Kadang suatu keadaan memaksa kita untuk melakukan suatu hal yang selama ini
kita anggap tidak dapat kita lakukan. Saya pernah melihat berita di TV
dimana seorang Ibu mampu mengangkat sebuah mobil sedan seorang diri untuk
menyelamatkan putranya yang terjepit di bawah mobil tersebut. Setelah
melakukan atraksi luarbiasa tersebut, si ibu yang kemudian diwawancara juga
tak habis pikir bagaimana bisa ia melakukannya. Dalam keadaan terjepit,
Allah memberikannya kekuatan untuk menolong anaknya. Subhanallah. 

Namun ilustrasi di atas mungkin terlalu ekstrem untuk memulai cerita saya.
Sebenarnya saya hanya ingin mengantar anda kepada suatu kesimpulan bahwa
dalam keadaan kepepet, manusia bisa melakukan apa saja - bahkan mengangkat
sebuah mobil sedan seorang diri seperti fragmen di atas tadi. Oke, saya
mulai saja ya:

Sejak dulu saya memang mempunyai cita-cita untuk berwira-usaha. Saya ingin
mempunyai sebuah toko baju muslim yang dilengkapi dengan taman bermain, toko
buku, kafe, salon dan butik. (Istilah kerennya 'one-stop shoping for mom and
kids. Jadi di toko saya itu Ibu-ibu bisa asik  memilih-milih baju di butik
atau creambath di salon, sementara anak-anaknya dititipkan di taman bermain
ataupun di toko buku. What a dream !). 

Tapi cita-cita tersebut rasanya sangat jauh di awang-awang. Banyak kendala
yang harus saya lalui untuk mewujudkannya. Pertama, keterbatasan modal
(klise ya). Lalu kedua, belum ada keberanian (klise lagi, ihik). Dan yang
ketiga (semoga yang terakhir) belum ada kesempatan. Kebetulan saya seorang
Ibu pekerja yang sehari-hari waktunya habis di kantor dan mengurus rumah
tangga. Mana sempat...

Cita-cita saya tersebut terus menghiasi diary saya di tiap awal tahun
sebagai salah satu resolusi yang harus saya wujudkan di tahun tersebut.
Seperti biasa, ketika tiba di akhir tahun saya mendapati ternyata resolusi
yang satu ini, lagi-lagi masih belum bisa terlaksana. 

Tapi tidak untuk tahun ini. Saya sadar untuk memulai sesuatu, kita tidak
harus melakukannya dari yang besar. Dari yang kecil-kecil dulu, InsyaAllah,
bisa menjadi besar. Alhamdulillah, sejak pertengahan Januari lalu saya sudah
memulai bisnis baju muslim wanita secara kecil-kecilan. Kebetulan eks
penjahit Ibu saya (dulu Ibu saya mempunyai konveksi baju-baju seragam) mau
membantu. Dengan modal ala kadarnya, dan dukungan dari suami dan keluarga
besar, saya mulai berproduksi. Hingga kini memasuki satu bulan, dagangan
saya sudah mulai laku banyak yang laku dan beberapa kios di ITC seputar
Jakarta bersedia saya titipi. Sebuah prestasi awal yang membuat saya
bersemangat. Nggak papa toh titip-titip dulu, InsyaAllah, suatu hari bisa
punya toko sendiri seperti yang saya impi-impikan selama ini.

Kenapa tidak dari dulu-dulu ya? Ternyata toh kalau sudah dijalani, ada saja
waktunya, ada saja jalannya untuk mewujudkan suatu cita-cita. Setelah
dipikir-pikir, sebenarnya sih faktor yang utama adalah keberanian untuk
memulai. Ya, selama ini ternyata saya tidak berani untuk mulai mewujudkan
cita-cita saya! Semua itu didasari oleh rasa takut gagal dan merasa tidak
mempunyai jiwa wirausaha. 

Lalu apa yang membuat saya berhasil mengalahkan semua ketakutan saya itu?
Tak lain dan tak bukan karena kepepet. Kepepet ingin mempunyai penghasilan
tambahan di tengah menjulangnya kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok.
Tiba-tiba saya harus berpikir keras untuk memutar uang gaji saya dan suami
untuk biaya hidup sehari-hari. Saya berusaha menggali bakat-bakat terpendam
saya. Salah satunya adalah mendesain baju dan sedikit keahlian menyulam.
Lalu sebuah ide muncul di kepala. Bagaimana kalau memproduksi baju muslim
dengan harga terjangkau tapi dengan mutu yang tak kalah dengan yang di
butik? Why not? Apalagi sekarang baju muslim dengan sulaman tangan sedang in
dan harganya bisa mencapai tus-tusan ribu. (Tapi jangan khawatir, baju
muslim produksi saya bisa dijangkau dengan harga di bawah tus-tusan kok.
Kualitasnya? InsyaAllah tidak kalah deh. Hehehe, sekalian promosi :-)

Sayapun lalu menyuarakan niat saya pada suami. Alhamdulillah beliau
mendukung. Kami pun mengorek tabungan. Menghitung-hitung dan membuat
feasibility study (ceile!). Saya lalu menghubungi Ibu saya, minta nomor
telepon eks penjahitnya. Gayung ternyata bersambut. Sang penjahit rupanya
juga sedang butuh kerjaan. Ibu saya pun bersedia ikut membantu menyulam.
Maka, mulailah kami berproduksi.

Sekarang saya boleh berbangga karena saya sudah berhasil mewujudkan
cita-cita saya. Memang sih, ini semua masih merupakan langkah awal. Jalan ke
depan masih panjang dan berliku. Tapi semua itu, InsyaAllah, akan saya coba
jalani dengan niat dan tekat kuat. Seperti kata Aa Gym: Zikir, Fikir dan
Ikhtiar. Amin.

 

Eky Sri Handayani 
Wijaya Graha Puri Office 
ACNielsen Indonesia 
Phone: 021 7204260 ext. 240 

 





===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to