Al-Ashmu’i berkisah: Dulu aku mengajar al-Quran di sebuah kampong Badui. 
Tiba-tiba aku dihadang oleh seorang Arab Badui penjarah yang di tangannya ada 
sebuah pedang. Ketika sudah mendekat untuk menarik bajuku, dia berkata, “Wahai 
orang kota, apakah yang menyebabkan kamu masuk ke kampung padang pasir?” 

Aku menjawab, “Untuk mengajarkan al-Quran.”

Dia bertanya, “Apakah al-Quran itu?”

Aku menjawab, “Perkataan Allah.” 

Dia bertanya, “Apakah Allah mempunyai perkataan?”

Aku menjawab, “Ya.” 

Kemudian dia menyanyikan sebuah syair, aku menjawab dengan firman Allah, “Dan 
di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat pula apa-apa yang 
dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz-Dzariyaat: 22).

Kemudian dia melemparkan pedangnya dan berkata, “Aku minta ampun kepada Allah, 
rezekiku ada di langit, tetapi mengapa aku mencarinya di bumi?”

Setelah berlalu satu tahun, aku bertemu dengannya pada waktu melakukan thawaf. 
Dia bertanya, “Apakah kamu orang yang bertemu denganku setahun yang lalu?” 

Aku menjawab, “Benar!”

Lalu dia menyanyikan sebuah syair lagi. Aku menjawab dengan firman Allah, “Maka 
demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar 
(akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.” (QS. Adz-Dzariyaat: 23).

Kemudian si Badui itu diam dan menangis seraya berkata, “Siapakah yang 
memaksa-Nya untuk bersumpah?” Dia terus mengucapkan kalimat ini hingga jatuh 
dan mati. Semoga Allah merahmatinya. 

Sahabatku, subhanallah, kisah ini membuat saya merenung. Apakah engkau juga 
demikian? Apa yang engkau renungkan dari kisah ini? Saya merenung dari kondisi 
si Badui itu dengan jawaban yang diberikan al-Ashmu’i berupa ayat-ayat 
al-Quran. Saya melihat, banyak orang yang merasa bahwa apa yang dia dapatkan 
berasal dari hasil usahanya sendiri. Termasuk juga diri saya. Oleh karenanya, 
kisah ini seolah menusuk ke dalam lubuk hati saya yang paling dalam. 

Sahabatku, siapakah yang memaksa-Nya untuk bersumpah seperti itu? Ya, tidak 
lain orang-orang yang saya sebutkan di atas. Kita menganggap rezeki itu ada di 
bumi, padahal ia ada di langit. Allah-lah yang memberi kita rezeki. Allah-lah 
yang melapangkan jalannya rezeki dan Allah pula yang menyempitkannya. Segala 
sesuatu jangan dilihat dari hasil kerja keras kita semata, tetapi ingatlah 
Allah Yang Maha Memberi Rezeki. Kita tidak akan mendapat sepeser uangpun tanpa 
izin dari-Nya. Jika kita merasa usaha yang kita jalankan tidak mendapatkan 
hasil yang positif, padahal kita sudah berikhtiar sekuat tenaga, sudahkah kita 
mengingat Allah? Seringkali kita menganggap remeh mengingat Allah, sehingga 
kita melalaikannya begitu saja. Padahal, mengingat Allah adalah urusan yang 
sangat FUNDAMENTAL. Rezeki itu ada dilangit bukan dibumi. 

Janganlah seperti Qarun yang menganggap seluruh harta kekayaannya berasal dari 
hasil kerja kerasnya selama ini. Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar apa yang 
dikatakan Qarun itu hingga akhirnya Dia membenamkan Qarun beserta harta 
kekayaannya ke dalam tanah. Hal ini berguna sebagai pelajaran bagi umat-umat 
kemudian agar jangan seperti Qarun.   

Jangan memandang harta curian, korupsi, atau menjual barang-barang haram, 
sebagai sesuatu yang akan dirasakan kenikmatannya. Allah Swt. sangat membenci 
pekerjaan-pekerjaan itu. Kebencian Allah mengundang kemurkaan-Nya. Allah tidak 
akan membiarkan orang-orang zalim itu berbuat seenaknya. Allah akan menghukum 
mereka. Namun mata hati mereka sudah buta dari hukuman itu sehingga tidak 
membuat mereka sadar, malah mereka semakin terjerumus pada jurang yang lebih 
dalam lagi. Kelak Allah akan “membenamkan” diri mereka seperti Qarun. Allah 
akan membuat hidup mereka susah dan gelisah. Jika ada orangtua yang hidupnya 
susah dan gelisah, bisa jadi di masa mudanya ia gemar berbuat maksiat. 

Bagi orang-orang yang ingin sadar, ingatlah keresahan dan kesulitan hidup; 
ingatlah tubuh ini sering sakit-sakitan; ingatlah istri dan anak yang sering 
melawan perintah suaminya; ingatlah rezeki yang tidak lancar; ingatlah sahabat 
yang semakin jauh darinya. Semoga ingatan-ingatan itu membuatnya sadar dan 
kembali kepada Allah Swt..



http://abufarras.blogspot.com    





[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke