Istighfar, Pesan Para Nabi Oleh: Dr. Attabiq Luthfi, MA

"*Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.
(Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan
yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan
dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan
(balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut
kamu akan ditimpa siksa hari kiamat*". (Hud: 3)


Surat Hud yang pernah membuat Abu bakar terkejut saat melihat rambut
Rasulullah saw beruban yang dijawab oleh Rasulullah dengan sabdanya, "Surat
Hud dan saudara2nya telah membuat rambutku beruban", ternyata sarat dengan
perintah beristighfar yang disampaikan melalui lisan para nabiyuLlah dari
Hud as, sholih dan syu'aib as.


Tercatat ada empat ayat di dalam surat ini yang menyebut perintah
beristighfar, yaitu pertama ayat 3 di atas, ayat 52, 61, dan 90. Bahkan yang
menarik, bahwa secara korelatif, perintah beristighfar pada ayat-ayat
tersebut diawali dengan perintah menyembah dan mengabdi semata-mata kepada
Allah, seperti dalam surat Hud: 2 misalnya, "*Agar kamu tidak menyembah
selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan
pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya*" (Hud: 2).


Betapa tinggi nilai perintah beristighfar sehingga selalu berdampingan
dengan perintah beribadah kepadanya. Sehingga merupakan satu kewajiban
sekaligus kebutuhan seorang hamba kepada Allah swt karena secara fithrah
memang manusia tidak akan bisa mengelak dari melakukan dosa dan kesalahan
sepanjang hidupnya. Peluang ampunan ini merupakan anugerah rahmat yang
terbesar bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.


Terkait dengan hal ini, kebiasaan beristighfar mereflesikan kedekatan
seorang hamba dengan Tuhannya dan pengakuan akan Ke-Maha Pengampunan Allah
swt. Istighfar juga merupakan cermin dari sebuah akidah yang mantap akan
kesediaan Allah membuka pintu ampunannya sepanjang siang dan malam.
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah senantiasa membuka tanganNya di
siang hari untuk memberi ampunan kepada hambaNya yang melakukan dosa di
malam hari, begitu pula Allah swt senatiasa membuka tangan-Nya di malam hari
untuk memberi ampunan bagi hamba-Nya yang melakukan dosa di siang hari".


Catatan lain yang bisa dikaji adalah bahwa perintah beristighfar di dalam
Al-Qur'an juga selalu beriringan dengan perintah bertaubat,"* Dan hendaklah
kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.* Prof. Dr.
Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Munir mengemukakan rahasia penggabungan
perintah beristighfar dan bertaubat pada kebanyakan ayat-ayat Al-Qur'an
bahwa tidak ada jalan untuk meraih ampunan Allah swt melainkan dengan
menunjukkan perilaku dan sikap "taubat" yang diimplementasikan dengan
penyesalan akan kesalahan masa lalu, melepas ikatan-ikatan (jaringan)
kemaksiatan dalam segala bentuk dan sarananya serta tekad yang tulus dan
jujur untuk tidak mengulangi kembali perbuatan-perbuatan dosa di masa yang
akan datang. Dalam kaitan ini, taubat merupakan penyempurna dari istighfar
seseorang agar diterima oleh Allah swt.


Secara aplikatif, kebiasaan beristighfar sudah dicotohkan oleh Rasulullah
saw. Tercatat dalam sebuat riwayat Imam Muslim bahwa Rasulullah (memberi
pelajaran kepada umatnya) senantiasa beristighfar setiap hari tidak kurang
dari 70 kali. Bahkan di riwayat Imam Bukhari beliau beristighfar setiap hari
lebih dari 100 kali (Bukhari Muslim). Pelajaran yang diambil dari prilaku
Rasulullah ini adalah bahwa beristighfar tidak harus menunggu setelah
melakukan kesalahan, tetapi bagaimana hendaknya aktifitas ini berlangsung
senantiasa menghiasi kehidupan sehari-hari kita tanpa terkecuali.


Para malaikat yang jelas tidak pernah melanggar perintah Allah justru
senantiasa beristighfar memohon ampunan untuk orang-orang yang beriman
sebagai sebuah pelajaran yang berharga bagi setiap hamba Allah yang beriman,
"*(Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di
sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta
memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya
Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah
ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan
peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala*". (Al-Mu'min: 7)


Berdasarkan kajian terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang istighfar,
paling tidak terdapat empat keutamaan dan nilai dari amaliah istighfar dalam
kehidupan seorang muslim:


1. Istighfar merupakan cermin akan kesadaran diri orang-orang yang bertakwa.
"*Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui*". (Ali Imran: 135)


2. Istighfar merupakan sumber kekuatan umat. Kaum nabi Hud yang dikenal
dengan kekuatan mereka yang luar biasa, masih diperintahkan oleh nabi mereka
agar senantiasa beristighfar untuk menambah kekuatan mereka. *"Dan (dia
berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia
akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling
dengan berbuat dosa"*. (Hud: 52). Bahkan Rasulullah dalam salah satu
haditsnya menegaskan bahwa eksistensi sebuah umat ditentukan diantaranya
dengan kesadaran mereka untuk selalu beristighfar, sehingga bukan merupakan
aib dan tidak merugi orang-orang yang bersalah lantas ia menyadari
kesalahannya dengan beristighfar memohon ampunan kepada Allah swt.


3. Istighfar dapat menolak bencana dan menjadi salah satu sarana turunnya
keberkahan dan rahmat Allah swt. Ibnu Katsir ketika menafasirkan surat
Al-Anfal: 33 *"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu
berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka,
sedang mereka meminta ampun"* menukil riwayat dari Imam Tirmidzi bahwa
Rasulullah saw bersabda, "Allah telah menurunkan kepadaku dua pengaman atau
penyelemat bagi umat dari azab dan bencana, yaitu keberadaanku dan
istighfar. Maka ketika aku telah tiada, masih tersisa satu pengaman hingga
hari kiamat, yaitu istighfar". Bahkan Ibnu Abbas menuturkan bahwa ungkapan
istighfar meskipun keluar dari pelaku maksiat dapat mencegah dari beberapa
kejahatan dan bahaya.


4. Istighfar akan memudahkan urusan seseorang, memudahkan jalan mencari
rizki dan memelihara seseorang. Dalam konteks ini, Ibnu katsir menafsirkan
suarat Hud : 52 dengan menukil hadits Rasulullah saw yang bersabda,
*"Barangsiapa
yang mampu mulazamah atau kontinyu dalam beristighfar, maka Allah akan
menganugerahkan kebahagiaan dari setiap duka dan kesedihan yang menimpanya,
memberi jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberi rizki dengan cara
yang tidak disangka-sangka".* (Ibnu Majah)


Demikianlah, pesan yang disampaikan oleh para nabiyuallah kepada kaumnya
sebagai salah satu solusi dari permasalahan mereka. Tentu istighfar yang
dimaksud tidak hanya sekedar ucapan dengan lisan "astaghfirullah", tetapi
secara aplikatif sikap waspada, mawas diri dan berhati-hati dan bersikap dan
berperilaku agar terhindar dari kesalahan. Dan jika terjermus ke dalam
kemaksiatan segera sadar dan mampu bangkit dari kesalahan dengan
bersungguh-sungguh bertaubat dalam arti menyuguhkan pengabdian dan karya
yang lebih bermanfaat untuk umat. Allahu A'lam.

dakwatuna.com


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to