Sabtu, 29 Maret 2008

Antara Iman Dan Akal


Oleh : Rifqi Fauzi 

''Dan,
kami ilhamkan kepada ibu Musa, ''Susuilah dia, dan apabila kamu
khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). 

Dan,
janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena
sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya
(salah seorang) dari para rasul.'' Dan, menjadi kosonglah hati ibu
Musa. Sesungguhnya, hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa,
seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang
yang percaya (kepada janji Allah).'' (QS Alqashash [28]: 7 dan 10). 

Dalam menjalankan perintah agama, terkadang ada beberapa perintah dan janji 
Allah SWT yang menurut pandangan manusia tidak masuk akal. Sehingga, terkadang
kita ragu dalam mengimani dan menjalankannya. Padahal, sebenarnya,
ketika ada suatu janji atau perintah Allah yang tidak masuk akal, hal
itu disebabkan keterbatasan akal kita dalam menembus skenario Allah SWT.

Ayat di atas mengisahkan Allah SWT memerintahkan ibunda Nabi Musa AS 
menghanyutkan Nabi Musa ke sungai jika anaknya ingin selamat dari
tentara Firaun. Secara manusiawi, hal ini tidaklah masuk akal. Karena,
bisa saja Nabi Musa malah meninggal terbawa hanyut sungai.

Ibunda
Musa pun merasakan tidak masuk akalnya perintah Allah. Sehingga, dalam
ayat di atas, Allah SWT harus berulang kali meneguhkan hatinya. Dengan
mengimani dan mengikuti perintah Allah SWT, Nabi Musa pun selamat dan
kembali kepangkuan ibunya ditambah lagi dengan hidup di istana megah
dan menjadi nabi sesuai janji Allah terhadapnya.

Begitu pun
perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS untuk meninggalkan istrinya Siti
Hajar bersama bayinya Nabi Ismail di bukit yang gersang dan jauh dari
keramaian, tanpa dibekali makanan dan minuman. Secara manusiawi, hal
ini sungguhlah tindakan yang kejam dan tidak masuk akal. 

Namun,
disebabkan keimanannya terhadap janji Allah SWT, akhirnya bukit yang
gersang itu menjadi kota yang paling banyak dikunjungi umat manusia.
Namun, terkadang kita masih banyak yang menjalankan perintah Allah
bukan berlandaskan keimanan, melainkan masih melihat rasional dan
untung rugi. Masih banyak yang enggan berinfak dan mengeluarkan zakat
karena takut rugi. Padahal, Allah berjanji akan melipatgandakan harta
kita jika kita mau berinfak. Ketahuilah janji Allah itu pasti dan
keragu-raguan itu datangnya dari setan. 


''Hai manusia,
sesungguhnya janji Allah adalah benar. Maka, sekali-kali janganlah
kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan yang
pandai menipu memperdayakan kamu tentang Allah.'' (QS Faathir [35]: 5). 

http://republika.co.id/kolom.asp?kat_id=14
http://fauzidex.multiply.com/journal/item/21


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke