CALON CALON PENGHUNI SURGA
   
  Siapakah calon-calon penghuni Surga? Allah menginformasikan nya kepada kita. 
Sebagian di antara mereka digambarkan dalam ayat ayat berikut ini.
   
  QS. Al Ahqaf (46) :15
  “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu 
bapaknya, ibunya mengandung dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah 
payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, 
sehingga apabila ia telah dewasa, dan umumya sampai empat puluh tahun ia berdoa 
: Ya, Tuhanku tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau 
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang 
saleh yang Engkau ridhoi, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) 
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya 
aku termasuk orang-orang yang berserah diri.E   
  QS. Al Ahqaf (46) : 16
  "Mereka itulah orang-orang yang diterima dari mereka amal yang baik yang 
telah mereka kerjakan, dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama 
penghuni penghuni Surga, sebagai janji yang benar yang telah Kami janjikan 
kepada mereka"
   
  Mengikuti ayat tersebut, kita memperoleh kesimpulan tentang siapakah orang 
yang bakal masuk Surga.
  1. Orang yang berbuat baik kepada ibu bapaknya
  2. Orang yang pandai bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang 
diterimanya.
  3. Orang yang beramal saleh dengan mengharap ridho Allah.
  4. Orang yang bertaubat atas segala kesalahan yang pernah dia lakukan.
  5. Orang yang berserah diri hanya kepada Allah saja.
   
  ldealnya, kita bisa mengerjakan kelima hal tersebut dalam kehidupan kita. 
Maka Insya Allah kita akan menjadi salah satu dari penduduk Surga. Itulah janji 
Allah. Orang yang demikian, kata Allah, akan diterima amalannya dan dimaafkan 
segala kesalahannya. Bagaimanakah penjelasannya? Marilah kita bahas lebih jauh.
   
  1. Berbuat Baik kepada Ibu Bapak.
   
  Kenapa orang yang berbuat baik kepada ibu bapaknya menjadi calon penghuni 
Surga? Sebab, orang tua adalah wakil Allah di muka Bumi, berkaitan dengan 
penciptaan manusia. Kalau tidak ada orang tua kita, maka kita pun tidak akan 
pernah ada di muka Bumi ini.
   
  Karena itu, kita bisa merasakan betapa besar dan sentralnya peranan orang tua 
dalam kehidupan kita. lbu kitalah yang bersusah payah mengandung, memelihara 
dan mendidik sampai kita dewasa. Dan bapak kita berusaha mati-matian untuk 
menafkahi keluarga. Mempertahankan hidup kita sampai dewasa. Sampai bisa 
dilepas untuk bisa hidup mandiri. Maka, kata Allah di dalam ayat tersebut, anak 
yang bisa membalas budi kepada orang tuanya dan mendoakan mereka termasuk 
perhatian kepada anak cucunya akan memperoleh penghargaan yang tinggi dari 
Allah.
   
  Orang yang seperti ini, telah 'membantu' Allah untuk menciptakan 
generasi-generasi yang berkualitas di muka Bumi bagi masa depannya. Maka, ia 
berhak memperoleh kebahagiaan Surga.
   
  2. Orang Yang Pandai Bersyukur.
   
  Orang yang pandai bersyukur menunjukkan bahwa ia adalah orang yang bijak. 
Sedangkan orang yang bijak menunjukkan bahwa dia orang yang memiliki pemahaman 
yang mendalam. Dan, orang yang memiliki pemahaman yang mendalam menunjukkan 
bahwa ia telah makan asam garam kehidupan.
   
  Dalam konteks agama, ia bukan hanya orang yang bisa berteori di dalam 
beragama, melainkan telah menjalani agama ini dengan sepenuh hatinya. la telah 
'bertemu' Allah dalam setiap aktivitas kehidupannya.
   
  Bagaimana seseorang bisa bersyukur, kalau ia tidak pernah 'bertemu Allah'. 
Kepada siapakah ia bersyukur jika ia tidak paham bahwa Allah lah Tuhan semesta 
alam. Bahwa Allah lah yang telah memberinya kenikmatan itu. Baik berupa 
kesehatan, harta, kedudukan, ilmu pengetahuan, dan berbagai macam kenikmatan 
lainnya.
   
  Orang yang bisa bersyukur adalah orang yang telah melewati masa-masa kritis 
dalam keimanannya, dalam ketakwaannya. la telah ditempa kehidupan yang 
memberikan kesimpulan bahwa hidup ini temyata milik Allah. Bukan miliknya. 
Karena itu, ia mensyukuri segala nikmat yang diperolehnya, sebab ia tahu persis 
bahwa semua itu semata-mata pemberianNya ... ! Maka, orang yang demikian ini 
sangat pantas tinggal di Surga.
   
  3. Beramal Saleh, Mengharap Ridha Allah.
   
  Kenapa pulakah orang yang beramal saleh pantas masuk Surga? Orang yang 
beramal saleh adalah orang-orang yang sepanjang hidupnya ingin bermanfaat 
sebesar-besarnya. Baik buat dirinya sendiri, buat keluarganya, buat 
sahabat-sahabatnya, buat masyarakatnya, buat bangsa dan akhirnya buat syiar 
agamanya.
   
  Orang yang bisa beramal saleh adalah orang yang paham tentang misi kehidupan 
dan misi beragamanya. ia telah menemukan pemahaman yang menyeluruh (holistik) 
atas kehidupannya. Dan, setelah paham semua itu,  ia lantas melakukan amalan 
yang bermanfaat sepanjang hidupnya. Di mana pun dia berada.
   
  Maka, orang yang demikian adalah orang-orang yang telah melewati tahapan iman 
dan takwa. Sebab Iman adalah Keyakinan. Dan Takwa adalah kemampuan 
mengendalikan diri saat melakukan amalan. Kedua duanya telah dijalankannya 
secara praktis saat ia melakukan amalan yang saleh.
   
  Maka, pantaslah seorang yang banyak amalan salehnya akan memasuki Surga. 
Karena sebenarnya, itu adalah gambaran praktis dari seorang yang telah tinggi 
keimanan dan takwanya. Apalagi amalan salehnya itu bukan karena pamer atau 
pamrih, melainkan karena ingin mencari ridha Allah.
   
  4. Orang yang Bertaubat.
  Siapakah orang yang tidak pernah berbuat salah? Siapa pulakah manusia yang 
tidak pernah berdosa? Tidak ada, kecuali hamba hambaNya yang dijaga agar tetap 
makshum oleh Allah, sebagaimana Rasulullah saw.
   
  Karena itu, Allah telah menetapkan Dirinya sebagai Dzat Yang Maha Pengampun 
dan Penerima Taubat. Jika Allah menghukum manusia karena kesalahannya, maka 
manusia seluruh muka Bumi ini tidak ada yang tersisa satu pun dari azabNya. 
Tetapi Allah Maha Pengampun dan Maha Pemaaf.
   
  Maka, sebenarnya, orang-orang yang bisa masuk Surga itu lebih dikarenakan 
sifat Pengampun dan PemaafNya saja. Jika tidak, maka sungguh tidak ada yang 
pantas masuk ke dalam Surga Allah itu, disebabkan oleh begitu banyak dosa yang 
telah diperbuatnya.
   
  Karena itu, Allah mengatakan di dalam ayat tersebut bahwa orang-orang yang 
pantas masuk Surga itu adalah orang-orang yang selalu bertaubat kepadaNya.
   
  Bertaubat adalah memohon ampunan dan belas kasih permaafan dari Allah atas 
segala dosa dan kesalahan yang telah di perbuatnya. Dan dia berjanji kepada 
dirinya sendiri dan kepada Allah untuk tidak mengulangi kesalahan itu lagi.
   
  Kalau kita sepenuh hati memohon ampunanNya dan bertaubat, Insya Allah Dia 
akan memaafkan dosa-dosa kita, sebesar apa pun dosa yang telah kita lakukan. 
Tidak ada dosa di alam semesta ini yang besamya melebihi besamya Kasih Sayang 
Allah. Demikian pula, tidak ada dosa di dunia ini yang besarnya mengalahkan 
sifat Pengampun dan Pemaafnya Allah.
   
  Maka, datanglah kepadaNya dengan berendah diri dan penuh penyesalan, Insya 
Allah Dia akan mengampuni dosa-dosa yang pernah kita lakukan, seluruhnya. Dan 
Ia akan memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hambaNya di dalam Surga.
   
  5. Berserah Diri Hanya kepada Allah Saja.
  Puncak dari seluruh perjalanan keagamaan kita ini sebenarnya adalah berserah 
diri kepada Allah. Seluruh tahapan-tahapan kualitas yang pernah kita jalani 
dalam beragama, muaranya adalah berserah diri kepada Allah saja. Hal ini 
dikemukan Allah di dalam berbagai ayatNya.
   
  QS. An Nisaa : 125
  “Dan siapakah yang lebih baik agamanya di antara kalian, selain orang orang 
yang berserah diri hanya kepada Allah, dan dia selalu berbuat kebajikanE
   
  Berserah diri adalah tingkatan tertinggi di dalam beragama Islam. Sehingga 
secara retorika, Allah bertanya kepada kita : siapakah yang lebih baik agamanya 
di antara manusia, kecuali orang-orang yang berserah diri kepada Allah? Jawaban 
atas pertanyaan itu telah diberikan sendiri olehNya, bahwa yang terbaik adalah 
berserah diri
   
  Di ayatNya yang lain, secara tegas Allah menempatkan 'berserah diri' itu di 
atas keimanan dan ketakwaan.
   
  QS. Ali Imran (3) : 102
  "Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kalian dengan takwa yang 
sebenar-benarnya, dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berserah diri 
(Islam)."
   
  Keimanan adalah langkah awal, dimana seseorang 'dianjurkan' untuk memperoleh 
keyakinan bahwa apa yang akan dia jalani di dalam beragama ini adalah benar dan 
bermanfaat.
   
  Setelah ia peroleh keyakinan itu, maka ia mesti menjalankan dalam kehidupan 
yang sesungguhnya. Sebab beragama ini memang bukan sekadar pengetahuan dan 
keyakinan saja, melainkan untuk dijalani. Diamalkan. Itulah Takwa : sebuah 
upaya terus-menerus untuk tetap istidomah di dalam menjalani agama. Ini tidak 
mudah. Karena itu Allah mengatakan di ayat tersebut bertakwalah kalian dengan 
'sebenar benarnya'. Dengan upaya yang sangat keras dan sungguh-sungguh.
   
  Dan puncaknya, adalah berserah diri kepada Allah semata. Orang yang sudah 
makan asam garam kehidupan dalam proses peribadatan yang sangat panjang.
   
  Ketika seseorang sudah mencapai tingkatan 'berserah diri kepada Allah', maka 
bisa dikatakan dia sudah menemukan hakikat kehidupan. Bahwa segala yang ada ini 
tenyata bukan miliknya.
   
  Harta yang dia punyai pun sebenarnya bukan miliknya. Karena ternyata, dia 
tidak pernah bisa menolak kehadiran maupun lenyapnya harta itu ketika sudah 
waktunya.
   
  Demikian pula istri atau suami, dan keluarga yang dicintainya. Semuanya juga 
bukan miliknya. Karena suatu ketika, mereka satu per satu akan meninggalkannya.
   
  Kekuasaan, juga tidak pernah ada yang kekal abadi. Kekuasaan yang dia peroleh 
hari ini, suatu ketika harus dilepasnya pula. Dia dibatasi oleh umur dan 
kondisi di sekelilingnya.
   
  Bahkan dirinya dan hidupnya. Ternyata, juga bukan miliknya. Dia tidak pernah 
bisa menghindari sakit, lelah, sedih, gembira dan berbagai masalah yang 
menghampiri kehidupannya. Bahkan akhirnya, dia tidak pernah bisa melawan proses 
ketuaan. Suatu ketika dia harus merelakan kehidupannya, meninggalkan dunia yang 
fana, untuk kembali kepada Sang Pemilik Kehidupan.
   
  Maka, ujung dari seluruh perjalanan kehidupannya itu, ia menyimpulkan untuk 
berserah, diri kepada Allah saja. la mengakui, bahwa dirinya bukan apa-apa. 
Allah lah yang memiliki dan berkuasa atas segala-galanya di alam semesta.
   
  la letakkan seluruh rasa possessive nya, rasa kepemilikannya terhadap dunia. 
Dia menata hatinya untuk kembali kepada Allah. Berserah diri sepenuh-penuhnya, 
sebagaimana yang selalu ia ikrarkan dalam setiap shalatnya : "sesungguhnya 
shalatku, ibadahku, hidup dan matiku kuserahkan hanya untuk Allah semata . . . "
   
  Kalau sudah demikian adanya, maka sesungguhnya ia telah memperoleh Surga 
dunia. Dan setelah hari kiamat nanti, Allah akan memasukkan orang itu ke dalam 
Surga yang sesungguhnya. Bukan hanya 'wilayah Surga' yang penuh dengan 
taman-taman indah, mata air mata air yang jernih, buah-buahan yang sedap 
rasanya, serta berbagai kenikmatan kebendaan. Karena sejak di dunia ia telah 
terlanjur memperoleh kesimpulan bahwa semua kenikmatan benda itu adalah 'semu 
belaka'!
   
  'Kenikmatan Yang Sejati' telah dia peroleh lewat dzikir-dzikirnya yang 
panjang kepada Allah. Telah dia rasakan saat-saat shalat malam dalam  
keheningan semesta. Dan telah dia 'genggam' dalam seluruh tarikan nafas maupun 
denyut jantungnya yang selalu membisikkan kalimat-kalimat tauhid : Allah ... 
Allah ... Allah ...




===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke