Wanita Yang Pernah
Ternoda<http://coretanpena-erwin.blogspot.com/2008/04/wanita-yang-pernah-ternoda.html>
Diposting
oleh Erwin Arianto di
21:52<http://coretanpena-erwin.blogspot.com/2008/04/wanita-yang-pernah-ternoda.html>

<http://bp0.blogger.com/_YQYm-M7Kc0s/SBVZWFeRxuI/AAAAAAAAAW4/NmSmkZxPkVM/s1600-h/images.jpg>

"Selamat pagi... Denty" sapa lembut seorang suster perawat yang berpapasan
dengan ku pada pagi itu.di rumah sakit tempat aku menjadi menjalankan
kehidupan siangku sebagai Assisten Dokter, sabagai syarat agar aku menjadi
seorang dokter, ini adalah keingin ibu yang menginkan aku menjadi dokter.
"Ibu mau kamu menjadi dokter, biar bisa menyembuhkan orang, biar ada orang
yang mau mengabdi kepada orang yang susah, ibu tidak mau kamu jadi dokter
yang matralistis." ketika aku bingung memutuskan jurusan kuliah yang akan
aku geluti kala itu.

Ya ibu sangat traumatik ketika ibu membawa Alm ayahku yang telah meninggal
ketika terjadi kecelakaan, dan ibu mendesak aku untuk menjadi seorang dokter
yang bisa diandalkan. ibu begitu bangganya menyambut kehadiran ku, tak
henti-hentinya mereka mengucap syukur. Aku di besarkan di pangkuan seorang
ibu yang membuat ku bangga hadir di dunia ini yang menemani ku menghadapi
kerasnya hidup. aku di besarkan di sebuah desa di perkebunan teh jauh dari
hiruk pikuk kehidupan kota. yang masih dengan bebasnya menghirup udara segar
di pagi hari jauh dari polusi.

Mungkin kehidupan siangku berisi dengan penuh Pengabdian kepada masyrakat,
tapi aku menyukai untuk dunia yang gemerlap kala malam har,Pergi kediskotik
adalah sebuah menu wajib bagiku, dan aku suka berganti-ganti pacar, yah
bertujuan agar aku bisa membiaya ku dalam menikmati remang-remang diskotik,
hobi satu ku ini cukup menguras uang yang cukup besar, banyak lelaki yang
tertarik kepadaku karena aku bertubuh tinggi dan cukup menarik minat meraka,
banyak yang mungkin hanya tertarik dengan tubuh ku saja, tapi hal itu tidak
menjadi permasalahan buatku. "yang penting aku bisa dugem" itulah alasanku
ketika Tini sahabatku memberi nasihat padaku.

Pagi itu aku bertemu seorang wanita yang sholeh, berjilbab menangis
sesegukan di depan koridor rumah sakit Cipto Mangun kusumo tempat ku
praktik, Aku memandang wajahnya lekat. dan aku mencoba menyapanya pagi itu.
dan karena percaya kepadaku dia bercerita banyak tentang dirinya, Jiwaku
resah mendengar kisahnya. Dengan keraguan yang menggelayut dalam matanya dan
air mukanya yang gelisah, aku tidak yakin dia akan menyelesaikan ceritanya,
tapi entah dorongan dari mana, dia menuturkan juga pengalamannya yang
membuat hatiku koyak.

Perempuan dengan tatapan lembut di hadapan ku sedikit terlihat lega,
sekaligus takut-takut setelah menyelesaikan ceritanya. Mataku nanar setelah
mengetahui kisah hidupnya. Kisah hidup perempuan manis yang selalu tampak
ramah dan ceria, yang berusaha keras menjaga dirinya dari setiap jamahan
pria-pria tak bertanggung jawab, yang menutup auratnya sempurna, yang
cerdas, yang aktif, yang rendah hati, yang sebelumnya tak pernah sebersit
pun kukira bahwa ada fragmen dalam hidupnya yang terkoyak yang pernah
menghancurkan jiwanya, walaupun kini ia berhasil bangkit.

"Aku sudah terjamah. Aku benci!" Tutur wanita itu menyelesaikan kisahnya,
dan dia hanya menyebutkan namanya tika, ketika aku menanyakan siapa namanya.

Aku menimang-nimang, mulai membandingkan kilasan cerita yang ia tuturkan
dengan peristiwa yang kualami tiga bulan yang lalu. Jika dia, perempuan
berjilbab nan manis itu merasa telah ternoda karena sebuah tangan kotor
milik seorang dokter tak bertanggung jawab di sebuah rumah sakit, maka aku
adalah perempuan yang lebih hina lagi. Jika jiwanya saja bisa begitu
terguncang karena tangan kotor milik dokter itu telah dengan seenaknya
menyentuh, meremas, dan menikmati sisi kewanitaannya ketika dia dalam
keadaan tergolek lemah setengah sadar di rumah sakit, maka jenis perempuan
apakah aku ini, yang liar, menjijikan, dan tak pantas disebut perempuan
baik-baik? Jika kejadian yang menimpanya hampir lima tahun lalu, jauh
sebelum dia akhirnya memutuskan untuk mengenakan pakaian muslimah, masih
saja menggoreskan luka dalam di hatinya, maka hatiku telah hancur lebur
mengingat peristiwa manis sekaligus pahit yang kualami akhir beberapa bulan
lalu lalu.

pikiran ku melayang waktu kejadian di apartmen burhan seorang yang berstus
sebagai kekasihku "kamu mau main ketempatku" tanya burhan kala itu, seorang
pria pengusaha muda dari negeri jiran yang kukenal di diskotek di bilangan
kemang, dia berkata dia begitu menyukai aku atau mungkin hanya menyukai
tubuhku. "Kamu dokterkan" tanya burhan kepadaku. "Betul aku seorang dokter"
jawabku. "Berarti kamu tahu bagaimana agar kamu tidak hamil kan denty" ucap
burhan yang begitu menggetarkan aku.

"Mas aku bukan pelacur mas" ucap ku kepada burhan kala itu, "sudah lah
denty, aku tidak mengatakan kamu pelacur, kita melakukannya karena suka sama
suka bukan. jadi kamu tidak mau bertanggung jawab terhadap bayi yang ada
dikandungan ku ini. tanyaku kepada mas burhan yang saat itu menjadi
kekasihku. "bajingan kamu mas" ungkapku. dan burhan hanya tersenyum terkikik
melihat sikapku dan meninggalkanku siang itu di depan apartmenya pada
pertemuan keduaku.

Dan aku tersadar kembali dan bertatap mata kepada tika wanita yang tadi
menangis dihadapanku. "Jika itu saja kau sebut sudah terjamah, lalu kau
sebut apa peristiwa yang terjadi padaku?" Kalimat itu keluar begitu saja
tanpa kusadari.

Sejurus dia memandangku lekat. Di balik mata kecilnya aku melihat kejernihan
dan kepolosan seorang muslimah yang baik hati. Apakah aku sanggup
menceritakan kepahitan ini? Sedang riak wajah gadis dihadapanku menyiratkan
keingin-tahuan dan tanda kesiapan mendengar setragis apapun kisah yang akan
kuceritakan.

Lalu, tanpa bisa dibendung lagi, seolah air bah yang mengalir deras karena
bendungan tak lagi mampu menahan tekanannya, kalimat-kalimat jujur tentang
segala kegundahan hatiku, tentang merananya aku, tentang kekecewaan, tentang
hinaan dan deraan yang lama kupendam, kusimpan dan kusembunyikan dibalik
senyuman yang kupaksakan, akhirnya meluncur deras tanpa bisa lagi kutahan
dan kusembunyikan. aku menangis mendengar kisahnya yang sungguh menyayat
hatiku

Waktu itu Hanya sebuah perkenalan biasa yang akhirnya membawa petaka. Sebuah
kesenangan yang berakhir duka. Seorang pria mempesona yang menyeretku pada
siksa. Dia begitu tampan, bersahaja, dan menyenangkan. Kedalaman matanya
membiusku, tutur katanya menggetarkanku, setiap sentuhannya membakarku.
Malam itu setelah seharian menemaninya berkeliling kota, tanpa kami
masing-masing sadari, kami telah berada di sebuah ruangan di apartmennya,
hanya berdua, saling tertarik, saling menginginkan, dan aku terlena,
melupakan semua perkara dan fakta bahwa pria yang melenakan ini adalah pria
yang baru kukenal, pria yang esok atau lusa akan meninggalkanku kembali ke
negaranya. Dan benar saja, setelah malam itu, aku tak pernah mendengar
kabarnya lagi.

Aku menutup wajahku malu. Perempuan dihadapanku tak bergerak, terpaku saja
mendengar kisahku. Sedetik kemudian aku merasakan sebuah rangkulan hangat.
"Menangislah." Katanya lembut, dan aku menangis sejadi-jadinya. Menyesali
kebodohanku, meratapi nasibku, menangisi mahkotaku yang hilang sebelum
semuanya halal. Aku bukan lagi wanita suci, aku bukan lagi gadis berbudi,
aku tak ada bedanya dengan sampah.

"Kita perempuan adalah objek yang sangat mudah mengalami pelecehan baik kita
sadari maupun tidak." Perempuan itu berkata lembut, "jika kita tidak menjaga
diri baik-baik, semua akan berakhir fatal," Kata-katanya menghujam, "apa
yang menimpamu adalah sebuah kesalahan dan dosa, untuk menebusnya kau harus
kembali pada-Nya dan bertaubat."Ea

"Tapi, aku hina," ucapku seakan meyakinkan diriku sendiri.

"Pintu maaf Allah begitu luas terbentang terbuka. Dan yakinlah, Allah akan
memaafkanmu." ujar tika dengan lembut kepadaku, walau dengan sedikit airmata
menahan perih rasa didadanya.

Apa iya? Aku menimang-nimang dalam hati, tapi pandangan tajam menghujamnya
seolah menembus ke dalam mataku lalu menancap tepat di hatiku.

"Aku temanmu, aku akan mendukungmu, yakinlah, dunia belum runtuh, kau hanya
perlu bartaubat dan tidak mengulangi kesalahanmu." Kata-katanya masih
lembut, tetapi menggetarkan hatiku.

Mungkin aku "Neurosis" ujarku kepada tika seorang wanita yang baru ku kenal
dan menyadarkan atas kekhilafanku. "Apa itu Neorosis" tanya tika singkat
kepadaku "kondisi psikologis yang didalamnya pola perilaku abnormal timbul
sebagai akibat dari ketidakmampuan dalam menghadapi kecemasan dengan
cara-cara yang bisa diterima secara sosial"

"Apakah kamu beragama islam" tanya tika kepadaku

"Ya aku islam" ucapku kepada tika.

"Tidakkah Kau merindukan Allah" Tanya tika kepadaku

"Allah" ucapku dalam hati, aku telah melupakanya, dia yang memberi ku
kesempatan menjadi saat dokter ditengah ke status ke yatimanku. dan hatiku
menangis menyesali apa yang pernah aku lakukan. sambil aku menunduk kepala
tertegun memikirkan ucapan tika aku berjanji dalam hati untuk menjaga diriku
dari mata-mata liar dan tangan-tangan jahil pria-pria tak bertanggungjawab,
dan aku berajanji mengubah masa laluku yang kelam kearah yang benar sesuai
petunjuknya.Lalu aku merasakan sebuah tarikan halus, aku menurut saja ketika
perempuan lembut itu membimbingku ke mushala. "Shalat taubat, yuk." Ajaknya.

Kami pun segera ke mushloa menjalankan sholat Taubat, apa yang terjadi
kepada kami. Selesai melaksanakan sholat taubat, Tika menuntunku dalam
membaca doa taubat "Ya Allah ampunilah kesalahan kebodohan dan perbuatanku
yg berlebihan dalam urusanku, dan ampunilah kesalahanku yg KAU lebih
mengetahui daripada aku, ya Allah ampunilah aku dalam kesungguhanku
kemalasanku dan kesengajaanku yg semua itu ada pada diri ku, ya AllAh
ampunilah aku atas dosa yg lalu dan yang akan Datang ,dosa yg aku samarkan,
dosa yg aku perbuat dgn terangan dan dosa yg KaU lebih mengetahui dari pada
aku, KAU lah yg mengajukan dan Kau lah yg mengakhirkan dan Kau maha kuasa
atas segala sesuatu"

Dan mulai saat itu aku mengenakan jilbab yang menghias mukaku, serta kututup
semua tubuhku dan aku akan mengabdikan ilmu kedokteran yang aku miliki
mengabdi sepenuhnya kepada kebutuhan Ummat, Terimakasih Ibu, Terimaksih
Tika, Terimakasih Allah atas semua yang kau berikan. dan sedikit pesan untuk
para sahabat perempuan, "marilah kita menutup aurat kita, kecantikan bisa
terpancar dalam pakaian yang terbalut kesopanan, Jangan Menajadi orang yang
menyesal seprti diriku ini",EA

Depok, 26 April 2008
http://coretanpena-erwin.blogspot.com/2008/04/wanita-yang-pernah-ternoda.html



-- 
Best Regard
Erwin Arianto,SE
エルイン アリアント (内部監査事務局)
-------------------------------------
SINCERITY, SPEED,  INOVATION & INDEPENDENCY

Kirim email ke