Nenek tua diangkot M26 
Category:Daily Story Renungan

Pagi ini Saya pergi ke kantor sedikit dengan perasaan yang berbeda dari 
biasanya. Bukan karena hari Senin yang lebih padat dari biasanya atau 
kemacetan karena pembangunan Bus Way, tapi karena seorang nenek tua yang 
kebetulan satu angkot dengan Saya di M26.

Si Nenek yang kira-kira berumur 70an itu naik M26 tidak lama setelah Saya 
naik, di daerah Cawang. Kebetulan keadaan angkot hampir penuh dan yang 
tersisa hanya bangku ulang tahun (bangku extension yg menghadap ke belakang - 
red). Untunglah salah satu penumpang yg duduk didalam mengalah memberikan 
tempat duduknya, yang lumayan aman buat Si Nenek. Dengan susah payah si 
Nenek, yang sudah agak bongkok itu masuk ke dalam angkot dibantu oleh 
beberapa penumpang, bersyukur juga si abang sopir cukup sabar menunggu 
sampe si Nenek duduk dengan tenang.

Sempet terlintas dibenak Saya, kok tega-teganya anggota keluarganya 
membiarkannya pergi sendirian tanpa ada yang menemani. Bagaimana nanti 
kalo nyebrang atau turun naik angkot.

Tidak lama setelah duduk si Nenek, berkata dengan logat betawi yang 
kental: "Terima Kasih, yak. Emang ribet kalo nenek-nenek pergi jalan".

"Mau ambil pensiun Nek?", salah seorang penumpang bertanya.
"Kagak...mau ke rumah sodara di pisangan", jawab si Nenek
"Kok perginya sendirian nek? emang anaknya kemana? nggak nganterin?", tanya 
penumpang lainnya.
" Lah...anak emak dah pada jauh ngikut suaminya, trus yang bungsu kagak 
sempet, dari pagi-pagi dah berangkat gawe pulangnya malem. Cucu juga udah 
pada berangkat sekolah"

Deg....Saya yang dari tadi cuma mendengarkan langsung miris mendengar jawaban 
si 
Nenek. Pikiran Saya langsung melayang teringat Mama di kampung. Akankah 
Mama akan mengatakan demikian bila di usia tuanya nanti pergi sendiri 
tanpa ditemani oleh siapapun?

Saat ini saja Saya pulang kampung hanya setahun sekali, sementara adik 
Saya yang cuma 2 orang sudah sibuk dengan kuliahnya. Tak jarang Mama 
mengeluh kesepian dirumah karena adik-adik pulang kerumah hanya untuk 
singgah lalu pergi lagi. Bahkan Mama juga sempet sedih jika makanan yang 
Beliau masak masih utuh karena anak-anaknya sering makan diluar. 
Istilahnya, dimasak sendiri...dimakan sendiri.....Kalo sudah begitu, Saya cuma 
bisa menghibur lewat telepon.

Duh, Gusti betapa hamba belum bisa membalas kasih sayang Mama. Bahkan 
untuk mengisi kesepian dan kesendiriannya saja hamba belum bisa. Semoga 
Mama mengerti bahwa anaknya disini tidak pernah meninggalkannya sendiri. 
Mungkin tidak dalam kehadiran secara fisik, tetapi cinta dan untaian do'a 
selalu menyertai kemanapun Mama pergi.

"Ya...Alloh, sayangilah kedua orangtua ku seperti mereka menyanyangiku 
waktu kecil. Amin"

Bunda Naila
-Tak sabar menunggu Lebaran, untuk bertemu Mama-
http://bundanaila.blogspot.com
http://nailasalsabila.multiply.com
* * * * * * * * * *





===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke