http://www.hudzaifah.org/Article47.phtml

Ibu Kita Kartini 

Hudzaifah.org - Kartini adalah seorang sosok wanita yang tengah berjuang,
dimana ia belum sampai pada tujuan perjuangannya. Kartini masih berada dalam
proses, proses yang juga dijalani oleh wanita-wanita sesudahnya.
Perjalanan Kartini

Kartini adalah seorang wanita yang cerdas. Terbukti hanya dengan bekal
pendidikan Sekolah Rendah (setingkat SD), ia telah mampu mengajukan kritik
dan saran pada Pemerintah Hindia Belanda, yang salah satunya berbunyi
"Berilah pendidikan bagi bangsa jawa". Hal ini menunjukkan bahwa Kartini
mempunyai keperdulian yang sangat dalam terhadap nasib bangsanya, yang oleh
pemerintah Hindia Belanda dibiarkan berada dalam kebodohan dan kebutaan.

Pada mulanya Kartini tidak bercita-cita untuk menjadi muslimah. Sebelum
Kartini lebih jauh mengenal Islam, ia telah mengenal sebuah prinsip melalui
semboyan Revolusi Perancis, yaitu Liberte, Egalite, Freternite (Kemerdekaan,
Persamaan, Persaudaraan). Beranjak dari sinilah Kartini mulai berusaha
mendobrak adat yang berlaku pada masa itu, dimana orang selalu
dibeda-bedakan berdasarkan warna darahnya, apakah dia ningrat (berdarah
biru) atau bukan. Menurut Kartini, yang membedakan derajat seseorang
hanyalah pikirannya (fikroh) dan budi pekertinya (akhlak).

Kartini Berjuang Sendiri

Dalam menjalani perjuangannya, Kartini berjuang sendiri, tidak bergabung
dengan barisan manapun yang dapat memperkokoh kedudukannya.

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam
barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh." (QS. 61:4)

Sudah merupakan sunatullah, bahwa orang yang berjuang sendirian akan lebih
rentan terhadap berbagai serangan yang datang dari musuh-musuhnya.
"Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebathilan yang
terorganisir." (Ali bin Abi Thalib).

Serigala itu hanya menerkam domba yang sendirian. Demikianlah yang terjadi
pada Kartini. Oleh sebab itu dengan leluasa musuh-musuhnya menjadikan
Kartini sebagai permainan serta memper-alatnya. Tidak jarang Kartini menjadi
bulan-bulanan musuh-musuhnya yang berkedok sebagai teman surat-menyurat
(Stella yang Yahudi), guru privat (Annie Glasser, mata-mata Abendanon), dan
lainnya. Bahkan sempat pula Kartini diperalat oleh Ir.H.Van Kol, yang
berusaha memperjuangkan ke-berangkatan Kartini ke negeri Belanda, untuk
dijadikannnya sebagai saksi hidup atas kebobrokan pemerintah Hindia Belanda
di tanah jajahan. Hal ini bukan berarti Van Kol perduli dan membela rakyat
di tanah jajahan, tetapi ia berambisi untuk meme-nangkan partainya
(sosialis) di parlemen.

Hidayah Allah

Seperti telah disebutkan bahwa menjadi seorang muslimah bukanlah awal dari
cita-cita Kartini. Bahkan ada suatu masa dimana Ny.Van Kol berusaha
mengkristenkan Kartini. Meskipun ia gagal untuk mengkristenkan Kartini,
namun ia berhasil mendangkalkan aqidah Kartini. Sehingga dalam beberapa
suratnya, Kartini sering menyebutkan Allah dalam konsep trinitas.

"Namun demikian, Allah pula lah yang mempunyai kehendak atas hamba-Nya.
Allah menurunkan hidayah-Nya pada Kartini melalui sebuah pengajian dan
pertemuan singkatnya dengan KH. Sholeh Darat. Allah Pelindung orang-orang
yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada
cahaya (iman)..." (QS. 2:257)

Inilah titik awal dari pembalikan Kartini (inqilab) dari kegelapan jahiliyah
menuju pada cahaya Islam (Minazh Zhulumaati ilan Nuur). Melalui Al-Quran
yang sebagian diterjemahkan oleh KH.Soleh Darat, Kartini mulai mempelajari
Islam dalam arti yang sebenarnya. Mulai saat itu Kartini bercita-cita untuk
menjadi seorang muslimah sejati.

Kalimat Minazh Zhulumaati ilan Nuur sering Kartini ulang-ulangi di dalam
suratnya, yang dalam bahasa Belanda ditulis sebagai Door Duisternis Tot
Licht. Sayang-nya, kalimat tersebut diterjemahkan oleh Armijn Pane (nasrani)
sebagai "Habis Gelap Terbitlah Terang", sehingga maknanya yang begitu dalam
tidak lagi terlihat.

Rancu

Meskipun Kartini telah berusaha untuk mempelajari Islam dan berjuang di
jalan Islam, tapi ia belum juga mempunyai gambaran yang jelas tentang Islam,
sehingga pemahamannya tentang Islam bersifat parsial, tidak menyeluruh. Hal
inilah yang menjadikan Kartini tidak tahu akan panjangnya jalan yang harus
ditempuh dan bagaimana cara berjalan diatasnya. Pemikirannya sering kali
masih rancu dengan konsep Barat dalam operasional dan perinciannya, walaupun
secara global adalah konsep Islam. Hal ini sangat mungkin sekali terjadi,
karena teman-teman dekat Kartini adalah Yahudi dan Nasrani.

Juga dalam beberapa suratnya, secara tidak sadar Kartini menceritakan
tentang praktek keburukan umat Islam (bukan Islamnya yang buruk) kepara
sahabatnya yang bukan muslim. Hal inilah yang kelak kemudian hari akan
menjadi bumerang dan fitnah bagi umat Islam.

Melihat perjalanan kehidupan Kartini, banyak pelajaran yang dapat kita
petik. Janganlah kini kita menyalahkan Kartini kalau ia belum bisa lepas
dari kungkungan adat dan pengaruh pendidikan baratnya. Kartini telah
berjuang untuk mendobraknya, dan ia pun telah berusaha menjadikan dirinya
seorang muslimah sejati. Mudah-mudahan Allah merahmati Kartini atas usaha
dan perjuangannya.

"Hidup ini patut kita hayati ! Bagaimana kita mau menang kalau kita tidak
berjuang lebih dulu ?"
"Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya tanpa berhenti menjadi wanita
sepenuhnya"
Surat-surat Kartini

Diringkas dari sumber
"Tragedi Kartini" karya Asma Karimah
Sumber: [EMAIL PROTECTED]

http://www.hudzaifah.org/Article47.phtml





===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================================




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke