85 Tahun Umat Islam Hidup Bak Gelandangan Tanpa Rumah
oleh Ihsan Tandjung

Tidak banyak muslim yang tahu bahwa 85 tahun yang lalu telah terjadi sebuah 
peristiwa yang sangat mempengaruhi perjalanan kehidupan umat Islam di seantero 
dunia. Persisnya pada tanggal 3 Maret 1924 Majelis Nasional Agung yang berada 
di Turki menyetujui tiga buah Undang-Undang yaitu: (1) menghapuskan 
kekhalifahan, (2) menurunkan khalifah dan (3) mengasingkannya bersama-sama 
dengan keluarganya.

Turki pada masa itu merupakan pusat pemerintahan Khilafah Islamiyah terakhir. 
Kekhalifahan terakhir umat Islam biasa dikenal sebagai Kesultanan Utsmani Turki 
alias The Ottoman Empire, demikian penyebutannya dalam kitab-kitab sejarah 
Eropa. Kekhalifahan Utsmani Turki merupakan kelanjutan sejarah panjang sistem 
pemerintahan Islam di bawah Ridha dan Rahmat Allah yang berawal jauh ke 
belakang semenjak Nabi Muhammad pertama kali memimpn Daulah Islamiyyah 
(Tatanan/Negara Islam) Pertama di kota Madinah.

Secara garis besar kita dapat membagi periode sejarah kepemimpinan Islam ke 
dalam lima periode utama berdasarkan sebuah Hadits Shahih Nabi riwayat Imam 
Ahmad.

تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ ا للهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ 
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى 
مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ اَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ 
يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًا ، 
فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ  أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ 
يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبَّرِيًّا ، فَتَكُوْنَ مَا شَاءَ اللهُ  
أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ 
خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، ثُمَّ سَكَتَ

“Periode  an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa 
tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang periode  khilafatun 
‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas manhaj kenabian), selama beberapa 
masa hingga Allah ta’aala mengangkatnya, kemudian datang periode mulkan 
aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa, selanjutnya 
datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) 
dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’aala, setelah itu 
akan terulang kembali periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi 
Muhammad saw diam,”(HR Ahmad 17680).

Periode pertama adalah Kepemimpinan langsung Nabi Muhammad yang disebut sebagai 
masa An-Nubuwwah (Kenabian). Periode kedua merupakan Kepemimpinan para sahabat 
utama yakni Abu Bakar Ash-Shidiq, Umar bin Khattb, Utsman bin Affan dan Ali bin 
Abi Thalib yang dikenal dengan julukan Khulafaur Rasyidin (Para khalifah yang 
adil, jujur, benar dan terbimbing oleh Allah SWT). Di dalam hadits tersebut 
periode ini dikenal sebagai periode Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah 
(Kekhalifahan yang mengikuti Manhaj/Sistem/Metode/Cara Kenabian).

Sesudah itu, kata Nabi, pada periode ketiga umat Islam akan mengalami 
kepemimpinan para Mulkan ’Aadhdhon (Para Raja/Penguasa yang Menggigit).  
Kepemimpinan para Mulkan ’Aadhdhon (Para Raja/Penguasa yang Menggigit)  
merupakan periode dimana umat Islam memiliki para pemimpin yang tetap mengaku 
dan dijuluki sebagai para Khalifah. Mereka masih menyebut pemerintahannya 
sebagai Khilafah Islamiyyah (Kekhalifahan Islam), namun pola suksesi seorang 
khalifah kepada khalifah berikutnya menggunakan cara pewarisan tahta laksana 
sistem kerajaan turun-temurun. Periode ini bisa dikatakan merupakan periode 
paling lama dalam sejarah Islam, ia berlangsung sekitar tigabelas abad, 
semenjak Daulat Bani Umayyah, lalu Daulat Bani Abbasiyyah dan berakhir dengan 
Kesultanan Utsmani Turki. Itulah sebabnya mereka dijuluki oleh Nabi sebagai 
para Mulkan atau Raja-raja.

 

██ Expansion under the Prophet Mohammad, 612-632

██ Expansion during the Rightly Guided Caliphate, 635-680

██ Expansion during the Umayyad Caliphate, 661-750

 

Map depicting the Ottoman Empire at its greatest extent, in 1683.

Kemudian disebut sebagai  Mulkan ’Aadhdhon (Para Raja/Penguasa yang Menggigit) 
karena betapapun keadaannya para raja tersebut masih ”menggigit” Al-Qur’an dan 
As-Sunnah, dua sumber utama nilai-nilai dan hukum-hukum Islam, kendati tidak 
sebaik para Khulafaur Rasyidin yang ”menggenggam” Al-Qur’an dan As-Sunnah. Coba 
bandingkan antara orang yang mendaki bukit dengan tali, tentu yang lebih aman 
dan pasti ialah orang yang ”menggenggam” talinya sampai ke atas daripada orang 
yang ”menggigit”-nya.

Itulah sebabnya kita jumpai dalam sejarah bahwa pada periode ketiga (Para 
Raja/Penguasa yang Menggigit) Dunia Islam tampak mengalami degradasi 
dibandingkan pada periode kedua (Kekhalifahan yang mengikuti 
Manhaj/Sistem/Metode/Cara Kenabian). Namun demikian, sebagai sebuah sistem, 
maka periode ketiga masih menyaksikan berlakunya sistem Islam dalam hal 
pemerintahan. Masalahnya tinggal apakah person yang memimpin merupakan sosok 
yang adil ataukah zalim. Ada kalanya adil seperti Umar bin Abdul Aziz. Dan 
kalaupun Allah taqdirkan yang memimpin adalah sosok yang zalim, maka kita 
temukan berbagai pandangan ulama di masa itu yang melarang rakyat melakukan 
pemberontakan terhadap pemerintah. Mengapa? Sebab sebagai sebuah sistem ia 
masih menjunjung tinggi Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Sejak tanggal 3 Maret 1924 umat Islam menjalani kehidupan bermasyarakat dan 
bernegara tanpa kehadiran sistem pemerintahan Islam Al-Khilafah Al-Islamiyyah. 
Seorang Yahudi Dunamah, Penggila Budaya Barat, Pengagum Sekularisme dan juga 
seorang pemabuk-pedansa bernama Mustafa Kemal memproklamir pembubaran sistem 
pemerintahan Islam tersebut. Suatu pemerintahan yang sesungguhnya merupakan 
warisan ideologis-sosial-politik-budaya umat yang bermula sejak kepemimpinan 
Nabi Muhammad di kota Madinah 15 abad yang lalu. Dan mulailah sejak saat itu 
umat Islam menjadi laksana anak-anak ayam kehilangan induk, anak-anak yatim 
tanpa ayah serta gelandangan tanpa rumah pelindung dari panasnya terik matahari 
dan dinginnnya hujan.

Sudah 85 tahun sejak peristiwa tragis tersebut berlangsung. Sedemikian jauhnya 
pemahaman dan pengalaman umat Islam mengenai realitas kehidupan di bawah 
naungan tatanan khilafah Islam sehingga banyak muslim yang menyangka bahwa 
sistem kehidupan dengan konsep nation-state dewasa ini merupakan sebuah sistem 
yang cukup memuaskan dan sudah final. Padahal kehidupan dengan sistem 
nation-state bagi umat Islam merupakan sebuah kehidupan darurat laksana para 
gelandangan yang terpaksa membangun bedeng sebagai rumah sementara karena 
raibnya rumah mereka yang semestinya. Mungkin karena sudah terlalu lama  
”menikmati” hidup di bedeng-bedeng akhirnya mereka mulai menyesuaikan diri dan 
terbius untuk meyakini bahwa memang sudah semestinya mereka nrimo hidup tanpa 
pernah lagi punya rumah semestinya. Awalnya hanya terpaksa menjadi gelandangan, 
lama kelamaan secara sukarela meyakini dan menumbuhkan mentalitas gelandangan 
di dalam jiwa…!

Lalu bagaimana gerangan nasib umat Islam selanjutnya? Berdasarkan hadits Nabi 
riwayat Imam Ahmad tersebut ternyata Nabi menggambarkan bahwa periode keempat 
umat Islam bakal hidup ”tanpa khilafah”. Periode tersebut Nabi sebut sebagai 
periode Mulkan Jabbariyyan (Para Raja/Penguasa yang Memaksakan Kehendak). 
Saudaraku, periode itulah yang sedang kita lalui dewasa ini. Suatu periode 
dimana umat Islam tidak saja kehilangan person khalifah yang layak memimpin dan 
melindungi mereka, namun lebih jauh daripada itu mereka bahkan tidak lagi 
dinaungi oleh sistem pemerintahan Islam bernama Khilafah Islamiyyah. Inilah 
periode kepemimpinan Mulkan Jabbariyyan alias para penguasa yang memaksakan 
kehendak yang berarti mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya. Inilah periode 
dimana umat Islam Babak Belur..!! Inilah periode paling kelam dalam sejarah 
Islam. We are living in the darkest ages of the Islamic history…!!

Kondisi di periode keempat ini menggambarkan dekadensi yang Nabi sebutkan dalam 
haditsnya sebagai berikut:

لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ 
عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ

بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ

“Sungguh akan terurai ikatan Islam simpul demi simpul. Setiap satu simpul 
terlepas maka manusia akan bergantung pada simpul berikutnya.  Yang paling awal 
terurai adalah hukum dan yang paling akhir adalah shalat,” (HR Ahmad 45/134).

Praktis dewasa ini segenap simpul dari ikatan Islam telah terurai seluruhnya. 
Sejak dari simpul hukum yang tercermin dengan runtuhnya tatanan Khilafah hingga 
banyaknya muslim yang dengan seenaknya meninggalkan kewajiban sholat  tanpa 
rasa bersalah…  Dewasa ini umat Islam merasakan suatu kehidupan jahiliyyah 
modern mirip dengan keadaan Nabi dan para sahabat pada periode pertama bagian 
awal yakni ketika mereka berjuang melawan kejahiliyyahan di kota Mekkah dan 
segenap jazirah Arab sebelum berhijrah ke Madinah.

Saudaraku, betapapun pahitnya periode keempat ini, tidak selayaknya kita 
berputus asa apalagi sampai menerima sepenuhnya sistem yang diberlakukan fihak 
musuh Islam di fase ini. Tidak selayaknya kita kehilangan harapan bahwa 
sesungguhnya rumah sejati kita dapat dibangun kembali. Kita hendaknya menyadari 
bahwa urusan kepemimpinan merupakan giliran yang Allah taqdirkan akan 
senantiasa berubah-ubah di dalam kehidupan dunia fana ini. Adakalanya giliran 
kepemimpinan diberikan kepada umat Islam adakalanya diberikan kepada kaum 
kuffar.  Yang penting al-wala (loyalitas) kita terhadap al-haq di satu sisi dan 
al-bara (penentangan) kita terhadap al-batil di lain sisi harus tetap kita 
pelihara terus.

Sebab berdasarkan hadits periodisasi di atas kita temukan harapan dimana Nabi 
menyatakan bahwa periode keempat ini bukanlah periode terakhir sejarah umat 
Islam. Masih ada satu periode lagi yang kita akan jelang, yaitu periode kelima 
berjayanya kembali umat ini dengan tegaknya kembali Khilafatun ’ala Minhaj 
An-Nubuwwah (Kekhalifahan yang mengikuti Manhaj/Sistem/Metode/Cara Kenabian). 
Umat Islam akan menyaksikan munculnya kembali para pemimpin sekaliber Khulafaur 
Rasyidin di akhir zaman. Umat Islam akan memiliki kembali rumah syar’i mereka 
Al-Khilafah Al-Islamiyyah, insyaAllah.

Yang paling penting dewasa ini umat Islam harus memelihara kesabaran, istiqomah 
dan optimisme mereka akan masa depan. Dan yang lebih penting lagi  ialah 
hendaknya mereka berjuang sebagaimana berjuangnya Nabi dan para sahabat di 
Mekkah sebelum adanya Daulah Islamiyah Madinah. Mereka berjuang dengan fokus 
utama pada kegiatan da’wah mengajak manusia sebanyaknya kepada way of life Diin 
Al-Islam, tarbiyyah mengkader para muslim untuk meningkat menjadi mukmin, 
muttaqin bahkan mujahidin. Mereka tidak sedikitpun berkompromi dengan 
nilai-nilai dan sistem jahiliyyah yang mendominasi saat itu. Mereka sibuk hanya 
menjalankan program berdasarkan arahan dan bimbingan wahyu Allah dan supervisi 
Nabi Muhammad.

Saudaraku, marilah kita pastikan diri ikut dalam program menjemput datangnya 
periode kelima berdasarkan jalan yang dicontohkan Nabi dan para sahabatnya. 
Jangan hendaknya kita malah terlibat dalam program-program tawaran manusia yang 
sedang memimpin di babak keempat ini sambil menyangka dan meyakini bahwa itulah 
jalan untuk bisa mendatangkan kejayaan Islam. Tegaknya Khilafah tidak mungkin 
mengandalkan negosiasi-negosiasi di meja perundingan dengan kaum kuffar yang 
sedang mendominasi dunia dewasa ini. Atau mengharapkan jalannya laksana 
melewati taman-taman bunga indah, apalagi sekedar mengandalkan “permainan kotak 
suara“. Saudaraku, kembaliinya kejayaan Islam tentulah menuntut pengorbanan 
yang sangat boleh jadi   mengakibatkan tetesan airmata bahkan darah karena 
harus menempuh jalan yang telah ditempuh Nabi dan para sahabatnya yaitu 
ad-Da’wah al-Islamiyyah, At-tarbiyyah Al-Harakiyyah dan Al-Jihadu fii 
Sabilillah.

Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam golongan hamba-hambaMu yang terdaftar ke 
dalam pasukan jihad Imam Mahdi. Ya Allah, berilah kami salah satu dari dua 
kebaikan ’isy kariiman (hidup mulia di bawah naungan SyariatMu) atau mut 
syahiidan (mati syahid). Amin.-

Sumber: http://www.eramuslim.com, diposting kembali di: www.hizbut-tahrir.or.id 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke