--- On Thu, 12/4/08, lufti avianto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
From: lufti avianto <[EMAIL PROTECTED]>


Ditatapnya gelas di ruang tamu itu. Kosong. Tak ada air cokelat manis yang 
hangat menemani rintik hujan di luar sana. Biasanya, gelas itu mengepul tiap 
malam selasa dan malam jumat menemani sekumpulan anak muda yang berdiskusi 
bertopik "langit". Ya...apalagi kalau bukan membicarakan dakwah, dakwah dan 
dakwah yang selama mereka pahami, dilakukannya dengan setia. Tanpa keluh, tanpa 
kesah dan tanpa sesal meski mereka harus mengorbankan tetes keringat, merogoh 
kocek lebih dalam demi menjaga nafas dakwah agar lebih panjang.

Tetapi malam itu berbeda. Seorang lelaki duduk di sebuah ruang tamu berdinding 
kuning. Di tatapnya gelas-gelas yang masih kosong tak berpenghuni. Dilirik 
arloji bututnya sekilas, jam 21.19. Seakan tak percaya, sudah lewat hampir satu 
jam 20 menit, tak ada satupun sahabat yang memberikan kabar kehadiran atau 
kealpaan dirinya. Ia tampak
 sedih namun segera perasaan itu diusirnya jauh-jauh dengan menjejalkan seratus 
prasangka positif ke dalam jejak pikirnya kala itu.

"Mungkin mereka sakit..." ujarnya pelan mulai mendoktrin pikirannya.
"Atau gak punya pulsa sekadar memberi kabar..."
"Atau ada urusan penting yang mendadak,"
"Atau mereka lelah dan sibuk..."
"TIDAK......" batinnya bergolak dan berontak Untuk alasan yang terakhir, lelaki 
itu gundah dan mulai tak bisa menerima. Darahnya naik ke kepala, wajahnya 
memerah memendam kesal.

"Bukannya semua orang sibuk dan lelah?" ia mulai menggugat.
"Kenapa dakwah yang harus menjadi korban....?" gugatannya meluncur di tengah 
badai kecewanya.

Ia sadar betul, kecewa pasti akan menyegera bila harap kita sandarkan pada 
manusia. Segera ia ingat nasihat seorang ustadz dalam sebuah film kesukaannya. 
Bukan, film itu bukan Laskar Pelangi yang banyak dinikmati orang sepertinya di 
bioskop yang ikhtilat tetap film
 kesukaannya melebih film lainnya, Sang Murobbi.

"SEONGGOK KEMANUSIAN TERKAPAR, SIAPA YANG MAU BERTANGGUNG JAWAB!!! BILA TAK ADA 
YANG MAU...BIARLAH AKU YANG AMBIL SEBAGIAN ATAU PUN SELURUHNYA" (UST.RAHMAT 
ABDULLAH).

Sejurus kemudian ia beristighfar. "Astaghfirullah...". a menyadari tak ada 
manusia yang sempurna. Karena ketidaksempurnaannya itulah, manusia menjadi 
sempurna.

*********
Di kesempatan yang lain, seorang lelaki terduduk di sebuah musholla milik 
sekolah dasar islam. Hatinya sedikit gelisah melihat jam yang menunjukkan pukul 
12.55. Belum ada yang juga muncul. Padahal hari itu, lima menit lagi, ia 
diundang rapat akhir tahun sebuah yayasan. Sepuluh menit berikutnya, seorang 
lelaki tergesa sambil menuntun anak usia sekitar empat tahun di tangan kiri dan 
menjinjing tas LCD di tangan lainnya.

Setelah saling menyapa, keduanya terlibat dalam perbincangan ringan. Sesekali 
keduanya tertawa dan menyelingkan dengan canda. Tak
 terasa dua jam berlalu. Baru lima orang yang hadir. Selebihnya, hadir dalam 
kalimat afwan dalam kiriman singkat sms. Betul-betul singkat dan tak lupa 
menggunakan kalimat sakti "Afwan akhi..." yang mampu meluluhkan hati si 
penerima pesan.

Akhirnya, rapat pun dimulai dengan kondisi waktu yang sudah ngaret dua jam. Tak 
tanggung-tanggung memang.

*********

Perhatian kita terhadap waktu masih sangat memprihatinkan. Ketika tak datang, 
kita lebih akrab dengan alat komunikasi yang murah meriah itu: SMS. Dan semua 
urusan pun beres. Itu masih lebih baik, ketimbang raib-lenyap tanpa kabar. Atau 
ketika kita terlambat, tanpa rasa bersalah meminta maaf dan menjelaskan alasan 
keterlambatan, kita sering pula menzalimi rekan lain yang sudah lama menunggu. 
Bukankah ini kezhaliman? Apalagi ketika alasan dakwah dibenturkan dengan dakwah 
itu sendiri. Apakah dakwah yang salah? Bukankah ini karena soal kepandaian kita 
mengatur waktu?
Berodalah, agar
 diri ini tidak menjadi pembunuh waktu bagi dakwah yang kita semai...

Wallahu'alam
"Ya Robb, Ampuni diri yang tersalah ini..."
Luf


Lufti Avianto, S.Sos
Acquisition EditorĀ  "Hamdalah"
    an imprint of Grafindo
HP : 085691792704
      Jl Pulo Kambing No.9 Kawasan Industri Pulo Gadung
www.grafindo.co.id



Reply via email to