MENDORONG ILMU PENGETAHUAN

  Kebanyakan umat Islam memisahkan antara Al Qur’an dengan ilmu pengetahuan. 
Bahkan lebih jauh, antara ‘agama’ dengan ilmu pengetahuan. Agama dan Al Qur’an 
dipersepsi sebagai kebenaran mutlak, sedangkan ilmu pengetahuan alias sains 
dipersepsi sebagai kebenaran relatif.


  Saya tidak akan membahasnya lebih jauh di diskusi ini, karena sudah saya 
bahas di diskusi-diskusi sebelumnya. Saya hanya ingin mengatakan bahwa Al 
Qur’an dan agama Islam justru mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan. Bukan 
memisahkan diri. Atau, apalagi mematikannya.


  Agama Islam adalah agama yang sangat menghargai ilmuwan. Bahkan 
memuliakannya. Berulangkali Allah mengatakan di dalam Al Qur’an, bahwa orang 
yang bisa memahami firman-firmanNya secara baik justru adalah para ilmuwan 
alias ulama.


  QS. Faathiir (35): 28
  Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan 
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). 
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama 
(ilmuwan). Sesungguhnya Allah Maha perkasa Maha Pengampun.


  Merekalah orang-orang yang takut dengan sebenar-benarnya kepada Allah karena 
mengetahui betapa dahsyat ilmu dan Kekuasaan-Nya. Mereka benar-benar 
menyaksikan semua itu terhampar di sekitarnya. Sedangkan orang yang hanya 
belajar dari teks-teks Qur'an tanpa memahami realitas, hanyalah berteori belaka.

  QS. Al Mujaadilah (58): 11
  Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: 
"Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan 
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka 
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu 
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha 
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.


  QS. Al Ankabuut (29): 43
  Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang 
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu pengetahuan.


  Kalau Anda membuka-buka Al Qur’an, anda bakal menjumpai ayat-ayat lebih 
banyak lagi yang memberikan penghargaan kepada para ilmuwan. Pada dasarnya, 
Islam adalah agama ilmu pengetahuan. Jadi, salah besar kalau ada yang menjalani 
agama ini dengan berdasarkan dogma dan ikut-ikutan belaka.


  Rasulullah bersabda, barangsiapa ingin memperoleh kebahagiaan dunia maka ia 
harus memahami ilmunya. Barangsiapa menginginkan kebahagiaan akhirat ia harus 
mencarinya dengan ilmu. Dan barangsiapa ingin memperoleh keduanya, mereka juga 
harus mengejarnya dengan ilmu.


  Islam tidak bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan. Dalam segala bidang 
kehidupan. Ilmu pengetahuan sosial maupun pengetahuan alam. Dunia maupun 
akhirat.
  Maka, dalam memahami asal-usul manusia pun kita harus memahami berbagai 
teks-teks Al Qur’an dari sudut pandang ilmu pengetahuan. Hasilnya sungguh jauh 
berbeda dengan pemahaman yang bersifat doktrinal atau legenda-legenda 
sebagaimana kita bahas di depan.


  Saya memperlakukan Al Qur’an sebagai sumber petunjuk yang harus dicross-check 
atau dipahami lewat data-data keilmuan yang sedang berkembang. Dengan cara itu, 
bakal terjadi penafsiran yang sangat dinamis seiring dengan perkembangan ilmu 
pengetahuan yang bersangkutan.


  Bagi saya, memahami isi Al Qur’an adalah seperti pekerjaan seorang detektif 
yang merekonstruksi sebuah peristiwa yang telah berlalu. Kita hanya punya 
jejak-jejak pelaku, bekas-bekas kejadian, dan sejumlah barang bukti yang harus 
disusun untuk menduga terjadinya peristiwa itu di masa Iampau.


  Tentu saja tidak bisa persis seperti peristiwa sesungguhnya. Peristiwa itu 
sendiri sudah berlalu. Dan itulah ‘kebenaran’ yang sesungguhnya. Sedangkan yang 
kita lakukan kini, tak lebih hanyalah sebuah rekonstruksi.


  Sama dengan petunjuk Qur'an. Kebenaran yang sesungguhnya tersimpan di dalam 
Al Qur'an sedangkan tafsiran kita adalah semata-mata upaya berdasarkan 
perkiraan. Sangat dipengaruhi oleh background ilmu yang kita miliki. Sekaligus 
kejelian dan kepiawaian dalam melakukan rekonstruksi.


  Maka, yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data dan bukti 
sebanyak-banyaknya agar bisa melakukan rekonstruksi mendekati sempurna.


  Dengan kata lain, Allah sedang mendorong kita untuk berilmu pengetahuan 
sebanyak-banyaknya agar kita bisa memahami petunjuk-petunjukNya di dalam Al 
Qur’an. Semakin banyak ilmu pengetahuan yang kita miliki, semakin bagus 
penafsiran yang kita lakukan.
  Jadi, sebenarnya Al Qur’an adalah agama yang mendorong umatnya untuk berilmu 
pengetahuan seluas-luasnya. Sedalam-dalam-nya. Dan seahli-ahlinya. Tujuannya 
cuma satu: agar kita bisa memahami petunjukNya dengan lebih baik, dan berguna 
untuk menerangi jalan hidup kita memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. 
Sesungguhnyalah Allah sangat menyayangi kita...


  Dalam ayat yang saya kutip di atas pun, Allah memberikan penegasan: dan tiada 
yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu pengetahuan.


  Ditambahkan di ayat lainnya :Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara 
hamba-hambaNya, hanyalah para ulama (ilmuwan).


  Dan di berbagai ayat Allah mendorong lebih spesifik lagi dengan 
pertanyaan-pertanyaan: apakah kalian tidak meneliti bagaimana Allah menciptakan 
Unta? Bagaimana Allah meninggikan langit? Bagaimana Allah menegakkan gunung? 
Bagaimana Allah menghamparkan daratan? Bagaimana Allah menurunkan air hujan, 
menciptakan lautan dengan segala isinya, mempergantikan siang dan malam, 
memerintahkan lebah mengumpulkan madu, dan sebagainya.


  Semua itu adalah sebuah dorongan untuk berilmu pengetahuan seluas-luasnya. 
Sampai-sampai Allah mengatakan, Dia tidak malu membuat nyamuk sebagai contoh 
ciptaan. Bahkan terhadap makhluk yang lebih rendah sekalipun. Sesungguhnya, di 
dalam contoh-contoh itu terkandung ilmu pengetahuan yang sangat dalam, bagi 
para ulama alias ilmuwan.


  QS. Al Baqarah (2): 26
  Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang 
lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa 
perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: 
"Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?" Dengan perumpamaan itu 
banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu banyak orang 
yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali 
orang-orang yang fasik


  Karena itu tidak heran Allah lantas mengatakan: Allah akan meninggikan 
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu 
pengetahuan beberapa derajat.


  Inilah agama Islam. Agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan. Dan 
kemudian memberikan apresiasi yang tinggi kepada para ulama atau ilmuwan yang 
mengamalkan dan mengorientasikan ilmunya di jalan Allah. Mereka orang-orang 
yang mulia di dunia, mulia di akhirat, dan mulia di sisi Allah...


  QS. Al Hajj (22): 50
  Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan karya-karya yang salih, bagi 
mereka ampunan dan rezki yang mulia.



 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke