bagi harian kompas,
pak Eka rupanya telah lama tiada. tak ada liputan, berita,
atau obituori pada edisi hari ini, tentang sosok yg hidup 
dengan penuh kesan mendalam bagi komunitasnya, sehari setelah
kepergiannya. tak ada. sungguh tidak ada. 
rupanya beliau telah lama tiada.

ini seperti menegaskan. 
bhw masing-masing 'kita' dalam masyarakat ini, hidup dalam
dunianya. boleh jadi Pdt Eka hanya hidup pada dunia Suara 
Pembaruan dan komunitasnya. walau saya yakin, ada irisan
yg lebih luas dari komunitas tsb.

namun, apalah artinya pengakuan tsb.
ia memang telah lama tiada. dalam artian: telah sekian lama
mengosongkan diri dan hidup dalam sikap, pandangan, utk orang lain.
sederhana saja. memang tiada tempat di dunia ini utk seorang aku.
tidak mudah hidup dan tinggal dalam hati sedemikian banyak orang,
diluar komunitasnya fisik dan interaksi sehari-hari.
seseorang boleh saja di kenal karena kepadaiannnya, pencapaiannya,
atau popoler karena popularitasnya. namun tidak banyak seorang
yg hidup seperti Pdt. Eka. Ia hidup di hati jemaat dan orang2
yg berjalan dalam ziarah kehidupan yang sama. menjadi panutan
dan pendapat yang amat diperhatikan. dengan kata lain : hidup.

sebagai seorang teolog & pendeta. 
saya sempat lama berfikir, apakah ia berbicara tentang iman
dengan 'tersenyum' atau 'kesungguhan'?

mengapa ini dipersoalankan? karena memang seperti ada dunia
yang berbeda. dunia pertama dipetakan pada bidang rasionalitas,
dunia yang kedua dipetakan pada bidang spiritualitas. saya yakin,
Pdt. Eka pun hidup ditengah beberapa dunia yg berbeda-beda 
pada manusia yg berbeda-beda tersebut. bahkan, yaitu tadi.
bagi sementara kalangan, ia telah lama tiada.

namun dimana secara personal renungan-renungan pak Eka hidup
dan tinggal -entah sampai kapanpun- dan menjadi panutan.
ia tampaknya sungguh-sungguh hidup sebagai seorang yg beriman.
obituori singkat di Suara Pembaruan kemarin menuliskan dengan
singat dan jelas

-- Bahkan, ketika Februari lalu ia terbaring lemah, ia mengangguk
sambil tersenyum ketika ditawarkan untuk menulis lagi. Ia berucap,
"Entahlah, sampai kapan saya seperti ini. Bisakah kita berdoa?" Dan,
ketika kalimat doa itu tertelan karena menahan tangis, Eka yang
melanjutkannya.--

Pendeta Eka seorang manusia. bahkan merasakan penderitaan yang
dia alami juga dengan ketidakberdayaan. 

"Bisaka kita berdoa?" sayang tidak ditulis jelas apa isi dan bunyi
doanya. namun permintaan itu sudah berbicara banyak. 
permintaan tsb dengan jelas menyiratkan pengharapan, kekuatan,
keberserahan dan segenap aspek spiritualisme yg hendak diungkapkan
melalui doa.

ia memang pemikir besar. juga seorang yg besar dalam kiprah akademi,
organisasi dan kemasyarakat. orang yang pintar pada bidangnya.
namun jika boleh saya menilai sepintas,
ia juga besar oleh rasa kemanusiaanya. karena kepribadiannya.
bagi mereka yg tidak mengenal penuh pergulatan pemikirannya,
ia tetap dikenal lewat sentuhan dan pandangan2 spiritualitas
yang menguatkan, menerangi dan memberi kekuatan. dan oleh yg
terakhir itu, ia hidup ditengah hati jemaat dan komunitasnya.

semoga catatan ini tidak berlebihan.

HBM 













_____________________________________________
Situs milis    http://groups.yahoo.com/group/cyber-gki
Situs laci     http://www.cybergki.net
Moderator      [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
Administrator  [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]

Klik alamat sesuai maksud, kosongkan subject dan body.
posting    cyber-gki@yahoogroups.com
nonaktif   [EMAIL PROTECTED]
aktif lagi [EMAIL PROTECTED]
berhenti   [EMAIL PROTECTED]
digest     [EMAIL PROTECTED]
daftar     [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/cyber-gki/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to