"*Muhammad SAW, Guntur Romli dan Pembajakan Sirah Nabi"*
*Qosim Nursheha Dzulhadi*

Tulisan Mohammad Guntur Romli (Kompas, 1 September 2007) menarik untuk
dicermati. Setelah membaca tulisannya yang lumayan panjang itu, penulis
berkesimpulan bahwa Guntur ingin menyatakan bahwa Nabi Muhammad tumbuh dan
'dibesarkan' oleh *milieu* Kristen. Artinya, lingkungan dan kaum cerdik
pandai Kristen punya andil yang cukup vital terhadap pribadi dan nubuwwah
(kenabian) Nabi Muhammad SAW. Tentu saja tulisan tersebut 'menarik': perlu
dicermati dan dikritisi.

*Tentang Arca Maryam (Maria) dan Yesus di Ka'bah*

Mengutip Muhammad bin Abdillah al-Azraqi – dalam *Akhbar Makkah –* Guntur
menyatakan bahwa terdapat "gambar dan arca Isa (Yesus) dan ibunya, Maryam
(Maria) di Ka'bah". Benarkah demikian?

Sejarawan Muslim terkemuka, Ibnu Katsir (w. 774 H) membeberkan – dengan
panjang lebar – situasi dan kondisi ketika *Fathu Makkah* dalam bukunya yang
terkenal,* al-Bidayah wa al-Nihayah.* Beliau menyebutkan bahwa Nabi Muhammad
SAW memang melihat patung nabi Ibrahim as. dan Maryam (Maria) di Ka'bah.
Tapi, dia tidak menyebutkan adanya arca Isa (Yesus) di sana. Ketika melihat
gambar keduanya, beliau berkata, *"Dan mereka sudah mendengar bahwa malaikat
tidak akan masuk ke dalam rumah (bait) yang di dalamnya terdapat gambar
Ibrahim. Lalu bagaimana pula seandainya gambar ini memanah – mengundi nasib
dengan anak panah."* (Ibnu Katsir, *al-Bidayah wa al-Nihayah,* 1998, 4:
698). Justru di sini Nabi SAW tidak setuju adanya patung kedua orang yang
dimuliakan itu.

Kenapa saya mengutip Ibnu Katsir? Karena beberapa buku yang dikutip oleh
Guntur masih diragukan validitasnya, seperti al-Halabi dan Ibnu Jarir
al-Thabari. Buku *sirah* Ibnu Hisyam (w. 218 H) yang paling otentik pun
tidak ada menyebutkan patung Maryam dan Isa (Yesus). Yang disebutkan hanya
gambar para malaikat, nabi Ibrahim as. dan yang lainnya. Nabi SAW akhirnya
marah dan mengatakan, *"Mereka telah menjadikan 'syaikh' kita mengundi nasib
dengan anak panah. Ibrahim tidak ada kaitannya dengan pengundian nasib
seperti itu." *Lalu beliau membaca ayat, *"Ibrahim itu bukan seorang Yahudi
tidak pula Kristen, melainkan orang yang hanif (lurus) dan menyerahkan diri
(muslim), tidak pula seorang yang musyrik *(Ali Imran: 67)*." *Lalu beliau
menyuruh agar seluruh gambar-gambar itu diubah (dihapus). (Ibnu
Hisyam,*al-Sirah al-Nabawiyyah,
* *tahqiq *dan *syarh: *Musthafa al-Saqa, Ibrahim al-Abyari dan Abd
al-Hafizh Syalabi, 1997, 4: 61).

Pendapat Ibnu Hisyam ini mengandung dua kemungkinan. *Pertama,* kata "yang
lainnya" (*ghairuhum*), menunjukkan adanya 'lukisan/gambar' Maryam dan Isa
(Yesus), bukan "arca" Maryam dan Yesus seperti pendapat yang di'comot'
Guntur. *Kedua,* Nabi SAW tidak membiarkan gambar-gambar tersebut (para
malaikat, nabi Ibrahim dan yang lainnya) menghiasi dinding Ka'bah). Maka,
gambar-gambar itu pun dihilangkan. Jadi, tidak benar jika arca – pendapat
yang dikutip Guntur – tersebut baru hancur pada masa Yazid bin Muawiyah. Hal
ini dikuatkan dengan fakta historis, bahwa pada masa Yazid ibn Muawiyah
tidak pernah dibicarakan masalah penghancuran gambar-gambar (arca) tersebut.

*Afirmasi Al-Qur'an*
Al-Qur'an (Qs. Al-Ma'idah: 82), menurut Guntur, mengakui kedekatan orang
Kristen dengan Muhammad. Tentu kita tidak menyangkal fakta historis ini,
tapi ini perlu dilihat secara jeli dan 'jurdil', tidak asal afirmasi. Benar
sekali bahwa Waraqah bin Naufal, kakak sepupu Khadijah sebagai orang
Kristen, namun Kristen yang masih mengikuti *millah *Ibrahim yang
*hanif.*Tapi, pengakuan Waraqah tentang kenabian Nabi SAW perlu
dilihat dengan
kritis. Setelah berbicara tentang sosok Jibril yang datang kepada Nabi SAW
di Gua Hira', Waraqah menyatakan: *"Jika itu benar wahai Khadijah, berarti
Muhammad adalah "Nabi umat ini". Dan aku sudah* *tahu bahwa dia adalah
seorang nabi yang ditunggu-tunggu (nabiyyun yuntazhar) oleh umat ini. Ini
adalah masanya."* (Ibnu Hisyam,* al-Sirah al-Nabawiyyah,* 1988, 1: 228).

Peristiwa "Gua Hira" itulah yang disebut oleh Waraqah sebagai "Namus" alias
"rahasia" yang pernah turun kepada Musa. Lalu Waraqah berikrar: *"Amboi,
seandainya aku ketika itu – ketika Nabi SAW dimusuhi oleh kaumnya dan
dikeluarkan dari Mekah – kuat (kokoh) dan hidup ketika kaummu
mengeluarkanmu."* "Apakah mereka akan mengeluarkanku?" tanya Nabi SAW. *"Ya,
tidak ada seorang pun yang datang membawa seperti apa yang engkau bawa
kecuali dimusuhi. Seandainya umurku sampai pada masamu itu, niscaya aku akan
menolongmu sekuat tenagaku." (Wa in yudrikuni yaumuka, anshuruka nashran
mu'azzaran*). (Ibnu Katsir,* al-Bidayah wa al-Nihayah,* 1998, 3: 6).

Di sini, Waraqah mengakui bahwa Nabi SAW adalah "nabi akhir zaman": nabi
umat ini. Jika Waraqah hidup pada masa risalah dan kenabian beliau,
kemungkinan besar akan memeluk Islam.

Juga tidak benar jika Nabi SAW berjalan-jalan di pasar tujuannya adalah
menyimak dan mengamati seluruh kegiatan pasar yang berfungsi pula sebagai
"festival kebudayaan" (Qs. Al-Furqan: 7). Ini adalah pemahaman salah Guntur
terhadap ayat. Padahal maksud ayat di atas adalah penjelasan tentang sifat
kemanusiaan (*basyariyyah*) Rasul SAW. Karena orang-orang kafir menolak
bahwa "seorang nabi" tidak selayaknya melakukan hal-hal seperti manusia
biasa: mencari rizki di pasar-pasar. Oleh karena itu – dalam ayat tersebut –
orang-orang kafir menyangkal:* "Wa qalu: 'Ma lihadza al-rasuli ya'kulu
al-tha'ama wa yamsyi fi al-aswaq..."* (Kenapa rasul ini makan makanan dan
berjalan-jalan di pasar (mengais rizki) di pasar-pasar....?) Apa yang
dilakukan Guntur adalah "pembajakan makna dan subtansi ayat", dan ini sangat
tidak ilmiah dan tidak sepatutnya terjadi.

Guntur kemudian menyebutkan dua pusat kekristenan: Yaman dan Syam; yang
menjadi tujuan niaga kafilah Quraisy. Yaman dikuasai oleh dinasti Habsyah
(Etiopia) yang mengikuti aliran monopisit-koptik, sedangkan Syam diperintah
oleh dinasti Ghassan yang mengikuti aliran monopisit-yakobis. Muhammad telah
mengunjungi dua kawasan itu ketika masih remaja bersama kafilah pamannya,
dan saat jadi buruh niaga Khadijah, demikian tulis Guntur. Yang ingin
disampaikannya adalah: Muhammad telah terpengaruh oleh tradisi Kristen di
kedua wilayah itu sejak dini.

Sejatinya, ketika Rasul SAW pergi – ketika berumur 12 tahun – ke Syam
bersama pamannya, Abu Thalib, pendeta Buhaira justru menerangkan tentang
tanda-tanda kenabian Rasul SAW. (Ibnu Katsir,* al-Bidayah wa
al-Nihayah,*1998, 2: 630). Buku-buku
*sirah* tidak menyebutkan keterpengaruhan beliau dengan budaya (tradisi)
Kristen yang ada di sana. Ibnu Hisyam sendiri menyebutkan Buhaira malah
bertanya atas nama *Lata* dan* 'Uzza* kepada Nabi SAW, kemudian beliau
menolak kedua nama tuhan orang kafir Quraisy itu. Nabi sejak dini sudah
membenci kedua sosok tuhan itu. Akhirnya Buhaira menuruti kata Nabi SAW dan
mengganti nama* Lata *dan *'Uzza* dengan kata "Allah". Setelah Nabi SAW
menjawab pertanyaan Buhaira, terjadilah dialog yang cukup panjang antara dia
dengan Abu Thalib:* "Apa posisi anak ini bagimu?"* *"Dia anakku",* jawab
sang paman. *"Dia bukan anakmu,* *sepertinya bapak anak ini sudah tidak ada
(wafat)."* *"Dia adalah anak saudaraku",* jelas Abu Thalib. *"Apa yang
terjadi atas ayahnya?"* tanya Buhaira. Abu Thalib menjawab:* "Ayahnya telah
meninggal, ketika ibunya mengandung dia."* *"Anda benar",* tegas
Buhaira. *"Bawa
pulanglah anak saudaramu ke kampung halamannya. Hati-hatilah terhadap orang
Yahudi. Sungguh, jika mereka melihatnya dan mengetahui apa yang aku ketahui,
mereka akan bertindak tidak baik kepadanya. Akan terjadi peristiwa besar
(sya'nun 'azhim) kepada anak saudaramu ini. Cepatlah bawa dia pulang ke
kampung halamannya",* perintah Buhaira. (Ibnu Hisyam,* al-Sirah
al-Nabawiyyah,* 1997, 1: 219-220). Jadi, tidak ada interaksi dan proses
keterpengaruhan Nabi SAW oleh tradisi Kristen di Syam.

Peristiwa kedua adalah ketika Nabi SAW membawa dagangan Khadijah bersama
Maisarah. Sesampainya di sana, beliau kemudian bersandar di bawah sebatang
pohon dekat gereja seorang pendeta – namanya Nestor [Nestorius]. Kemudian
pendeta itu bertanya kepada Maisarah:* "Siapa orang yang berteduh di bawah
pohon ini?"* *"Dia adalah seorang laki-laki dari suku Quraisy, keluarga
pengurus 'al-Haram' (Ka'bah)",* jawab Maisarah. *"Tidak ada seorang pun yang
datang berteduh di bawah pohon ini, kecuali dia (adalah) seorang
nabi",*kata Nestorius. (Ibnu Hisyam,
* ibid:* 1: 225). Di sini pun tidak ada proses interaksi yang bisa dijadikan
bukti kuat bahwa Nabi SAW terpengaruh oleh tradisi Kristen. Sedangkan ke
Yaman, Nabi SAW tidak pernah dikabarkan pergi ke sana. Apalagi dikatakan
bahwa beliau terpengaruh oleh tradisi Kristen yang ada di sana.

*Beberapa Kritik *
Pendapat Khalil Abdul Karim, penulis Marxis Mesir, yang dikutip oleh Guntur
perlu dicermati dan dikritisi. Pasalnya, dia mengklaim bahwa Khalil
membeberkan pendapatnya berdasarkan sumber-sumber sejarah primer, seperti
al-Thabari, *sirah* Ibnu Ishaq, al-Ya'qubi dan yang lainnya.

Khalil, kutip Guntur, dalam bukunya *Fatrah al-Takwin fi Hayati al-Shadiq
al-Amin *(Periode Kreatif dalam Kehidupan Muhammad) menyatakan bahwa
Khadijah adalah "arsitek" kenabian yang dibantu oleh "komunitas intelegensia
Kristen". Mereka adalah Waraqah bin Naufal, Qatilah, seorang rahibah, serta
saudara sepupu mereka, Utsman bin al-Huwairits, yang mengikuti aliran
Kekristenan Bizantium (Melkitis) hingga diangkat menjadi kardinal.

Khadijah memiliki dua budak Kristen: Nashih yang jauh-jauh hari meminta
tuannya menikah dengan Muhammad, dan Maisarah yang bertugas mengamati
Muhammad dalam perniagaan ke Syam. Selain dengan anggota keluarganya,
Khadijah juga membangun korespondensi dengan beberapa pendeta: Adas di
Thaif, Buhaira di Bushra, Syam, dan Sirgius di Mekkah. Itulah kutipan Guntur
dari buku Khalil. Benarkah yang dikatakan oleh Khalil dan Guntur?!

Di sini Guntur tidak kritis dan tidak selektif dalam 'mencomot' pendapat
Khalil. Waraqah, Utsman ibn al-Huwairits, Abdullah ibn Jahsy, Zaid ibn Amru
ibn Nufail ibn Abd al-'Uzza memprotes kebiasaan orang-orang Quraisy yang
setiap tahun merayakan hari raya mereka di depan salah satu patung (berhala)
mereka. Sebagian mereka berkata kepada yang lainnya: *"Belajarlah, sungguh
kaum kalian tidak memiliki pegangan apa-apa! Mereka telah menyalahai agama
moyang mereka, Ibrahim! Apa itu batu yang mereka ukir; tidak dapat mendengar
dan melihat, tidak mampu mendatangkan bahaya dan memberikan manfaat. Wahai
kaum, carilah satu agama untuk kalian. Sungguh, kalian tidak memiliki satu
pegangan. *Lalu mereka berpencar di kota-kota besar untuk mencari agama yang
lurus (*al-hanifiyyah*), agama Ibrahim. (Ibnu Hisyam,* al-Sirah
al-Nabawiyyah,* 1997, 1: 259-260). Fakta ini sangat menarik untuk diungkap.

Waraqah sendiri menjadi kuat kedudukannya dalam agama Kristen; Abdullah ibn
Jahsy tetap dalam ketidakjelasan hingga masuk Islam dan hijrah bersama kaum
Muslimin ke Habasyah beserta istrinya, Habibah binti Abi Sufyan. Ketika
sampai di Habasyah, dia masuk Kristen; meninggalkan Islam dan mati dalam
keadaan Kristen. Sedangkan Utsman ibn al-Huwairits, pergi mendatangi Kaisar,
raja Romawi dan memeluk Kristen, sehingga mendapat kedudukan yang baik di
Romawi. Dan Zaid ibn Amru memilih 'tawaqquf': tidak memeluk Yahudi juga –
tidak memeluk – Kristen. (*ibid:* 260 & 261). Jadi, orang-orang yang
disebutkan oleh Khalil pada awalnya tidak punya agama yang tetap, justru
mereka sepakat untuk mencari 'Hanifiyyah Ibrahim'. Dan tidak pernah
disebutkan bahwa mereka mempengaruhi keyakinan (akidah), ritual ibadah dan
tradisi agama Nabi SAW. Malah Khadijah akhirnya membenarkan wahyu yang turun
kepada beliau, dan memeluk Islam. Lalu mengapa pendapat Khalil harus
kontradiktif dengan pendapat Ibnu Hisyam dalam *sirah,* yang merupakan
'revisi' atas karya Ibnu Ishaq ini?!

Perlu dicatat, bahwa *Tarikh al-Thabari* meskipun merupakan karya yang
"sarat nilai" kemungkinan banyak menampilkan riwayat-riwayat yang diragukan
dan banyak memuat dokumen-dokumen yang tidak valid (*watsa'iq ghair watsiqah
*) (Muhammad Hamidullah,* Majmu'ah al-Watsa'iq al-Siyasiyyah li al-'Ahd
al-Nabawiy wa al-Khilafah al-Rasyidah,* Beirut, cet. VII, 2001: 29).

Hamidullah sendiri mengakui bahwa buku *al-"Kharraj"* karya Abu Yusuf
dan *"al-Sirah
al-Nabawiyyah"* karya Ibnu Hisyam merupakan dua karya yang paling awal,
paling hati-hati dan paling otentik. Karena al-Thabari, menurut Prof. Dr.
Akram Dhiyauddin Umari, sering menyebut suatu peristiwa yang diriwayatkan
oleh perawi yang sangat lemah sekalipun, seperti Hisyam ibn Kalbi, Saif ibn
Umar al-Tamimi, Nasr ibn Mazahim, dan lainnya. (Prof. Dr. Akrham Dhiyauddin
Umari,* Madinan Society at the Time of the Prophet: Its Characteristics and
Organization *(Masyarakat Madani: Tinjauan Historis Kehidupan Zaman Nabi),
Terjemah: Mun'im A. Sirriy, GIP, 1999: 37).

Oleh karena itu, usaha Ibnu Katsir dalam *al-Bidayah wa
al-Nihayah*merupakan usaha yang sangat selektif dalam mengurai
peristiwa sejarah,
dibanding al-Thabari. Karya Ibnu Katsir ini, menurut Umari, merupakan satu
karya agung dalam bidang sejarah dan memuat bagian tertentu yang secara
khusus membahas *sirah*. Ibnu Katsir merupakan salah seorang imam besar yang
dengan cermat meneliti teks-teks. Al-Dzahabi, Ibnu Hajar dan Ibnu Imad
al-Hanbali menganggapnya sebagai ulama yang dapat dipercaya. (*ibid:* 58).
Tapi buku ini sama sekali sekali tidak dirujuk oleh Khalil, konon lagi
Guntur.

Guntur lebih suka 'mengekor' kepada Khalil, yang mencomot riwayat dari
*al-Sirah
al-Halabiyyah* karya Burhanuddin al-Halabi (w. 841 H). Padahal buku ini
banyak memuat kisah-kisah *isra'iliyyat.* Burhanuddin al-Halabi tidak
menyebut *isnad *riwayat-riwayat, dan hanya sesekali menyebut perawi*akhbar.
* (Umari,* ibid: *58-59). Buku *Ansab al-Asyraf* karya Ahmad ibn Yahya ibn
Jabir al-Baladhuri (w. 279 H), yang dikutip Guntur, dianggap lemah oleh para
ulama hadits (*dha'if*). Ibnu Hajar (dalam karyanya, *Lisan al-Mizan*)
menulis biografinya dalam bukunya tentang *dhu'afa'* 'orang-orang lemah'.
(Umari,* ibid:* 57).

Hal penting yang harus digarisbawahi juga adalah masalah "korespondensi"
Khadijah dengan para pendeta yang disebutkan oleh Khalil dan di'taklid' oleh
Guntur. Buku-buku *sirah* tidak membeberkan masalah ini. Apalagi dikatakan
bahwa Khadijah berkorespondensi dengan Adas – menurut Guntur seorang
pendeta. Adas adalah seorang Kristen dari Ninawi sekaligus "budak" dua orang
anak Rabi'ah: 'Utbah dan Syaibah. Ketika Nabi SAW menjelaskan bahwa nabi
Yunus adalah saudaranya – dalam kenabian – Adas langsung mencium kepala
beliau, kedua tangan dan kakinya. (Lihat lebih detail, Ibnu
Katsir,*al-Bidayah wa al-Nihayah, op. cit.,
* 3: 147 & 148). Apa yang disebutkan oleh Guntur adalah sebaliknya. Sirgius
juga bukan di Mekah tempatnya. Sirgius adalah nama lain dari Buhaira,
seorang rahib Yahudi, seperti yang dituturkan oleh al-Suhayli dari al-Zuhri.
Dan menurut al-Mas'udi, dia adalah dari 'Abd al-Qais. (*ibid.,* 2: 691).

Maka, tidak benar pendapat Guntur bahwa ketika Nabi SAW mendapat wahyu
pertama, Khadijah memiliki inisiatif mendatangi anggota kaum cerdik pandai
ketika itu satu persatu, dimulai dari Waraqah dan Sirgius di Mekah, Adas di
Thaif, hingga Buhaira di Syam. Apa yang disebutkan oleh Guntur adalah
pembajakan fakta historis. Apalagi buku *al-Halabiyah *yang – banyak
mengandung *isra'iliyyat – *dijadikan rujukan bahwa Khadijahlah yang menguji
wahyu yang turun kepada Baginda Rasul SAW. Ini bukan saja disebut sebagai
"pembodohan umat" tapi "penyelewengan" yang tidak ilmiah, tidak bisa
dipertanggung-jawabkan dan tidak dapat dibenarkan.

*Wallahu a'lamu bi al-shawab.* (Medan, 6 September 2007).

**) **Penulis adalah alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo. Penulis juga
peminat studi Qur'an-Hadits dan Kristologi. Sekarang menjadi staf pengajar
di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, Medan-Sumatera Utara.*

-- 
Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah, hati akan tenang


[Non-text portions of this message have been removed]



===================================================
 Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
===================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
=================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke