(Diambil dari Kisah Nyata)

Oleh : Alihozi

http://alihozi77.blogspot.com

Pada suatu hari sebelum tahun terjadinya krisis ekonomi tahun 1998
melanda Indonesia, ada seorang Customer Service (CS)sebuah bank
syariah namanya Anisah (nama samaran red) kedatangan seorang calon
nasabah. Setelah menyambutnya dengan ramah dan mepersilahkannya duduk,
Annisah menanyakan apakah ada yang bisa dibantu. Calon nasabah tsb
menanyakan semua produk-produk yang ada di bank syariah , ternyata
setelah dijelaskan oleh Anisah ternyata calon nasabah bukannya membuka
rekening malah mengkritik kekurangan-keurangan yang ada di bank
syariah tsb, seperti jaringannya dan ATM nya masih terbatas. Dengan
tenang Anisah menjawab kritikkan tsb :


"Bapak, dalam sebuah permainan sepakbola yang merasa paling pintar
justru adalah penontonnya bukan para pemainnya, penonton selalu
berteriak atau mengomentari para pemainnya harus begini, harus begitu
padahal kalau penonton itu disuruh bermain belum tentu bisa. Penonton
tidak tahu betapa sulitnya dalam sebuah permainan sepakbola
menciptakan yang namanya sebuah GOL karena tidak ikut bermain hanya
menonton saja.

Jadi kalau bapak ingin bergabung dengan bank syariah justru inilah
saatnya, jangan nanti kalau bank syariah menjadi besar dan bertambah
banyak jaringannya. Kalau nanti bank syariah menjadi besar dan
bertambah banyak jaringannya, bapak akan bisa berkata "Saya ikut andil
membesarkan bank syariah ini." Demikian jawab Anisah kepada calon
nasabah tsb.

Pada akhirnya calon nasabah tsb membuka rekening tabungan di bank
syariah tsb. Dan benar yang dikatakan Anisah. Pada saat terjadinya
krisis keuangan dan krisis ekonomi melanda Indonesia tahun 1997-1998,
bank syariah tetap bertahan karena system ekonomi syariahnya (system
bagi hasil) dan juga karena memiliki nasabah-nasabah yang memiliki
loyalitas tinggi kepada bank syariah. Pasca krisis bank syariah
jaringannya bertambah banyak bukan hanya satu bank umum tetapi
sekarang sudah ada tiga bank umum dan unit-unit pelayanan bank syariah
serta jaringan ATM nya yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan
rencananya akan terus bertambah bank-bank umum syariah yang ada di
tanah air tercinta ini.

Apa yang dialami oleh Anisah tsb penulis yakin juga pernah dialami
oleh seluruh praktisi bank syariah (termasuk penulis sendiri) dalam
usahanya mengajak seluruh lapisan masyarakat bergabung dengan bank
syariah. Banyak anggota masyarakat umum, mahasiswa, akademisi dan para
ulama hanya asyik dan sibuk sebagai penonton, pengamat, pembahas dan
membentuk berbagai lembaga pengamatan ekonomi dan perbankan syariah
dengan hanya mengkritik produk-produk dan kinerja perbankan syariah.
Namun, pada tataran implementatifnya justru masih terlibat dengan
system bunga yang ribawi dan lembaga pengamat tsb tidak mempunyai
rekening di bank syariah. Hal ini merupakan suatu ironi yang
kontraproduktif (Dr.Setiawan Budi Utomo, Pengantar Halal Haram Bunga
Bank Dr.Yusuf Al-Qardhawi)

Seharusnya seluruh lapisan masyarakat harus lebih kongkrit dalam ikut
mengembangkan system ekonomi syariah di tanah air dengan menjadi
pelaku ekonomi syariah, pelaku ekonomi syariah di sini bukan berarti
harus atau hanya menjadi praktisi bank syariah . Tetapi juga bisa
menjadi mitra bisnis dari bank syariah seperti menjadi nasabah bank
syariah.

Penulis menguraikan hal ini semua bukan berarti penulis tidak menyukai
segala kritik yang ditujukan kepada system perbankan syariah di tanah
air, tetapi penulis hanya ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat
untuk segera Maju Bersama dengan Bank Syariah dan segera meninggalkan
system ekonomi kapitalis dengan sub sistem bunganya. Karena pada saat
terjadinya krisis financial global ini kita tidak bisa menutup mata
bahwa salah satu yang menyebabkan terjadinya krisis financial global
adalah system bunga perbankan.

Contohnya, karena harus mempunyai kewajiban membayar bunga yang
terlalu banyak bank-bank di Eropa cari akal sekuat tenaga untuk
memutar uang tsb agar bisa menghasilkan bunga yang lebih besar yang
pada akhirnya bank-bank Eropa tsb membeli surat –surat utang yang
beresiko tinggi dari lembaga-lembaga keuangan di AS (Credit Default
Swaps) dengan harapan bisa menikmati bunga tinggi dari lembaga –
lembaga keuangan tsb. (Dahlan Iskan, Bussiness Today , 17 November
2008) Alih-alih ngin mendapatkan bunga tinggi ternyata yang terjadi
adalah gagal bayar, dana yang dipinjamkan ke lembaga-lembaga keuangan
AS tidak bisa kembali karena lembaga-lembaga keuangan di AS tsb
mengalami kebangkrutan.

Wallahu'alam

Maju terus perbankan syariah dan tinggalkan segera system ekonomi
kapitalis

Al-Faqir

Alihozi

Komentar dan saran atas artikel ini bisa dikirim di
http://alihozi77.blogspot.com atau sms ke 0813-882-364-05

Kirim email ke