Sumber : http://www.republika.co.id/kolom.asp?kat_id=16

BAHAYA SEKULARISASI PANCASILA

Bustanuddin Agus
Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Andalas Padang
=============================================
Dalam tulisannya di Republika, Rabu (14/6), Bapak KH Ma'ruf Amin, ketua MUI 
Pusat, mengungkap Maklumat Keindonesiaan yang digagas dalam simposium nasional 
bertema ''Restorasi Pancasila'' di Fisip UI pada 30-31 Mei 2006 yang dibacakan 
oleh Todung Mulya Lubis. Maklumat itu menegaskan Pancasila bukanlah agama dan 
tak satu agama pun berhak memonopoli kehidupan yang dibangun berdasarkan 
Pancasila.

Maklumat menegaskan keluhuran sosialisme dan keberhasilan material yang diraih 
kapitalisme. Maklumat ini juga mengungkap kemauan sebagian tokoh bangsa ini 
untuk menarik Pancasila ke arah sekuler. Maklumat ini, dari tulisan Ma'ruf 
Amin, dapat dipahami karena mereka kurang paham sejarah dan hubungan Pancasila 
dengan agama, termasuk dengan ajaran Islam.

Usaha menjauhkan Pancasila dari agama, khususnya Islam, telah dilaksanakan 
dengan intensif oleh Orde Lama dan Orde Baru. Ketika Soekarno berkuasa, 
Pancasila pernah diperas jadi Trisila (Ketuhanan, Kebangsaan, dan Gotong 
Royong), terus menjadi Eka Sila (Gotong Royong), dan ditampilkan dalam Nasakom 
(nasionalisme, agama dan komunisme). Soekarno menyatakan dalam dadanya 
ditemukan ketiganya. Padahal sosialisme berasal dari komunisme yang merupakan 
ajaran sekularisme ekstrem yang tidak mentoleransi agama dan orang beragama, 
walaupun secara pribadi.

Di zaman Orde Baru, Pancasila dijadikan asas tunggal dalam pembangunan dengan 
tafsiran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Tidak boleh ada 
tafsiran lain, dan tidak boleh ada yang bertentangan dengan asas tunggal, 
termasuk dalam pembangunan sosial budaya. Partai politik, ormas, sampai budaya 
mau ditunggalkan.

Tapi pada dasawarsa terakhir dari kekuasaannya, Soeharto mulai mengisi 
Pancasila dengan ajaran Islam, seperti dengan menerima perbankan syariah, 
menyetujui berdirinya Ikatan Cendikiawan Muslimin se-Indonesia (ICMI), dan 
mengeluarkan UU Peradilan Agama serta UU Zakat. Di era reformasi, gerakan untuk 
menarik Pancasila ke sekuler juga tidak kalah gencarnya dan diungkap secara 
terbuka.

Deisme
Sebagai rumusan the Founding Fathers, Pancasila tampaknya tidak akan diganti 
oleh kekuatan politik yang berkuasa dalam lintas sejarah Indonesia. Fatwa MUI 
di Ponorogo akhir Mei 2006 menegaskan kembali perlunya Pancasila dan NKRI jadi 
prinsip negara Indonesia ini. Pancasila tiada lain adalah rumusan Indonesia 
untuk kehidupan kenegaraan yang islami. Rumusan itu ditegaskan pasal demi pasal 
UUD 1945. Walaupun tujuh kata Piagam Jakarta ditiadakan dalam Pembukaan, hukum 
Islam tetap diakui sebagai salah satu sumber hukum nasional karena telah hidup 
di tengah masyarakat Indonesia.

Tapi karena rumusan yang sangat padat, ada saja usaha menafsirkan dan 
menarik-nariknya ke arah sekuler sebagaimana di ungkap di atas. Pancasila telah 
ditarik ke Nasakom, juga dijadikan senjata memisahkan yang pro dan yang anti 
pemerintah. Kalau kekuatan politik yang berkuasa adalah nasionalisme sekuler, 
Pancasila juga dijadikan senjata untuk melawan nasionalisme religius.

Kalau kebebasan berpendapat dan berkepercayaan yang berkuasa sudah rada 
kebablasan seperti dewasa ini, Pancasila juga ingin dijadikan garda pluralisme 
yang sekuler. Ia diumumkan sebagai alat untuk melawan paham religius. Pasalnya 
paham, termasuk Islam, yakin bahwa keselamatan dan kemakmuran manusia hanya 
akan tercapai kalau pembangunannya berpedoman kepada ajaran Pencipta alam dan 
manusia, yaitu wahyu dan agama-Nya. Paham ini bertentangan dengan sekularisme.

Adakah Ketuhanan Yang Maha Esa tanpa agama? Ada memang, dan telah berkembang di 
Barat sejak gerakan Renaissance dan Aufklarung sampai dewasa ini. Tapi 
ketuhanan itu hanyalah sekadar mengakui adanya wujud di luar alam nyata ini. 
Tuhan dianggap tidak ada kaitannya dengan hukum, ekonomi, politik, dan sains, 
dan lain-lain. Tuhan mereka telah pensiun, bahkan telah mati, seperti yang 
dinyatakan oleh Nietszche (1844-1900).

Tuhan begini adalah tuhan yang diciptakan manusia, bukan yang menciptakan 
manusia dan alam. Tuhan begini dikenal oleh mahasiswa yang menghafal teori 
sosiologi agama Emile Durkheim (1885-1917) dan membaca filsafat Nietszche dan 
Karl Marx. Beginilah paham ketuhanan penganut deisme.

Dalam sekularisme dan pluralisme, paham ketuhanan deisme, paham tuhan telah 
mati, dan paham theisme, sama saja: Asal paham ketuhanan tersebut tidak 
dibawa-bawa dalam urusan bermasyarakat. Sebenarnya, sekularisme dan pluralisme 
menentang paham deisme dan agama. Nottingham (1985:26-30) dan Juergensmeyers 
(1998:26-30) mengatakan kedua isme ini adalah agama, yaitu agama sekuler.

Paham ketuhanan begini dikatakan pula oleh yang mendakwakan perestorasi 
Pancasila, sebagai tidak lain dari ideologi sosialisme yang luhur dan 
kapitalisme yang telah berhasil. Padahal ideologi sosialisme dan kapitalisme 
hanyalah ideologi ekonomi atau ideologi materialisme yang bercabang kepada dua 
cara yang berbeda dalam urusan harta. Keduanya menafikan kepercayaan kepada 
Tuhan dan agama. Penilaian itu jelas subjektif, mengkhianati perjuangan para 
pahlawan yang telah menumpahkan darah mereka untuk merebut kemerdekaan. Sungguh 
amat berbeda, bahkan kontradiktif, dengan paham ketuhanan (theisme), apalagi 
tauhid.

Theisme
Theisme adalah paham ketuhanan yang diajarkan agama. Theisme adalah paham 
ketuhanan religius. Tidak ada ajaran agama apapun yang mengajarkan Tuhannya 
tidak berpengaruh dalam kehidupan manusia, apalagi telah mati. Ketuhanan 
religius atau theisme adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih dan 
Penyayang, Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, Yang Maha Menunjuki, Yang 
Maha Pendidik penghuni alam semesta (Rabbul'alamin). Tuhan dalam ajaran setiap 
agama adalah Yang Maha Hadir dalam kehidupan manusia, Yang Maha Menolong 
hamba-hamba-Nya, Yang merupakan asal segala sesuatu, Yang memiliki segala 
sesuatu dan kepada-Nya segala sesuatu akan kembali, dan seterusnya.

Nyatalah bahwa keimanan seseorang yang beragama terhadap Tuhan adalah keimanan 
kepada Dzat Yang Maha Aktif, tidak sekadar kepercayaan kepada yang pasif, 
pensiun, bahkan telah mati. Di samping itu, Tuhan yang dipercayai itu adalah 
sumber energi, kebenaran, dan sumber kepuasan, kecintaan, atau kebahagiaan 
dalam segenap aktivitas dan perjuangan hidup ini.

Hadirnya Tuhan Yang Maha Esa yang aktif dan sumber energi ini dalam sanubari 
setiap orang, apalagi pemimpin dan para elite, penting untuk melestarikan dan 
melipatgandakan perjuangan untuk merealisasi kemanusiaan yang adil dan beradab, 
untuk melestarikan persatuan bangsa, untuk melaksanakan musyawarah dalam hikmah 
kebijaksanaan dan perwakilan, dan untuk menegakkan keadilan sosial bagi segenap 
rakyat Indonesia.

Tanpa didorong oleh kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang tercantum dalam 
sila pertama itu, pelaksanaan sila-sila yang lain berikutnya akan menjadi 
komoditi politik belaka dan akan membodohi rakyat banyak. Hasbunallah, ni'mal 
maula wa ni'mal wakil.

Ikhtisar
* Setelah Pancasila ditarik ke Nasakom dan menjadi alat politik untuk 
memisahkan yang pro anti pemerintah, kini hendak ditarik ke arah sekuler.
* Kini Pancasila ingin dijadikan garda pluralisme sekuler, diumumkan sebagai 
alat untuk melawan paham religius.
* Adakah Ketuhanan Yang Maha Esa tanpa agama?





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
See what's inside the new Yahoo! Groups email.
http://us.click.yahoo.com/2pRQfA/bOaOAA/yQLSAA/vbOolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke