singkat saja dah pak agus  :
"orang tua saya sendiri sejak awal tidak menyetujui hubungan kami,
termasuk saudara tua (kakak)."
 
kadang anda tidak hanya bisa sekedar percaya kpd diri anda sendiri buat mengambil keputusan sepenting itu,that is :
getting married.karena saran dari keluarga anda sendiri sudah
anda terabas dulu, sekarang baru terasa dan teringat kan. 
and getting suicide certainly tidak solve the problem. itu sikap pengecut.
di dunia anda masih punya hutang kpd anak2 anda sendiri.cara paling baik buat
membalas adalah besarkan anak2 anda sebaik2nya, bimbing mereka agar tidak
mengulang kesalahan yg telah anda buat dalam jalan hidup mereka.sikap thd istri anda : secara personal tentu sudah turun drastis, skrg tinggal komitmennya ke anak2. kalau dia msh punya komitmen yg sama ke anak2, berarti msh bisa diajak bareng. tapi kalau tidak, ya anda harus berbesar hati untuk melepasnya.

 
regards,
 
dani
 
agoes69 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Dear all,

Saya laki-laki beristri. Dulu, melalui milis ini saya jadi sering
berkoresponden dengannya. Memang mungkin karena kondisi pekerjaan
saya yg tidak memungkinkan untuk lebih banyak dirumah, menjadikan
istri saya kesepian dan mencoba untuk berbuat yang tidak semestinya.
Saya tidak tahu lagi harus meminta saran siapa lagi saat itu, karena
orang tua saya sendiri sejak awal tidak menyetujui hubungan kami,
termasuk saudara tua (kakak).
dengan berbagai cara, akhirnya saya bisa mempertahankan keutuhan
keluarga, walaupun harus banyak berkorban. Bahkan saya sempat mencoba
bunuh diri, tapi ada yg menggagalkan, saat itu saya sudah tidak tahan
lagi.
Saat itu seolah saya tidak punya lagi teman untuk berbagai karena
tidak mungkin menceritakan kepada orang yang juga mengenal istriku.
Mereka pasti juga jadi memandang rendah istriku. Kondisinya jadi
serba sulit.
begitulah, saya jadi keterusan selalu ingin kontak saat membutuhkan
teman untuk berbagi, walaupun ketemu juga gak pernah. Saya hanya
merasa pas saja dengan saran dan pandangan-pandangannya. tapi sayang,
entah apa kesalahan yg telah aku perbuat, sehingga kami tidak
memungkinkan lagi untuk keep-contact. peran teman memang sangat
besar. saya jadi lebih lega setelah bercerita, dan berpikir jernih
untuk menentukan sikap.
Bukannya saya tidak menghargai lagi istri, tapi sungguh saya sudah
sulit untuk komunikasi dari hati ke hati. Semuanya hanya demi
kelangsungan masa depan anak-anak kami, yg saat ini baru berusia 10
tahun dan yang terakhir 9 bulan. Sehingga saya mencoba berbagi dengan
teman, sejak 3 tahun lalu.

Saya betul-betul merasa kehilangan seorang teman, tapi mungkin disini
ada yang bersedia bantu berikan pandangan2. terkadang memang
untuk 'membalas' sikap dan perbuatan istri, saya terkadang tergoda
untuk melakukan selingkuh diluar dg wanita lain (kondisi pekerjaan
saya sangat memungkinkan untuk melakukan itu), tapi selalu gagal
karena terbayang anak dan perasaan bersalah. Sehingga berbagi cerita
secara online, seperti ini menurut saya bisa mengurangi perasaan
bersalah itu dan lebih 'aman' karena tidak memberikan 'efek' langsung
kepada istri.

rekan sekalian, saya membutuhkan pandangan anda sekalian misalkan
saya menjalin hubungan dengan teman yang kebetulan wanita, (karena
memang saya berharap bisa memperoleh pandangan dari wanita).
pandangan dari sesama wanita mungkin menurut saya bisa mewakili
keinginan istri saya.
saya hanya berharap untuk mampu bersikap secara bijaksana terhadap
istri saya. karena terus terang, istri saya adalah cinta pertama saya.

Semoga tulisan saya bisa 'ditangkap', karena saat ini saya betul-
betul lelah.

Sekian dulu








Yahoo! Music Unlimited - Access over 1 million songs. Try it free.

Milis Curhat The Friendliest Way ...
Curhat@YahooGroups.Com





YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke