Sumber:http: //www.jkmhal.com/main.php?sec=content&cat=8&id=3198     

  Kunci Kebaikan Dan Keburukan   

-->Umur kita, mungkin tinggal hari ini. Maka anggaplah masa hidup kita tinggal 
hari ini saja, atau seakan-akan kita dilahirkan hari ini dan akan mati hari ini 
juga. Dengan begitu hidup kita tidak akan terombang-ambing diantara gumpalan 
keresahan, kesedihan, dan duka masa lalu dengan bayangan masa depan yang penuh 
ketidak pastian dan acapkali menakutkan. Hari inilah yang akan kita jalani, 
bukan hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan keburukannya, 
dan bukan esok hari yang belum tentu datang. Oleh karena itu, bagaimana kita 
memaksimalkan hari ini untuk meraih kebaikan yang diridhai oleh Allah SWT., dan 
menekan keburukan, yang mana hal ini juga merupakan kebaikan sebagai upaya kita 
dalam menjaga kebaikan yang kita lakukan dari pengaruh keburukan itu sendiri. 

Kita sadar, bahwa dalam hidup ini kadang kita berbuat baik dan kadang pula kita 
berbuat keburukan. Semuanya berjalan silih berganti. Sebab, tidak mungkin kita 
berbuat baik terus menerus sampai akhir hayat kita karena kita bukan malaikat 
yang disuruh oleh Allah SWT untuk berbuat baik terus. Dan kita juga tidak 
mungkin berbuat buruk terus menerus sampai akhir hayat kita karena kita bukan 
iblis atau syetan yang selalu berbuat jahat dan berbuat keburukan. Maka, 
tinggal bagaimana usaha kita dalam meraih kebaikan, yang mana kebaikan yang 
kita lakukan itu untuk kita sendiri dan juga akan mendapat pahala dari Allah 
SWT. Sebagaimana firman-Nya,

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan 
jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.� (QS. 
Al-Isra (17): 7) 

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan 
tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) 
kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.� (QS. Yunus 
(10): 26)

“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan 
diri terhadapnya, sekali-kali tidak dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit 
dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum. 
Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat 
kejahatan.� (QS. Al-A’raf (7): 40)

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana 
yang menimpamu maka dari (kesalahan) dari dirimu sendiri.� (QS. An-Nisa (4): 
79)

Dalam memandang hal kebaikan dan keburukan sering kali kita lebih bersikap 
sebagai hakim dari pada sebagai teman atau sahabat ataupun sebagai mitra bagi 
orang lain. Ini bisa menjadi masalah besar, seperti kisah dua orang Bani Israil 
di bawah ini.

Imam Tirmidzi meriwayatkan, dahulu ada dua orang bersaudara dari Bani Israil. 
Satu dari dua bersaudara itu sangat alim dan taat. Sedang satu lagi banyak 
berbuat dosa. Yang taat selalu mengingatkan saudaranya yang banyak berbuat dosa 
agar berhenti. Begitulah hari-hari keduanya berlalu. Seringkali yang taat 
merasa jengkel dengan tingkah saudaranya. Tetapi tetap saja tak banyak yang 
berubah. Sampai suatu hari, dengan kesal yang taat itu bicara kepada 
saudaranya, engkau tidak akan diampuni oleh Allah SWT.

Setelah meninggal, dunia Allah SWT memanggil dua orang bersaudara itu. Kepada 
yang shalih ditanya, “Mengapa engkau bilang bahwa saudaramu tidak akan di 
ampuni. Apakah engkau yang punya hak atas ampunan itu?� Akhirnya yang banyak 
berbuat dosa itu diampuni oleh Allah dan dimasukan ke dalam surga, sedangkan 
yang taat di masukan ke dalam neraka.

Pencapaian seseorang kepada tingkat kebaikan atau keshalihan tertentu tidak 
sedikit pun bisa menjadi alasan untuk melampaui wewenang Allah SWT. Merasa 
berhak mengampuni atau menyiksa. Itu sangat tidak etis. Begitulah pelajaran 
utama yang bisa di petik dari kisah dua orang bersaudara dari Bani Israil di 
atas.

Dr. Yusuf Qardhawi menukil statemen seorang Salafusshalih, “Adakalanya 
seorang hamba berbuat dosa, yang justru membuatnya masuk surga. Ada kalanya 
seseorang hamba melakukan ketaatan, yang justru membuatnya masuk neraka.�

Orang-orang bertanya, �Bagaimana itu bisa terjadi?�

Salafushalih itu menjawab, “Seorang hamba berbuat dosa dan dosa itu selalu 
membayang di depan matanya. Saat berdiri, duduk, berbaring, dan berjalan, dia 
selalu ingat dosanya itu, sehingga menggugah kegelisahan, taubat, istighfar, 
dan penyesalan. Lalu hal itu menjadikan sebab bagi keselamatannya. Adakalanya 
seseorang itu melakukan kebaikan, dan kebaikan itu selalu membayang di depan 
matanya. Saat berdiri, duduk, dan berjalan ia selalu ingat kebaikannya itu, 
lalu membuatnya ujub dan takabur, yang menjadi sebab bagi kesengsaraan.

Oleh karena itu, A. Aziz Salim Basyarahil dalam bukunya Hikmah Humor Kisah dan 
Pepatah mengatakan beberapa kunci kebaikan dan keburukan yang harus kita 
ketahui, diantaranya: 

Kunci shalat adalah at-thaharah (wudhu, mandi, dan tayamum).
Kunci ibadah Haji dan Umrah adalah ihram.
Kunci terkabulnya harapan adalah doa.
Kunci pengenalan Allah adalah dzikir dan tafakur.
Kunci untuk masuk surga adalah tauhid (tidak menyekutukan-Nya).
Kunci bertambahnya kenikmatan adalah bersyukur.
Kunci kebajikan adalah selalu bersikap benar (ash-shidiq).
Kunci keberhasilan adalah benar.
Kunci kebahagiaan dunia dan akhirat adalah bertakwa.
Kunci kunci ilmu pengetahuan adalah bertanya dan mendengar.
Kunci keselamatan adalah tidak banyak bicara.
Kunci maksiat adalah sombong.
Kunci pintu perceraian adalah cemburu yang berlebihan.[]

Wallahu A’lam
[EMAIL PROTECTED]

                





===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke