! Bisa halus dan rata bukan soal siapa yang 
mengerok katesnya, tapi berkat kerokan buatan bapaknya!" jelas simbok. "Lina, 
ambilkan kerokan kates di dapur"

      "Seperti ini kerokannya!" ujar Umar menerima kerokan dari Lina. "Mata 
pisaunya terbuat dari pelat baja tipis dibuat lima lipatan seperti kipas, 
lipatan tengah paling pendek, semakin ke tepi semakin tinggi, sehingga jajaran 
pisau mengikuti bulatnya buah pepaya! Di ujung lipatan muka-belakang dikikir 
tajam, bolak-balik fungsional, digagangi kayu agak besar agar enak dipegang!"

      "Kerokan seperti ini belum ada di pasar, Mbok!" tegas Amir. "Bapak bisa 
memproduksinya untuk dijual di pasar! Sekalian dibuat bentuk sebaliknya, pisau 
tengahnya tertinggi dan semakin ke tepi semakin pendek, untuk mengerok kelapa 
kopyor, agar kerokannya bisa halus dan rata begini, pasti lebih enak disantap 
pelanggan!"

      "Bapaknya tak sempat, harus bantu saya jualan" jawab simbok. "Saya tak 
mampu jualan sendiri!"

      "Begitu?" timpal Amir. "Tapi yang penting idenya, untuk menghasilkan 
kerokan berukuran sama yang rata, kerokannya disesuaikan dengan bentuk pepaya! 
Seharusnya begitu juga pembangunan untuk bisa menghasilkan keadilan 
sosial-ekonomi rakyat yang sama dan merata, disesuaikan pada bentuk kontur 
sosial-ekonomi rakyat! Bukan seperti sekarang, model teknokratis yang justru 
disesuaikan pada kepentingan kalangan elitenya!"

      "Dengan penyesuaian pada kepentingan elite itu, proses pembangunan 
sosial-ekonomi jadi seperti kerokan kates bermata tunggal, hasil kerokannya tak 
berukuran sama dan rata!" tegas Umar. "Jika terkait kepentingan elite, 
kerokannya dibuat besar dan tebal! Sedang yang tak terkait kepentingan elite, 
kerokannya kecil-kecil! Bahkan ada kerokan imajinatif, seolah-olah saja 
dikerok, padahal tak ada hasil kerokannya sama sekali!"

      "Anehnya, justru kerokan kates model teknokratis yang lazim dipakai dalam 
pembangunan sosial-ekonomi!" timpal Amir. "Akibatnya, semakin lama pembangunan 
dijalankan, semakin tajam pula ketimpangan sosial-ekonomi antara elite dan 
rakyat--terutama ketimpangan pendapatan!"

      H. Bambang Eka Wijaya
     

<<bening.gif>>

<<buras.jpg>>

Reply via email to