Human Capital Rendah, Dunia Islam Tertinggal 

Negara-negara Muslim memiliki kewajiban untuk menampilkan kompetensi dan 
kesiapannya untuk menjadi bagian dari proses globalisasi dan modernisasi.


KUWAIT CITY-- Negara-negara Islam harus membangun dan memperbaiki human 
capital-nya. Ketertinggalan, kemiskinan, serta kebodohan yang dialami 
negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim terjadi akibat minimnya pembangunan 
human capital.

Penegasan itu diungkapkan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Abdullah Ahmad 
Badawi, seusai bertemu Perdana Menteri Kuwait, Syeikh Nasser Mohammed Al-Ahmed 
Al-Jaber Al-Sabah, di Kuwait City, Senin (23/3). Kedua negara Muslim itu 
bersepakat menggulirkan program guna membantu negara-negara Muslim yang 
tertinggal dalam pembangunan human capital.

Menurut Abdullah, pembangunan human capital sangat penting jika negara-negara 
Muslim ingin meraih kemajuan. "Malaysia dan Kuwait perlu memikirkan cara untuk 
membantu negara-negara Muslim tertinggal untuk bangkit dan maju, melalui 
program-program pelatihan bagi kalangan generasi muda,'' ungkap Abdullah 
seperti dikutip The Stars.

Abdullah juga sempat menyoroti kompleksnya isu-isu di dunia Muslim. Menurut 
Abdullah, begitu beragamnya pendapat dan perbedaan dalam mengadopsi solusi yang 
tepat, telah membuat dunia Islam sulit bersatu. 

Ketidakmampuan untuk bersatu itu telah membuat umat Muslim tak mampu merespons 
secara tepat tantangan globalisasi dunia di bidang ekonomi, politik, serta 
sosial. Abdullah memaparkan, masalah yang dihadapi Irak, Afghanistan, serta 
Palestina terjadi akibat dunia Islam terpecah.

Sesungguhnya, tegas dia, negara-negara Muslim memiliki kewajiban untuk 
menampilkan kompetensi dan kesiapannya untuk menjadi bagian dari proses 
globalisasi dan modernisasi. Untuk mencapai itu, masyarakat Muslim perlu 
mereformasi dan memperbarui pemikirannya, terutama dalam proses pemerintahan. 
''Untuk itu, kita perlu memprioritaskan pembangunan human capita, melalui 
pendidikan dan pengembangan riset bagi umat.''

Dalam lawatannya ke kawasan Teluk itu, Abdullah serta perdana menteri Kuwait 
juga membahas situasi dan kehancuran yang menimpa Gaza, Palestina. ''Sungguh 
sebuah situasi yang sangat menyedihkan,'' katanya. Abdullah mendesak agar 
Organisasi Konferensi Islam (OKI) membantu rakyat Palestina di Gaza. Abdullah 
menyerukan agar penderitaan rakyat Gaza harus segera diakhiri.


Dunia Islam harus bersatu
Sebelumnya, Ketua Majelis Pakar Ulama Iran, Ayatollah Akbar Hashemi Rafsanjani, 
menyerukan agar dunia Islam bersatu. Menurut dia, musuh-musuh Islam telah 
sukses memecah belah Muslim. Hal itu, kata Rafsanjani, dibuktikan dengan 
tindakan semena-mena dan dikuasainya dunia Islam oleh mereka.

Rafsanjani menuturkan, perbedaan aliran dan pendapat dalam ajaran Islam telah 
mendorong musuh untuk terus memecah belah kekuatan negara-negara Muslim. 
Akibatnya, dunia Islam menjadi lemah dan musuh Islam mampu mengusai dunia 
dengan arogan. ''Senjata utama untuk menghancurkan konspirasi musuh adalah 
persatuan umat,'' paparnya dalam Konferensi Internasional Persatuan Umat ke-22, 
pekan lalu.

Menurut Rafsanjani, Islam memiliki banyak aturan terkait hak asasi manusia 
(HAM), hak wanita, dan hak kebebasan berbicara dan berekspresi.  Ajaran Islam 
itu, kata dia, lebih progresif dibandingkan aturan yang dimiliki dunia 
Internasional, yang sesungguhnya juga mengadopsi dari sumber-sumber Islam.

Kata dia, musuh-musuh Islam selalu berupaya memecah belah dunia Islam dengan 
menggunakan aturan dan ambiguitas. Konferensi Internasional Persatuan Islam itu 
dihadiri 200 perwakilan dari 45 negara. Konferensi itu dihadiri sejumlah 
pemikir dari negara-negara Islam, seperti Iran,  Amerika Serikat, Inggris, 
Prancis, Arab saudi, Uni Emirat Arab, Mesir, Oman, Sudan, Kuwait, Maroko, 
Indonesia, Uzbekistan, Yaman, serta negara Muslim lainnya.  hri

www.republika.co.id


      

Kirim email ke