Koran Republika » Pengalaman Rohani

Jumat, 02 Maret 2007
Mowo Purwito
Disadarkan Sifat Wajib Allah

Untuk sebagian besar umat Islam, terutama mereka yang tinggal di
kampung, 20 sifat wajib Allah merupakan lafal yang sering diucapkan.
Apalagi, buat mereka yang belajar di madrasah-madrasah maupun di
majelis taklim. Bahkan kadang, 20 sifat wajib Allah ini dibaca dengan
irama menarik, untuk mempermudah diingat dan dihafal.

Lain lagi, buat Mowo Purwito Rahardjo. Bagi pria kelahiran Situbondo 28
Oktober 1965 ini, 20 sifat wajib bagi Allah tersebut telah
membimbingnya menjadi seorang Muslim. ''Saya belajar teologi sudah lama
tetapi yang saya pakai untuk perbandingan karena saya ingin melihat
Islam justru pelajaran anak kelas 6 SD yang berbicara tentang 20 sifat
wajib Allah kemudian ada <I>asma al husna<I>. Saya coba pelajari.
Setelah saya dalami sifat wajib Allah, di situ saya membaca sifat-sifat
Allah dari wujud, qidam, baqa, dan ada sebuah pernyataan yang sangat
mengganggu pikiran saya bahwa Allah itu bersifat mukhalafatu lil
hawadisi (berbada dengan makhluknya),'' ungkap Mowo ketika mengisahkan
pengalamannya menjadi seorang Muslim di Jakarta Rabu (14/2) malam.

Suami dari Amik S Fatmawati SH ini pun tercengang membaca sifat wajib
Allah tersebut. ''Saya tercengang, agak bingung juga dengan pernyataan
ini membuat saya gelisah. Teryata zat Allah ini zat yang tidak sama
setiap makhluk, zat yang tidak berfisik, zat yang tidak berjasad, yang
sangat dibedakan dengan siapapun," ujarnya.

Bagi Mowo, ini sangat masuk akal juga karena Allah tidak berjasad dan
berada di ruang yang tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu
mustahil Allah itu masuk ke dalam konsep ruang dan waktu. "Mustahil,
Allah itu melakukan degradasi nature dari Sang Pencipta menyerupai
ciptaannya.''

Kekaguman tentang sifat-sifat wajib bagi Allah, terus menyentak
sanubari ayah tiga putra ini. ''Saya juga menjumpai sifat Allah yang
lain yaitu Allah qiyamuhu binafsihi (berdiri sendiri). Allah itu
independen, berdiri sendiri, tidak bergantung kepada kita. Jadi untuk
menyelamatkan manusia dengan kalamnya kun fayakun dengan kehendaknya
maka jadilah."

Allah itu kekuasaannya tidak dibatasi oleh siapapun. Pemikiran ini
membawa Mowo pada perenungan mengenai konsep Allah dan "proses tiga
dalam satu" (trinitas). Dalam agamanya yang lama, konsep tentang Tuhan
terjawab dalam polemik yang cukup panjang.

Menilik ke belakang, tak mudah bagi Mowo untuk menjadi seorang Muslim.
Semua bermula sejak tahun 2004, saat ia masih menjadi dosen sosiologi
agama, fenomenologi agama, dan etika Kristen. Suatu hari, rekannya yang
mengajar Islamologi (keislaman), meninggal dunia.

Mencari dosen dalam waktu singkat tidak mudah. Apalagi untuk
Islamologi, kendati mengajarkan keislaman, sang dosen harus beragama
Kristen. "Akhirnya diputuskan secara darurat, sayalah yang menggantikan
beliau mengajar tentang keislaman.''

Ia bersyukur almarhum rekannya itu meningalkan modul dan diktat yang
lengkap. Ajaran Islam-Kristen dikomparasi secara doktrinal. "Kita tahu
bahwa ada beberapa titik-titik krusial yang menjadi polemik antara
Islam dan Kristen khususnya kalau kita belajar tentang teos (Tuhan) dan
logos (manusia) serta cosmos (alam semesta). Belum lagi kalau bicara
kitab suci dan angelos (malaikat)," tambahnya.

Tak ingin memberi pengertian yang salah pada mahasiswanya, ia mendalami
Islam, khususnya bagaimana Islam menyoroti Kristen dari sudut
ketuhanan. Sampai akhirnya menemukan "teori" 20 sifat wajib bagi Allah.
September 2006 lalu ia bersyahadat.

Mowo berlatar belakang pendidikan sosiologi. Kandidat Master of Art
Religion ini dikenal sebagai pengajar teologi di Perguruan Tinggi
Nusantara Malang, Jawa Timur dan beberapa STT di Malang. "Saya belajar
di sekolah keteologian sampai mendapat gelar sarjana teologi,''
ungkapnya yang mengaku mestinya 14 Februari lalu ia sudah diwisuda
sebagai Master of Art Religion.

Mowo sendiri tidak mempermasalahkan kenapa gelar tersebut belum
disandangnya. Bagi dia, hidayah Islam yang diterimanya sudah lebih dari
segalanya.

Menurut dia, masing-masing agama punya klaim sendiri-sendiri. "Tapi
kenapa saya harus memilih, ini tentang sebuah pilihan. Untuk memilih
ini perlu perjalanan, perjuangan, perlu sebuah perenungan yang cukup
dalam yang saya lakukan dari waktu ke waktu,'' tegas pria yang pernah
menjabat wakil sekretaris DPC Partai Damai Sejahtera (PDS) Malang, Jawa
Timur ini.

Lelaki ini memang dikenal aktif berorganisasi. Berbagai posisi penting
dalam organisasi Kristen pernah dijalankannya. Selain pernah dipercaya
sebagai pengurus DPC Partai Damai Sejahtera, Mowo pun pernah aktif di
LSM Kristen bernama The Nation Care of Indonesia. Ia menjabat sebagai
ketua Departemen Pengembangan Spiritualitas periode 2002-2006. Ia juga
menjadi pengurus di Departemen Pemberdayaan Masyarakat di Gereja
Kristen Injil Nusantara yang berkedudukan di kota Malang. n dam

Drs Mowo Purwito R Dip HRD STh
Termpat/Tgl. Lahir : Situbondo, 28-Oktober-1965
Istri: Amik S Fatmawati SH
Anak:
Dida Nafiri (16 tahun)
Dinar Naufal (12 tahun)
Delpbel Oktobrian (8 tahun)
Pendidikan:
- S1 - FISIP Univ Merdeka Malang lulus tahun 1988
- Diploma Human Resources Development, tahun 1993
- Sarjana Theologia (STh) Seminari Alkitab Nusantara Malang
- Kandidat Master of Art Religion (MAR), seharusnya diwisuda bulan
Februari 2007 (drop out karena pindah agama)

Sertifikat
Mendapat sertifikat dari Fuller Housing Minsitry, California, 2006
untuk terjun pada pelayanan Christianity Development, di Louisiana,
USA, yang seharusnya berangkat bersama keluarga bulan Desember 2006
(dibatalkan karena pindah agama)
Pekerjaan Sekarang:
- Ketua Departemen Sumber Daya Manusia Forum Arimatea Jakarta
- Kristolog dan Pemerhati Masalah Sosial Agama
(dam )

© 2006 Hak Cipta oleh Republika Online

"Fa maadza ba'da-lhaqq, illa-dl_dlalaal"

Leo Imanov
Abdu-lLah
AllahsSlave
phone: +49 241 1 89 93 69
mobile: +49 1 76 63 01 56 79

Kirim email ke