/*Menangislah Untuk Ramadhan Yang Kan Hilang* /
/Oleh *Abdul Rozak*/
sumber : eramuslim.com
 
Nak, menangislah,
 
Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubarimu. Bahwa 
Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan. Dan tadarus quranmu tak juga 
beranjak pada juz empat.jika itu adalah ungkapan penyesalanmu. jika itu 
merupakan awal tekadmu untuk menyempurnakan tarawih dan qiyamul lailmu 
yang centang perenang (ah, pasti kamu masih ingat obrolan tadi siang 
ketika dengan senyum manisnya teman ruanganmu berucap, "alhamdulillah 
tarawihku belum bolong. " dan kamu merasa ada malaikat yang menjauh 
darimu dan pindah padanya. Kamu merasa sendiri, terasing.)
 
Menangislah,
 
Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. Bahwa ada satu hamba 
Allah yang bodoh, lalai, sombong lagi terlena. Yang katanya berdoa sejak 
dua bulan sebelum ramadhan, yang katanya berlatih puasa semenjak rajab, 
yang katanya rajin mengikuti taklim tarhib ramadhan, tapi..., tapi 
sampai puasa hari ke tiga belas masih juga menggunjingkan kekhilafan 
teman ruanganmu, masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan, 
tak juga menambah ibadah sunnah... Bahkan hampir terlewat menunaikan 
yang wajib.
 
Menangislah, lebih keras...
 
Allah tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, apakah kamu 
masih disertakan, sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa beberapa 
belas. Tak ada yang dapat menjamin usiamu sampai untuk Ramadhan besok, 
sedang Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah untuk Ramadhan yang kan 
hilang, bersama nostalgia yang terus tumbuh bersama usiamu. Setengah 
sadar menatap hidangan saat sahur, kolak-es buah yang tersaji saat 
berbuka, menyusuri gang sempit saat tadarus keliling, petasan dan 
kembang api yang disulut usai subuh. Ramadhan yang selalu membuka 
ingatan masa kecilmu dan terus terulang mengisi tahun-tahun kedewasaan...
 
Menangislah,
 
Untuk dosa-dosa yang belum juga diampuni, tapi kamu masih juga menambahi 
dengan dosa baru. Berapa kali kamu sholat taubat, tetapi tak lama 
kemudian ada saja kelalaian yang kamu buat? Kamu bilang tak sengaja? 
Tapi mengapa berulang dan tak juga kamu mengambil pelajaran? Syarat 
taubatan nasuha adalah bertekad tidak mengulanginya lagi dan bukannya 
bertobat sambil berucap 'kalau kejadian lagi, yaa taubat lagi'...
 
Menangislah.
 
Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. Karena besok waktu akan 
bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari. Tahu-tahu sudah sepuluh 
hari terakhir dan kamu belum bersiap untuk itikaf. Dan lembar-lembar 
quran menunggu untuk dikhatamkan. Dan keping-lembar mata uang menunggu 
disalurkan. Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.
 
Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali...


salam i'tikaf..

*rediyans

i'tikaf adalah percepatan amal...
bagaimana bisa masuk akal tentang ibadah 10jam bagai ibadah lebih dari 
720.000 jam (1000 bulan)?*


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke