PENCIPTA MENJADI SAUDARA Ibr 2:10-18 Sebab memang sesuai dengan keadaan Allah--yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan--,yaitu Allah yang membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan. Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, kata-Nya:
"Aku akan memberitakan nama-Mu kepada saudara-saudara-Ku, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat," dan lagi: "Aku akan menaruh kepercayaan kepada-Nya," dan lagi: "Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepada-Ku." Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai. Pernahkah terpikir, siapa dan apa yang disebut 'Allah' itu? Ini bukan tentang masalah asal kata, seperti yang diributkan orang. Mari kita pikirkan, pada apa dan siapa kita bisa mengenakan istilah 'Allah' atau 'God' itu? Ada yang mengatakan, yang disebut 'Allah' adalah Dia yang paling berkuasa di alam semesta. Ada pula yang mengatakan bahwa 'Allah' dinyatakan oleh orang-orang yang menyembah-Nya; dengan kata lain, tergantung dari umat yang memuliakan dan meninggikan-Nya (dan sebaliknya: kalau tidak dimuliakan, maka tidak lagi mulia). Dalam banyak hal, orang sudah memberi kesan bahwa 'Allah' adalah Dia yang misterius, penuh rahasia dan tidak mungkin dapat dipahami oleh manusia. Orang Yunani dahulu ada yang menyebut bahwa ada "ousia" Allah yang tidak dapat dimengerti, tidak terpahami. Dan sesungguhnyalah memang demikian: tidak mungkin manusia bisa memahami keber-ada-an Allah. Tetapi, tidak berarti kita tidak bisa mengerti apa-apa tentang Allah. Bagian dari surat Ibrani di atas menunjukkan, bahwa 'Allah' adalah "yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu dijadikan". Kita mungkin tidak bisa memahami keberadaan Allah, tetapi kita bisa melihat apa yang telah diciptakan-Nya, serta memahami bahwa segala sesuatu diciptakan bagi-Nya. Pernahkah melihat indahnya fajar menyingsing? Indah dan agungnya alam, tumbuh-tumbuhan dan binatang? Dari abad ke abad, manusia terpesona oleh keindahan dan keagungan alam semesta. Maka, terlebih mulia dan agung adalah Allah yang telah menciptakannya. Tentu kemuliaan Allah melebihi segala ciptaan, tetapi dengan mengerti betapa agung ciptaan-Nya, kita bisa mencoba memahami bahwa Allah lebih agung lagi dari semua itu. Karena itu, betapa mulianya orang-orang yang disebut anak-anak Allah. Ia membawa mereka kepada kemuliaan, sesuai dengan keadaan-Nya sendiri. Anak-anak Allah ini berjalan mengikuti Yesus Kristus, yang memimpin kepada keselamatan; sebenarnya, bukan hanya 'memimpin' melainkan Ia sendiri yang menjadi 'pencipta' keselamatan. Karena kita mengikuti-Nya, maka kita mendapatkan keselamatan itu serta menjadi anak-anak Allah. Anak-anak Sang Pencipta, yang bagi-Nya dan oleh-Nya segala sesuatu diciptakan. Dapatkah kita membayangkannya? Sampai di sini, mari kita memikirkan juga bagaimana cara pandang kita atas dunia ini. Apakah kita menyadari keagungan alam? Masihkah kita terpesona melihat indahnya bunga-bunga di taman, lembutnya cahaya bulan purnama, atau tergetar oleh kemegahan busur pelangi sehabis hujan di langit? Dengan peralatan mutakhir, manusia bisa melihat sampai ke ukuran molekuler, serta mengamati betapa istimewa dan rumitnya rantai-rantai DNA yang membentuk kehidupan -- suatu model yang ditemukan baik pada virus dengan sel tunggal maupun pada diri manusia yang amat rumit. Sedemikian rumitnya DNA itu, sehingga para ahli (seperti, Dr. Behe) menyebutnya sebagai kerumitan yang tidak bisa dikurangi (irreducible complexity). Bagaimana kita tidak terheran-heran oleh ciptaan-Nya ini? Oleh peralatan mutakhir yang lain, manusia bisa melihat alam semesta hingga jauh sekali -- milyaran tahun cahaya jauhnya -- dan menemukan kehebatan bintang-bintang. Ada bintang cepheid yang berdenyut-denyut secara teratur, sehingga orang bisa mengukur jarak semesta. Ada bintang yang memancarkan sinar X. Ada pula bintang dengan kekuatan medan magnet yang triliunan kali lebih kuat daripada medan magnet bumi. Tidakkah kita terpesona pula memandang semua keagungan keajaiban alam ini? Nah, kemuliaan kekuasaan-Nya melebihi segala keajaiban alam yang agung. Dan kemuliaan itu menjadi warisan kita, anak-anak-Nya. Pernahkah kita merenungkan, betapa istimewanya menjadi anak-anak Allah? Sekali lagi, coba lihat keluar, dan lihatlah langit dan bumi. Itulah ciptaan Allah. Masihkah kita menghargai segala sesuatu yang diciptakan secara luar biasa ini? Kadang, karena begitu terbiasanya melihat segala sesuatu, kita lebih sering mendefinisikan keindahan sebagai "sesuatu yang menguntungkan" bagi diri kira sendiri. Kalau sesuatu itu menguntungkan, kita mengatakan itu baik. Sebaliknya, jika kita mengalami kerugian, kita mengatakan itu buruk. Terhadap seekor nyamuk, misalnya, kita mengatakan binatang itu buruk. Tetapi sebenarnya jika kita perhatikan baik-baik, bukankah nyamuk juga suatu ciptaan yang istimewa? Perhatikan betapa lincah dan cepatnya nyamuk terbang, sehingga sukar diikuti oleh pandangan mata padahal sayapnya begitu kecil! Terlepas dari menguntungkan atau merugikan, di mana-mana kita dapat melihat keagungan Allah dalam ciptaan-Nya. Tetapi, itu belum semuanya. Allah bukan hanya mulia dalam penciptaan, Ia terlebih besar lagi dalam keselamatan. Ciptaan adalah wujud dari kekuasaan Allah, tetapi keselamatan adalah wujud dari kasih-Nya yang besar. Allah yang sempurna dalam ciptaan juga menjadi Allah yang sempurna dalam keselamatan; Ia telah memberikan Anak-Nya yang tunggal sebagai jalan keselamatan bagi manusia ciptaan-Nya yang telah jatuh dalam dosa. Untuk itu, Anak Allah mengosongkan diri-Nya sendiri dan menjadi manusia, sama seperti mahluk ciptaan. Dia yang menciptakan kini menjadi mahluk ciptaan. Kita, sebagai manusia, mungkin tidak akan pernah bisa memahami apa dan bagaimana jalan-Nya, sehingga bisa terjadi demikian. Memang, sekali waktu ada orang yang meributkan tentang kelahiran seorang bayi dari seorang anak dara. Mereka mengatakan bahwa itu adalah hal yang tidak masuk akal, hanya reka-rekaan saja. Tetapi sebenarnya, yang lebih mustahil lagi adalah ini: mana mungkin TUHAN mau menjadi manusia? Kehadiran-Nya melalui rahim seorang dara yang tidak pernah terjamah laki-laki hanyalah bukti bahwa Ia sebenarnya tidak tercemar benih dunia, di mana keajaiban yang sebenarnya bukan terletak pada dara yang melahirkan, melainkan pada Allah yang mau melawat manusia dan menjadi salah satu dari antaranya. Kita baru saja merenungkan betapa hebat ciptaan, dan betapa lebih hebatnya lagi Allah yang menciptakan. Bagaimana mungkin, Allah yang sedemikian mulia dan agung melebihi keagungan seantero alam, mau menjadi manusia? Nyatanya, Ia menjadi sama seperti salah seorang dari kita. Dia datang untuk menguduskan manusia, yang diterima-Nya sebagai sesama-Nya, bahkan sebagai saudara-Nya. Tuhan memandang bahwa orang-orang yang percaya dan mengikuti-Nya adalah keluarga-Nya, sahabat-sahabat-Nya. Manusialah yang menjadi saudara-Nya, terdiri dari darah dan daging, yang bodoh dan lemah, dan berdosa. Dan justru karena dosa inilah, Ia datang! Bukan sekedar hadir, tetapi menjalani suatu rancangan yang luar biasa. Ya, luar biasa karena dengan rancangan itu Tuhan memusnahkan iblis yang berkuasa atas maut. Juga luar biasa, karena untuk mencapainya Tuhan harus melalui bukit Golgota dan kematian yang penuh derita dan kengerian di atas kayu salib. Untuk manusia inilah! Syukurlah, rancangan-Nya tidak berhenti di Golgota, melainkan diteruskan dengan kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga. Kemenangan yang total, yang tidak terlawan oleh iblis mana pun. Bagaimana kita tidak tunduk pada Sang Pencipta, yang telah turun sedemikian rupa untuk memberikan keselamatan dan kemenangan bagi manusia? Apa yang Ia sudah lakukan melebihi semua kuasa, semua hal yang diingini maupun ditakuti orang di kolong langit. Karya-Nya bahkan melebihi maut; apalagi yang menakutkan dari maut, sedangkan Tuhan Yesus -- yang adalah Allah -- sudah mengalahkannya, sekali untuk selamanya? Padahal, apa yang ada pada manusia ini? Mau dibilang pandai, orang yang paling berhikmat seperti Salomo saja bisa bertindak sangat bodoh. Mau dibilang bijaksana, nyatanya mengulang-ulang kesalahan yang sama, melebihi keledai. Mau dibilang setia, baru saja ditinggal sebentar sudah berlaku khianat. Mau dibilang pemberani, nyatanya panglima perang yang perkasa harus didampingi perempuan untuk berperang. Dari berbagai segi, mungkin lebih baik malaikat saja yang ditolong -- bukankah malaikat pun ada yang berbuat dosa dan dibuang dari hadapan Allah? Tetapi belas kasihan itu milik Allah, sepenuhnya ada dalam tangan-Nya untuk diberikan. Ia mengasihani anak-anak Abraham -- bapa orang beriman -- bukan malaikat-malaikat. TUHAN mengambil rupa manusia, bersedia terpisah dari Bapa-Nya di Surga, untuk orang percaya, yaitu orang-orang yang beriman kepada-Nya. Tuhan menjadi pengantara, mengambil peran sebagai Imam Besar yang menghubungkan antara manusia yang berdosa dengan Allah yang kudus. Sebagai manusia, Tuhan Yesus tahu betul pergumulannya serta sanggup memberikan belas kasihan sesuai dengan keadaan hidup manusia. Sebagai Anak Allah, Tuhan Yesus setia dan tidak tergoyahkan dalam menyatakan kehendak Bapa. Di atas kayu salib, pengorbanan-Nya mendamaikan manusia dengan Allah. Dengan demikian, bukan saja Tuhan secara sempurna berhasil menyediakan jalan keselamatan, Ia juga sepenuhnya memahami segala keterbatasan; setiap kelemahan dan kebodohan anak-anak-Nya diketahui-Nya. Dan karena Ia tahu, Ia juga sanggup menolong saudara-saudara-Nya. Tuhan tahu seperti apa pencobaan itu bagi manusia, Ia tahu daya tariknya, ancamannya, tantangannya. Ia tahu kepedihannya mereka yang dicobai, karena diri-Nya sendiri telah mengalami cobaan yang paling hebat yang dapat dialami seorang manusia. Mudah-mudahan renungan ini tidak menjadi terlalu berat bagi kita. Amat sukar membayangkan kemuliaan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, lebih susah lagi membayangkan bahwa Ia mau menjadi manusia, dan betapa tidak terpikirkan dan terselami jalan-Nya untuk menyelamatkan dan menolong manusia! Apakah manusia ini, sehingga TUHAN bertindak sedemikian rupa? Maka, marilah kita memikirkan hal ini: mengetahui semua yang sudah diberikan-Nya, apakah yang akan kita lakukan? Masihkah kita terikat pada segala kehendak dan keinginan duniawi, yang bertujuan memuaskan daging manusia yang akan binasa ini? Apa masalah yang tidak dapat kita bawa kepada-Nya, seolah-olah tidak ada lagi yang dapat mengerti dan menolong kita? Dengan kasih-Nya yang tak terselami saking dalamnya itu, Tuhan yang menciptakan semesta telah menjadi manusia dan menolong setiap orang yang mau mempercayakan diri kepada-Nya. Tuntas untuk selamanya! Terpujilah TUHAN! _____________________________________________ Situs milis http://groups.yahoo.com/group/cyber-gki Situs laci http://www.cybergki.net Moderator [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Administrator [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Klik alamat sesuai maksud, kosongkan subject dan body. posting cyber-gki@yahoogroups.com nonaktif [EMAIL PROTECTED] aktif lagi [EMAIL PROTECTED] berhenti [EMAIL PROTECTED] digest [EMAIL PROTECTED] daftar [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/cyber-gki/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/