Assalamualaikum wr wb,

Judul di atas mengingatkan saya pada buku Prof. Paul Ormerod, "The Death of 
Economics", yang pernah heboh di tahun 1998 dan Prof Paul sendiri pernah 
berkunjung ke Indonesia (sekitar tahun 2000) untuk mendiskusikan kenapa ilmu 
ekonomi itu mati. Tentu saja yang dimaksud Prof Paul, tentunya ilmu ekonomi 
berbasis kapitalisme dan ribawi. Dan Alloh SWT sendiri sebenarnya sudah 
menantang manusia,

"Apakah hukum (sistem) jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah 
yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. 5:50)

Jadi masihkah kita, mendewakan kapitalisme dan ribawi yang terbukti gagal 
mensejahterakan manusia? BTW kata Pak Ustadz, sistem syariah menekankan 
keuntungan bersama (penjual dan pembeli, sama-sama untung) sedangkan ekonomi 
ribawi memiliki prinsip: "Lu untung, sedangkan gue buntung..." atau sebaliknya 
alias the zero sum game. Wallahu'alam bish showab.

Wassalamualaikum wr wb

http://www.eramuslim.com/editorial/the-death-of-capitalism.htm

The Death of Capitalism
Selasa, 07 Okt 2008 16:14

Pada saat umat Islam seluruh dunia mengumandangkan takbir,tahlil, dan tahmid,  
menyambut datangnya Idul Fitri, dan hari kemenangan dengan penuh kegembiraan, 
di Gedung Putih, Presiden George W. Bush, sibuk dan bingung menyelamatkan 
ekonomi Amerika.

Pada saat umat Islam seluruh dunia mengumandangkan takbir, tahlil, dan tahmid, 
menyambut datangnya Idul Fitri, dan hari kemenangan dengan penuh kegembiraan, 
di Gedung Putih, Presiden George W. Bush, sibuk dan bingung menyelamatkan 
ekonomi Amerika. Bahkan, sebuah media terkemuka, mengutip seorang ahli ekonomi, 
yang menganilisis krisis keuangan di Amerika, menyimpulkan bahwa Amerika 
sebagai adidaya akan punah. Krisis ekonomi yang disebabkan ambruknya lembaga 
keuangan di Amerika, dikawatirkan menuju kearah depresi ekonomi seperti yang 
terjadi di tahun l930.

Presiden George W. Bush sempat frustasi ketika mengajukan usulan mengeluarkan 
dana talangan (bailout) sebesar 700 milyar dolar di tolak oleh Kongres (DPR). 
Penolakan Kongres sempat menyebabkan harga indek Dow Jones Industrial Average 
di New York (DJIA), anjlok tajam, mencapai 778 point. Dan, menyebabkan 
runtuhnya berbagai lembaga keuangan di banyak Negara. Meskipun, melalui lobby 
yang intensif dengan Ketua Kongres, Nancy Peloci, akhirnya Kongres menyetujui 
usulan Presiden George Bush, mengeluarkan dana talangan sebesar 700 milyar 
dolar. Yang menarik, justru kalangan Demokrat, memelopori tercapainya dukungan 
Kongres, dari Republik dan Demokrat (bipartisan), atas kebijakan Presiden 
George Bush, yang ingin menyelamatkan ekonomi Amerika. Tak kurang-kurang 
Presiden Bush, menyatakan: “Krisis ekonomi dampaknya dapat mengancam seluruh 
rakyat Amerika ”, tegasnya. Menurut pengamat ekonomi dari CSIS, Hadi Susastro, 
dana talangan 700 milyar dolar, belum akan
 menyelesaikan akar masalah.

Situasi krisis ekonomi di Amerika, akibat ambruknya lembaga-lembaga keuangan di 
negeri Paman Sam.  Warren Buffet, seorang investor, di Amerika, menggambarkan 
kondisi ekonomi di negerinya itu, seperti ketika Jepang menyerang ‘Pearl 
Harbour’, yang hancur lebur. Istilah ekonomi ‘Pearl Harbour’ itu, 
menggambarkan, bagaimana hebatnya akibat krisis ekonomi di Amerika sekarang 
ini. Seorang peraih hadiah Nobel Ekonomi tahun 2001, Joseph Stiglitz 
menyatakan, ia tidak kawatir dengan kerugian di Wall Street (investor dan 
korporasi), tapi yang ia kawatirkan, di mana lembaga keuangan menghentikan 
meminjamkan uang ke sektor riil. Akibatnya, jika hal itu terjadi, akan berhenti 
produksi dan pekerja. Dan, keadaannya akan lebih buruk dari resesi, ujar 
Stiglitz.

Krisis keuangan di Amerika menjadi perhatian seluruh dunia. Termasuk dua 
kandidat calon presiden, Mc. Cain (Republik) dan Barack Obama (Demokrat). 
Krisis keuangan ini juga menjadi tema kampanye kedua kandidat. Dalam debat 
antara Mc.Cain dan Obama, krisis keuangan di Amerika, mendapat perhatian utama 
mereka. Mc. Cain dan Obama, keduanya menyetujui kebijakan yang diambil Presiden 
George Bush, yang mengeluarkan dana talangan 700 milyar dolar. Tujuannya untuk 
menyelamatkan lembaga-lembaga keuangan di Amerika, yang menjadi sumber 
kehidupan ekonomi kaum Yahudi.

Sejak 2002, sudah lebih 45, bank di Amerika, yang bangkrut, dan ditutup. 
Puncaknya lembaga keuangan terbesar keempat di Amerika, Lehman Brothers, yang 
menghadapi kesulitan likuiditas, yang akhirnya bangkrut, dan ditutup. Karena 
pemerintah Amerika, melalui Bank Sentralnya (The Fed) menolak membantu 
mengeluarkan dana talangan, guna menyelamatkan lembaga keuangan itu. Karena, 
Lehman Brothers, banyak membantu dana kampanye Obama (Demokrat). Lehman 
Brothers adalah usaha dagang yang mula-mula didirikan oleh  keluarga keturunan 
Yahudi Jerman, yang berimigrasi ke Amerika, dan menetap di Alabama. Tiga 
bersaudara berdarah Yahudi, yang mula-mula mendirikan perusahaan dagang,  
kemudian berubah menjadi lembaga financial, yang dikenal dengan ‘Lehman 
Brothers’.

Sesungguhnya, yang terjadi sekarang di Amerika, adalah hancurnya sistem 
keuangan riba, yang menjadi sumber kehidupan kaum Yahudi. Ekonomi kapitalisme 
adalah ekonomi riba, yang menjadikan uang, bukan lagi sebagai alat tukar, tapi 
sudah diperdagangkan. Ekonomi kapitalisme dengan bertumpu pada riba ini, 
menjadi sangat rakus, dan menghancurkan. Menurut Faisal Basri, kapitalisme 
mutakhir yang digerakkan sektor keuangann (financially-driven) tumbuh pesat 
sangat luar biasa, sejak awal dasa warsa 1980an. Transaksi di sektor keuangan 
tumbuh meroket ratusan kali lipat, dibandingkan dengan nilai perdagangan dunia. 
Di negara-negara maju, lalu lintas modal bebas bergerak. Praktis tanpa 
pembatasan. Sementara, semakin banyak negara-negara berkembang yang mengikuti. 
Uang dan instrument keuangan lainnya tak sekedar sebagai penopang sektor 
produksi riil, melainkan telah menjelma sebagai komoditas perdagangan, 
diternakkan beranak-pinak, berlipat ganda dalam waktu singkat.
 Produk-produk keuangan dengan berbagai macam turunannya menghasilkan ekspansi 
kapitalisme dunia yang semu, ungkapnya. (Kompas, 6/10/2008).

Awal krisis, akibat kebijakan ekonomi Presiden George W. Bush, yang 
bertahun-tahun membiayai perang Iraq, membiayai perang melawan terorisme, 
membiarkan defisit anggaran (APBN) terus menggelembung, dan dalam waktu yang 
sama mengalami defisit perdagangan luar negeri. Di sisi lainnya, tabungan 
rakyat Amerika sudah minus, melampui dengan yang dibelanjakan (disposable 
income). Guna membiayai ekonomi yang sangat boros, Presiden Bush, terus 
meningkatkan utangnya, yang semakin menggelembung, yang mencapai jumlah 
trilyunan dolar. Kondisi inilah yang mendorong kehancuran ekonomi Amerika

Kondisi ini ditambah sikap rakus para ekskutif korporasi di Amerika, yang 
mereka mengejar bonus, besar-besaran. Tanpa menyadari dampaknya. Korporasi di 
Amerika yang menerima pinjaman global telah menanamkan modalnya di sektor 
perumahan, yang kini tak laku, dan nilai harganya turun drastis. Keadaan ini 
seperti yang terjadi di kawasan Asia di tahun l990an, yang meminjamkan dana ke 
sektor perumahan (properti), yang jumlahnya sangat fantastis. Di sisi lain, 
terjadi praktik penipuan yang dilakukan para ekskutif di Amerika, yang tergiur 
iming-iming bonus besar, yang mereka menyalurkan pinjaman besar-besaran ke 
sektor properti. Praktek ini menurut Avery Goodman, ahli pasar uang Amerika, 
sudah terjadi sejak periode 200l-2007. Lehman Brothers hanyalah salah satu 
kasus, korban dari kerakusan para ekskutif. Para ekskutif korporasi Amerika 
tidak menaruh perhatian posisi keuangan korporasi, tapi membiarkan perusahaan 
terjerat utang. Maka,kehancuran sudah di depan
 mata.

Namun, kehancuran ekonomi Amerika ini, tak terlepas dari peran Bank Sentral 
Amerika (The Fed), di mana lembaga yang memiliki otoritas keuangan ini, 
berkomplot dengan sejumlah ekskutif Yahudi, yang memegang korporasi di Amerika, 
di mana saat  korporasi keuangan  melakukan jor-joran menyalurkan kredit ke 
sektor properti dan sudah gagal bayar, justru The Fed menurunkan suku bunga. 
Bahkan,sesudah krisis terjadi The Fed masih terus memasok dana kepada 
korporasi. Ketika perusahaan Lehman Brothers bangkrut, terbongkar kasus ketika 
Lehman Brothers mendapatkan pinjaman 10 milyar dolar dari Bank Sentral New York 
yang dipimpin Timothy Geithner, padahal Lehman sudah tidak mampu memenuhi 
kewajiban membayar (insolvent).

Tanda-tanda kehancuran ekonomi Amerika sudah didepan mata. Krisis ini tidak 
hanya terjadi pada pasar modal, pasar surat utang, dan sektor perumahan, yang 
juga mengalami penurunan secara drastis. Ratusan ribu orang kehilangan 
pekerjaan, sejak terjadinya krisis keuangan. Akibat lembaga-lembaga keuangan di 
Amerika  tutup. Ditambah pertumbuhan ekonomi di Amerika minus. “Kita telah 
melihat data yang memburuk di depan mata, yang belum pernah terjadi sepanjang 
sejarah Amerika, dan ini mengawali kondisi yang buruk”, ujar Piere Ellis, 
seorang ekonom di New York.

Sebuah Koran The Pheladelphia Inquirer, yang terbit 30/9/2008, dalam sebuah 
artikelnya berjudul: “US Crisis Puts Global Standing in Peril”, menyebutkan 
krisis keuangan tidak saja menguras keuangan, dan dana pensiunan yang lenyap, 
tapi krisis keuangan ini akan berdampak bagi kepemimpinan Amerika. The 
Pheladelphia juga menyatakan, sejak Perang Dingin, Amerika menjdi kekuatan 
militer terbesar di dunia, menjadi kekuatan ekonomi terbesar di dunia, dan New 
York adalah pusat keuangan yang paling berpengaruh di dunia, serta dolar 
memiliki status sebagai nilai tukar internasioal, tapi dengan krisis yang 
terjadi sekarang, posisi Amerika sebagai adidaya akan terancam punah.

Daya krisis keuangan Amerika sekarang ini,lebih dahsyat, dibandingkan dengan 
invasi militer ke Iraq. Bahkan, dolar Amerika sudah mulai ditinggalkan, 
beberapa negara tidak lagi menggunakan dolar, seperti Amerika Latin, Timur 
Tengah, Uni Eropa, dan beberapa Negara Asia. Inilah akhir perjananan 
kapitalisme global. Satu setengah dekade, sejak runtuhnya Soviet, sebagai 
imperium, kini nampaknya kapitalisme global, yang dipimpin Amerika sebagai 
sistem idelogi dan ekonomi, diambang kehancuran.

Sangat ironis. Masih banyak para pemimpin Islam, yang berwatak dan bermental 
inferior. Mereka masih mendewakan Barat, sebagai kiblat mereka. Mereka masih 
memberikan loyalitasnya kepada Amerika. Mereka tidak hanya menjadikan Amerika 
sebagai partner strategisnya, tapi menjadikan Amerika sebagai ‘tuannya’, 
sebagai ‘doronya’, bahkan menyerahkan ‘hidup dan matinya’ kepada negara yang 
sudah bangkrut yaitu Amerika. Materialisme yang bersumber dari para pengikut 
penyembah ‘sapi emas’, kaum Yahudi sudah berakhir. Tak ada lagi yang layak 
dimitoskan. Karena nilai dan sistem yang mendasari kehidupan mereka adalah 
kebathilan.

Mestinya para pemimpin Islam mencari solusi dan alternative atas situasi krisis 
global sekarang ini. Bukan justru mereka ramai-ramai meninggalkan nilai dan 
prinsip-prinsip Islam. Dan, menjadikan nilai-nilai sekuler dan materialism yang 
menjadi dasar kehidupan mereka. Umat manusia mengharapkan solusi dan 
alternative. Bukan orang-orang yang hanya bisa mengekor dan mengejar kehidupan 
dunia, yang sudah diambang kehancuran, yaitu kapitalisme global. Wallahu ‘alam.



Wassalamualaikum wr wb



      
___________________________________________________________________________
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi 
Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

Kirim email ke