BismillaaHir Rohmaanir Rohiim
Assalamu'alaykum wa RohmatulloHi wa BarokatuHu
 
Sesungguhnya segala puji hanyalah milik Allohu Ta'ala. kita memujiNya meminta 
pertolongan kepadaNya dan memohon ampunanNya, serta berlindung kepada Alloh 
dari kejelekan diri diri kita dan dari kejahatan amalan amalan kita. 
Barangsiapa yang Alloh beri petunjuk padanya, maka tiada yang dapat 
menyesatkannya. Dan barangsiapa yang Alloh sesatkan, maka tiada yang bisa 
menunjukkinya.
Dan aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar 
kecuali Allohu Ta'alaa dan tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa 
Muhammad adalah hamba dan RasulNya.

Amma ba'du
 
SIKAP SEORANG MUSLIM TERHADAP HADITS

Ustadz Muhammad Umar as-Sewed

Ahlul bid'ah alergi terhadap hadits.
Sebagian kaum muslimin, khususnya kaum mu'tazilah dan para rasionalis atau 
orang-orang yang terpengaruh dengan mereka, menolak berita-berita hadits 
yg-menurut anggapan mereka-tidak masuk akal. Mereka menganggap hadits-hadits 
tersebut hanya akan membuat org lari dari islam.

Ketika mereka mendengarkan hadits-hadits tentang diangkatnya nabi Isa 
Alaihissalaam dalam keadaan hidup, akan turunnya beliau pada akhir zaman, 
berita tentang Dajjal-yg sudah ada wujudnya dalam keadaan terbelenggu-atau 
tentang Ya'juj dan Ma'juj yg terus menerus berupaya utk keluar dari benteng 
yang dibuat oleh Dzulqarnain dan lain-lainnya, mereka benar-benar gelisah,panas 
dadanya seraya berkata: "Untuk apa hadits-hadits seperti ini disampaikan? 
Hadits-hadits ini akan menjadikan manusia semakin jauh dari islam". Mereka 
mengucapkan ucapan olok-olok, celaan dan berbagai macam ucapan penolakan 
terhadap hadits-hadits tersebut. Keadaan mereka ini persis seperti yg dikatakan 
oleh para ulama tentang ahlul bid'ah: 

Berkata Ahmad Ibnu Sinan al-Qathan: "tidak ada seorang ahlul bid'ah pun, 
kecuali mesti akan membenci ahlul hadits. Dan tidaklah seseorang mengadakan 
kebid'ahan, kecuali akan dicabut manisnya hadits dari hatinya" (diriwayatkan 
oleh Imam Abu Utsman ash-Shabuni dalam Aqidatus Salaf Ash-habul Hadits, hal 
300).

Berkata Abu Nashr Ibnu Sallam al-Faqiih : "Tidak ada yg paling berat atas 
kelompok sesat, dan tidak pula yg paling dibenci oleh mereka,melainkan 
mendengarkan hadits dan periwayatan hadits dgn sanadnya" (Aqidatus Salaf 
Ash-habul Hadits, hal 302)

Orang mukmin mendapatkan faedah dari hadits
Sungguh kalau saja di hati mereka ada keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya, 
niscaya mereka tidak akan bersikap sinis terhadap hadits. Orang-orang yg 
beriman akan semakin beriman dgn berita-berita tersebut. Mereka akan semakin 
yakin bahwa hari kiamat telah dekat dan benar-benar akan terjadi. Kemudian 
mereka takut kepada Allah dan beramal dengan amalan yang shalih.

Namun sayang, mereka-kaum rasionalis dan mu'tazilah-adalah orang-orang yang 
mengambil pelajaran dari kaum orientalis kafir yang tidak mau percaya (baca: 
beriman) kepada hadits, kecuali setelah "dibuktikan" secara akal. Padahal, 
betapa banyak perkara-perkara ghaib yang akal, telinga, mata dan seluruh panca 
indera kita tidak dapat membuktikannya. Ciri khas orang yang takwa adalah 
beriman kepada hal-hal ghaib-yang tdk dpt diraba oleh panca indera manusia.

Alif Laam Miim. Kitab (al-qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi 
mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang 'beriman kepada yang ghaib', yang 
mendirikan sholat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan 
kepada mereka. (Al-Baqarah 1-3)

Menolak hadits menyebabkan kesesatan
Maka perlu kiranya nasehat para ulama untuk seluruh kaum muslimin bagaimana 
seharusnya bersikap terhadap berita-berita hadits dari Rasulullah 
shalallahu'alaihi wa salam agar jangan menyimpang dan sesat.

Berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu: "Aku tidak akan meninggalkan 
sedikitpun dari apa yang telah diamalkan oleh Rasulullah shalallahu'alaihi wa 
salam, kecuali aku pun mengikutinya. Sungguh aku khawatir jika aku meninggalkan 
sesuatu dari perintahnya aku akan menyimpang". ( Al-Ibaanah oleh Ibnu Bathah, 
juz 1 hal 246; lihat Ta'dhimus Sunnah hal 24)

Kemudian Ibnu Bathah al-Uqbari mengomentari ucapan Abu Bakar Radhiyallahu anhu 
diatas: " Lihatlah wahai saudaraku, seorang shiddiq yang besar, beliau 
radhiyallahu anhu mengkhawatirkan dirinya akan sesat jika menyelisihi sedikit 
saja dari perintah nabinya Shalallahu'alaihi wa salam. Maka bagaimanakah yang 
akan terjadi pada zaman ini, saat banyak orang berani memperolok-olokkan nabi 
mereka dan perintah-perintahnya. Mereka justru berbangga dengan sesuatu yang 
menyelisihi beliau Shalallahu'alaihi wa salam, bahkan memperolok-olok sunnahnya 
Shalallahu'alaihi wa salam. Kita meminta kepada Allah subhana wata'ala 
perlindungan dari kesesatan dan keselamatan dari kejelekan amal" (al-ibaanah 
oleh Ibnu bathah, juz 1 hal.246; lihat Tadhimus Sunnah hal.24)

Berkata Yazid bin Harun Abu Khalid al-Wasithi rahimahullah, di majlisnya, 
meriwayatkan hadits tentang dilihatnya Allah pada hari kiamat. Tiba-tiba ada 
seseorang yg berkata di majelisnya: " Wahai Khalid bagaimana maksud hadits 
ini?". Maka Yazid bin Harun marah dan gemetar: "Sungguh engkau persis dengan 
Shabih (1), dan betapa perlunya engkau diperlakukan seperti Shabigh. Celaka 
engkau! Siapa yang tahu seperti apa dan siapa yang berhak untuk melampaui 
berita yang datang dalam hadits. Siapa yang berani berbicara dari pribadinya 
sendiri, kecuali orang yang bodoh dan kurang agamanya? Kalau engkau mendengar 
hadits dari Rasulullah Shalallahu'alaihi wasalam, tunduklah padanya dan jangan 
mengada-adakan perkara baru padanya. Sungguh jika kalian mengikutinya dan tidak 
membantahnya kalian akan selamat. Namun, kalau tidak, niscaya kalian akan 
binasa. (Diriwayatkan oleh imam ash-Shabuni dalam Aqidatus Salaf ash-Habul 
Hadits, hal 236-237)

Jangan membantan hadits shahih dengan hawa nafsu
Berkata Umar bin Abdul Azis rahimahullah " Tidak ada pendapat siapapun bersama 
sunnah yang telah disunnahkan oleh Rasullullah Shalallahu'alaihi wasalam." 
(I'lamul Muwaqi'in, Ibnul Qayim juz 2 hal.282)
Yakni, jika telah datang sunnah dari Rasulullah shalallahu'alaihi wa salam, 
maka tidak ada pendapat siapapun yang boleh menentangnya.

Ini merupakan bantahan yang jelas bagi orang-orang yang menentang hadits-hadits 
yang shahih dengan pendapatnya sendiri. Yaitu mereka yang menentang hadits 
dengan ucapan: " Tapi saya pikir.....", "Namun saya rasa....", atau ucapan 
"Tapi menurut saya....". Dan lain-lain. Yang demikian merupakan bahasa-bahasa 
penentangan terhadap hadits dengan hawa nafsu. Dengarkanlah ucapan ulama 
berikut:

Berkata Abu Khilabah rahimahullah: "Jika seseorang engkau ajak bicara mengenai 
sunnah, kemudian berkata: "Tinggalkan kami dari yang demikian, coba berikan 
bukti dari al-qur'an (2). Maka ketahuilah kalau dia orang yang sesat" (Thabaqat 
Ibnu Sa'ad, juz ke-7 hal. 184; lihat Tadhimus Sunnah hal.25)

Imam Dzahabi rahimahullah mengomentari ucapan diatas: " Dan jika engkau melihat 
seorang ahlul kalam, mubtadi', berkata: " Tinggalkan kami dari al-qur'an dan 
hadits-hadits aahaad, tetapi coba buktikan secara akal", maka ketahuilah bahwa 
dia adalah Abu Jahl. Dan jika engkau melihat seorang sufi, pengikut aliran 
wihdatul wujud, berkata: tinggalkan kami dari nukilan-nukilan (al-qur'an dan 
as-sunnah) maupun akal, tapi coba berikan kepada kami bukti dengan perasaan 
hati dan naluri, maka ketahuilah bahwa iblis telah muncul dalam bentuk seorang 
manusia atau telah merasuk pada orang tersebut. Kalau kamu takut, larilah 
darinya; kalau kamu berani, jatuhkanlah ia dan duduklah diatas dadanya kemudian 
bacakan ayat kursi....(yakni dirukyah-pent)". (Siyaar A'laamu Nubala, 
adz-Dzahabi, juz 4, hal. 742)

Wajib menerima hadits shahih.
Dengan demikian tidak pantas seorang muslim yang mendengarkan hadits yg shahih, 
kemudian menolaknya dgn berbagai macam alasan hawa nafsunya. Allah mengancam 
orang yang menyelisihi nabiNya setelah jelas hadits baginya.

Allah subhana wa ta'ala berfirman:
"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan 
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa 
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam 
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (An-Nisaa': 115)

Abul Harits Ibnu Abi Dzi'b rahimahullah ketika meriwayatkan hadits kepada Abu 
Hanifah ibnu Sammak, dia ditanya:"Wahai Abul Harits, apakah engkau sependapat 
dengan hadits ini?" Sungguh Abul Harits sangat marah dan memukul dada Abu 
Hanifah seraya menjerit dengan suara keras dan berkata:"Aku sampaikan kepada 
Rasulullah Shalallahu'alaihi wa salam, kemudian engkau katakan apakah aku 
sependapat dengannya?!! Ya! Tentu saja aku sependapat dengannya! Dan yang 
demikian wajib bagiku dan bagi setiap orang yang mendengarnya!!" (Dikisahkan 
oleh imam Syafi'Î dalam ar-Risalah, hal 450; lihat Ta'dzimus Sunnah, hal. 26-27)

Berkata imam syafi'i rahimahullah:"Telah sepakat kaum muslimin (secara ijma') 
bahwasanya siapa yang telah jelas baginya sunnah Rasulullah Shalallahu'alaihi 
wa salam, maka tidak halal baginya utk meninggalkannya karena ucapan siapapun". 
( Lihat I'lamul Muwaqi'in, juz 2/282).

Bahkan al-Khumaedi mengisahkan bahwa pernah pada suatu hari imam Syafi'Î 
meriwayatkan hadits, kemudian aku berkata kepadanya:" Apakah engkau melihat aku 
keluar dari gereja, atau engkau melihat dijubahku ada sabuknya (ciri jubah 
pendeta nasrani-pent) hingga ketika aku mendengar hadits dari Rasulullah 
shalallahu'alaihi wa salam kemudian aku tidak sependapat dengannya?!!" 
(Hilyatul Auliya, juz 9/106; Siyar a'lamu nubala, 10/34; lihat Ta'dhimus 
Sunnah, hal 28).

Dalam riwayat lain, Imam Syafi'i rahimahullah pernah ditanya tentang suatu 
masalah, kemudian beliau menjawab dengan hadits. Maka si penanya tadi berkata: 
" Apakah engkau sependapat dengan hadits ini?" Maka imam Syafi'i gemetar dan 
keluar otot lehernya seraya berkata: "Ya hadzaa, bumi mana yang akan aku pijak 
dan langit mana yang akan menaungiku, kalau aku meriwayatkan satu hadits dari 
Rasulullah shalallahu'alaihi wa salam kemudian aku tidak sependapat 
dengannya?!!. Na'am, 'ala sam'i wal bashar (yakni: ya, kami dengar dan kami 
ta'ati) (shifatu ash-shahwah, ibnul Jauzi, juz 2/256)

Berkata Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah: "Barangsiapa yang menolak hadits 
nabi shalallahu'alaiwasalam,maka dia berada di pinggir jurang kehancuran". 
(Thabaqat al-Hanabilah, 2/11 dan al-Ibaanah, 1/269; lihat Ta'dhimus Sunnah, 
hal.29)

Berkata Imam al-Barbahari: "Jika engkau mendengar seseorang mencela 
riwayat-riwayat (yakni riwayat hadits yg shahih), menolaknya atau menginginkan 
selainnya, maka tuduhlah keislamannya dan jangan ragu kalau dia adalah pengekor 
hawa nafsu, ahlul bid'ah. (Syarhus Sunnah hal. 51)

Berkata Abul Qashim al-Ashbahani: " Berkata ahlus sunnah dari kalangan salaf: 
"Barangsiapa yang mencerca riwayat-riwayat hadits, maka sepantasnya utk dituduh 
keislamannya". (Al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah, 2/248; lihat Ta'dhimus Sunnah, 
hal.29).

Berkata Imam az-Zuhri rahimahullah imamnya para imam zamannya: " Dari Allah 
keterangan, Rasulullah Shalallahu'alaihi wa salam yang menyampaikan, maka 
kewajiban kita adalah menerimanya. (Aqidatus Salaf ash-Habil Hadits, hal. 249)

Beliau berkata juga: " Diriwayatkan dari salaf bahwa kaki Islam tidak akan 
kokoh, kecuali diatas fondasi at-Taslim (yakni menerima dan tunduk pada seluruh 
ucapan Allah dan RasulNya-pent). (Aqidatus Salaf ash-Habul Hadits hal.200)

Wallahu'alam
Ustadz Muhammad Umar as-Sewed

Catatan kaki:
(1) Yakni Shabigh ibnu Ishlin, seorang yang dipukul oleh khalifah Umar bin 
Khathab Radhiyallahu anhu dan diperintahkan kpd kaum muslimin utk memboikotnya, 
karena selalu mempertanyakan perkara yang tidak perlu dipertanyakan. (Lihat 
Aqidatus Salaf ash-Habul Hadits, imam ash-Shabuni, hal.237-238)

(2) Yakni dia hanya mau menerima dalil dari al-qur'an dan tidak mau menerima 
dalil dari hadits.

Ditulis lagi dari risalah dakwah Manhaj Salaf edisi 73/th.2 29 jumadi tsani 
1426 H/ 5 Agustus 2005 M.
 
Wassalamu'alaykum wa RohmatulloHi wa BarokatuHu


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke