Rasanya kita sepakat bahwa manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Biasanya 
kelebihan akan muncul dari bakat dan minat yang dibawa sejak orok (baca: 
keturunan atau bakat alam) atau proses pendidikan keluarga di masa kecil. 
Anehnya, banyak orang yang tidak menyadari apa bakat dan minatnya, tetapi 
segudang orang mengakui bahwa dirinya banyak kekurangan. Ada juga yang 
sebaliknya, yaitu orang-orang yang super angkuh, alias selalu merasa lebih 
tanpa kurang.
Akibat ketidaktahuan akan bakat dan minat inilah sering membuat orang salah 
jalan, terutama dalam memilih bidang keahlian dan pekerjaannya. Titik kritisnya 
terjadi manakala seseorang masuk bangku kuliah karena kebanyakan sudah harus 
fokus pada jurusan tertentu.
Ada yang berteori, bahwa bakat ada yang dominan pola pikir atau dominan jiwa 
seninya.
Ada yang eksak atau non eksak. Ada yang terlalu menuhankan pola pikir logika 
daripada suara hati (perasaaan), atau juga sebaliknya.
Bakat dan minat akan sukses dipoles manakala seseorang mampu tampil sebagai 
dirinya sendiri. Bukan atas tekanan orangtua, guru, teman atau pihak luar 
lainnya. Bisa jadi orangtuanya seniman, tapi anaknya tidak suka bidang seni. 
Bisa jadi kuliahnya bidang pertambangan, tapi nalurinya mendorong dia untuk 
bertani. Bisa jadi belajarnya tentang teknik sipil, namun karena hobbynya game 
dan komputer, malah jalur rizkynya jadi teknisi jaringan internet/komputer di 
hotel berbintang lima.
 
Yang kita perlu hati-hati adalah jangan sampai bakat dan minat serta kelebihan 
kita menjadi terperosok dengan memaksakan pada orang lain untuk mengikuti alur 
kita. Ingat bahwa orang lain juga punya bakat dan minat sendiri. Ingat pula 
bahwa kita banyak kekurangan yang mungkin terlalu angkuh untuk disembunyikan 
agar kesan menjadi serba lebih.
 
Bisa jadi kita diremehkan kemampuannya oleh orang lain di wilayah sendiri, 
tetapi kita sangat diperhitungkan dan dihargai oleh orang dari wilayah lain. 
Hikmah hijrah kadang menjadi bukti tersendiri. Teman di kandang cenderung tahu 
kelemahan dan selalu menilai mulai dari kelemahan kita. Walaupun kita membuat 
prestasi, nilai prestasi tetap akan dikurangi dari kelemahan kita itu. Bahkan 
teman-teman 'baik' ini kadang sengaja memberikan pekerjaan/tugas yang menjadi 
sisi lemah, sebagai sebuah 'jebakan karier' bagi perjalanan hidup kita.
 
Menjadi diri sendiri adalah pilihan terbaik. Wajar jika ada yang mencemooh, 
tapi yakin tentu ada yang memuji. Dunia ini tercipta secara berpasangan. 
Mengolah bakat dan minat dapat dilakukan dimana saja, namun memang akan lebih 
cepat berkembang jika lingkungan mendukungnya, yaitu mereka yang menilai kita 
dari rasa mengerti tentang siapa kita, bukan menilai dengan membandingkan kita 
dengan para juri itu yang tentu selalu merasa serba punya kelebihan.
 
Ki Asmoro Jiwo 



      

Kirim email ke