Menggapai Keutamaan Tauhid (3)

                                By admin





Oleh: Al Ustadz Abdul Mu’thi Al Maidani

Sesungguhnya keutamaan tauhid cukup banyak. Sebagiannya telah kita
tuangkan dalam tulisan-tulisan yang lalu. Pengetahuan tentang
keutamaan-keutamaan tauhid bukan hanya sekedar sekilas info. Hendaknya
berbagai keutamaan tauhid ini mampu membangkitkan semangat kita untuk
lebih tekun mempelajari tauhid dan mengamalkannya. Merugilah
orang-orang yang ilmunya tidak membuahkan amal.
Perumpamaannya ibarat sebuah pohon yang tidak menghasilkan buah.
Bahkan lebih dari pada itu, orang yang tidak mewujudkan tauhid baik
secara ilmu maupun amal niscaya akan sengsara di dunia sebelum akhirat.
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengungkap keutamaan tauhid
dengan tujuan untuk membangkitkan semangat umatnya bertauhid secara
benar dan sungguh-sungguh. Bukan dengan maksud agar mereka berpangku
tangan dan merasa puas terhadap kelemahan dan kekurangan dalam
bertauhid. Keutamaan tauhid merupakan anugerah besar yang Allah
curahkan bagi orang yang bisa menggapainya dengan segala daya dan upaya
mewujudkan tauhid.
Selain keutamaan tauhid yang telah kita utarakan dalam pembahasan
lalu masih terdapat keutaman tauhid yang lainnya. Untuk mengetahui
lebih jauh, marilah kita menyimak hadits-hadits berikut ini,
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wasallam bersabda,
“Bahwasanya Nuh ‘alaihis salam pernah berkata kepada anaknya saat
akan wafat ‘Aku perintahkan engkau (berpegang) dengan laa ilaaha
illallah. Karena langit yang tujuh dan bumi yang tujuh jika diletakan
pada satu anak timbangan dan La ilaaha illallah pada satu anak
timbangan yang lain, niscaya La ilaha illallah lebih berat daripada
yang lainnya. Dan jika langit yang tujuh beserta bumi yang tujuh
membentuk lingkaran yang tak diketahui tempat sambungannya, niscaya Laa
ilaaha illallah akan memutuskannya’.” (HR.Ahmad dan Al-Hakim, beliau
menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Asy-Syaikh Al-Albani
menshahihkan sanadnya dalam As Shahihah 1 / 210. Lihat takhrij Fathul
Majid karya Asy-syaikh ‘Ali Sinan hal. 68)
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi 
wasallam bersabda,
“Allah ta’ala berfirman, ‘Wahai Anak Adam jika seandainya engkau
mendatangiku dengan sepenuh bumi kesalahan sedangakan engkau tidak
berbuat syirik sedikit pun niscaya aku akan mendatangaimu dengan
sepenuh bumi keampunan.” (HR. At Tirmidzi dan beliau menghasankannya,
Imam Muslim meriwayatkannya dari hadits Ibnu Abbas dan Imam Ahmad
meriwayatkan dari hadits Abu Dzar radhiallahu ‘anhuma).
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu 
‘alaihi wasallam bersabda,

“Pada hari kiamat nanti, seorang dari umatku dipanggil di hadapan para
makhluk. Lalu dibentangkan sembilan puluh sembilan gulungan miliknya.
Setiap gulungan sejauh mata memandang.
Lalu dikatakan, ‘Adakah sesuatu yang engkau ingkari dari
gulungan-gulungan ini? Apakah para pencatatku yang menjaga amalmu telah
menzhalimimu? ’

Dia menjawab, ‘Tidak ada wahai Rabbku’

Lalu dikatakan, ‘Apakah engkau memiliki sebuah udzur atau kebaikan? ‘

Maka orang ini merasa segan lantas menjawab, tidak ada.
Lalu dikatakan, ‘Benar, sesungguhnya engkau memiliki sebuah kebaikan dan engkau 
tidak akan dizhalimi pada hari ini.’
Kemudian dikeluarkan satu kartu miliknya yang bertuliskan, Asyhadu
an La ilaaha illallah wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluh (Aku
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusannya).
Maka dia berkata, ‘Wahai Rabbku apa nilai kartu ini dibanding gulungan-gulungan 
itu? ‘
Lalu dikatakan, ‘Sesungguhnya engkau tidak akan dizhalimi.’
Kemudian diletakkan gulungan-gulungan itu pada satu anak timbangan
dan kartu ini pada anak timbangan yang lain. Ternyata timbangan
gulungan-gulungan itu ringan dan timbangan kartu ini berat.”
(HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim, beliau
berkata, shahih atas syarat Muslim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi.
Syaikh Albani dalam As Shahihah 1 / 213 berkata, ‘Hadits ini
sebagaimana yang dikatakan oleh keduanya’. Lihat takhrij Fathul Majid
hal.69)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata ketika menerangkan hadits ini,
“Amal-amal perbuatan tidaklah berbeda-beda keutamaannya dikarenakan
bentuk dan bilangannya. Hanya saja keutamaannya berbeda-beda sebab
perbedaan keyakinan dalam hati sehingga dua amalan bisa memiliki bentuk
yang satu namun nilai perbedaan di antara keduanya sejauh antara langit
dan bumi.”
Selanjutnya beliau berkata, “Perhatikan hadits tentang sebuah kartu
yang diletakkan pada satu anak timbangan lalu diimbangi dengan
timbangan sembilan puluh sembilan gulungan yang masing-masingnya sejauh
mata memandang ternyata timbangan kartu itu berat dan timbangan
gulungan-gulungan itu ringan. Maka pemiliknya tidak diazab. Merupakan
perkara yang dimaklumi bahwa setiap orang yang bertauhid memiliki kartu
ini. Akan tetapi kebanyakan mereka masuk mereka dengan sebab
dosa-dosanya.” (Lihat Fathul Majid hal 69)
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan Alus Syaikh menjelaskan, “Dalam
mengucapkan dua kalimat syahadat harus memilki ilmu dan keyakinan
tentang maknanya. Selanjutnya serta mengamalkan kandungannya
sebagaimana firman Allah ta’ala,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“Berilmulah engkau bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan 
Allah” (Muhammad: 19)
وَلا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلا مَنْ شَهِدَ 
بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (٨٦)
“Kecuali orang yang bersaksi dengan kebenaran sedangkan mereka
mengetahui (berilmu tentang yang dipersaksikan) . (Az-Zukhruf: 86)
Mengucapkan dua kalimat syahadat tanpa mengerti maknanya atau tidak
meyakininya maka hal itu tidak bermanfaat. Begitu pula jika tidak
mengamalkan kandungannya yaitu sikap berlepas diri dari syirik dan
memurnikan ucapan serta amalan untuk Allah. Maka tidak bermanfaat baik
ucapan hati maupun lisan demikian pula amalan hati serta anggota badan.
Hal yang dikemukakan di atas adalah kesepakatan para ulama.” (Lihat
Fathul Majid hal 51).
Kita tutup pembahasan ini dengan menukilkan keterangan Asy-Syaikh
Abdurrahman As Sa’di dalam kitabnya Al-Qaulus Sadid halaman 16-19. Di
sini kita akan memaparkannya dengan lengkap mengingat bahwa penjelasan
beliau sangat gamblang dan rinci tentang keutamaan-keutamaan tauhid.
Asy-Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah berkata, “Termasuk dari keutamaan 
tauhid adalah:
•       Dapat menghapuskan dosa-dosa.
• Merupakan sebab yang paling besar untuk melonggarkan
kesusahan-kesusahan serta bisa menjadi penangkal dari berbagai akibat
buruk dalam kehidupan dunia dan akhirat.
• Mencegah kekekalan dalam api neraka meskipun dalam hatinya hanya
tertanam sebesar biji sawi keimanan. Juga mencegah masuk neraka secara
mutlak bila dia menyempurnakannya dalam hati. Ini termasuk keutamaan
tauhid yang paling mulia.
•       Memberi petunjuk dan rasa aman yang sempurna di dunia dan akhirat 
kepada pemiliknya.
• Merupakan sebab satu-satunya untuk menggapai ridha Allah dan
pahala-Nya. Orang yang paling bahagia yang memperoleh syafaat Muhammad
shallallahu alaihi wasallam adalah yang mengucapkan La ilaha illallah
dengan ikhlas dari hatinya.
• Penerimaan seluruh amalan dan ucapan, baik yang tampak dan yang
tersembunyi tergantung kepada tauhid seseorang. Demikian pula
penyempurnaannya dan pemberian ganjarannya. Perkara-perkara ini menjadi
sempurna dan lengkap tatkala tauhid dan keikhlasan kepada Allah
menguat. Ini termasuk keutamaan tauhid yang paling besar.
• Memudahkan seorang hamba untuk melakukan kebaikan- kebaikan dan
meninggalkan kemungkaran- kemungkaran. Serta menghiburnya tatkala
menghadapi berbagai musibah. Seorang yang ikhlas kepada Allah dalam
beriman dan bertauhid merasa ringan untuk melakukan ketaatan-ketaatan.
karena dia mengharapkan pahala dan keridhaan Rabbnya. Baginya terasa
ringan meninggalkan hawa nafsu yang berupa maksiat. karena dia takut
terhadap kemurkaan dan siksa Rabbnya.
• Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang, Allah menjadikan
pemiliknya mencintai keimanan serta menghiasinya dalam hatinya.
Selanjutnya Allah menjadikan pemiliknya membenci kekafiran, kefasikan
dan kemaksiatan. Lalu Allah memasukkannya ke dalam golongan orang-orang
yang terbimbing.
• Meringankan segala kesulitan dan rasa sakit bagi seorang hamba.
Semuanya itu sesuai dengan penyempurnaan tauhid dan iman yang dilakukan
oleh seorang hamba. Sesuai pula dengan sikap seorang hamba saat
menerima segala kesulitan dan rasa sakit dengan hati yang lapang, jiwa
yang tenang, pasrah dan ridha terhadap ketentuan-ketentuan Allah yang
menyakitkan.
• Melepaskan seorang hamba dari perbudakan, ketergantungan, rasa
takut, pengharapan dan beramal untuk makhluq. Inilah keagungan dan
kemulian yang hakiki. Bersamaan dengan itu dia hanya beribadah dan
menghambakan diri kepada Allah. tidak mengharap, takut dan kembali
kecuali hanya kepada allah. Dengan demikian sempurna keberuntungannya
dan terbukti keberhasilannya. Ini termasuk keutamaan tauhid yang paling
besar.
• Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang dan terealisasi lengkap
dengan keikhlasan yang sempurna, amalnya yang sedikit berubah menjadi
banyak. Segenap amal dan ucapannya berlipat ganda tanpa batas dan
hitungan. Kalimat ikhlas (Lailaha illallah) menjadi berat dalam
timbangan amal hambanya ini sehingga tak terimbangi oleh langit-langit
dan bumi beserta seluruh makhluq penghuninya. Perkara ini sebagaimana
tertera dalam hadits Abi Sa’id dan hadits tentang sebuah kartu yang
bertuliskan La ilaha ilallah tapi mampu mengalahkan berat timbangan
sembilan puluh sembilan gulungan catatan dosa dan setiap gulungan
sejauh mata memandang.
Yang demikian karena keikhlasan orang yang mengucapkannya. Berapa
banyak orang yang mengucapkannya tetapi tidak mencapai prestasi ini.
Sebab di dalam hatinya tidak terdapat tauhid dan keikhlasan yang
sempurna seperti atau mendekati yang terdapat dalam hati hamba-Nya ini.
Ini termasuk keutamaan tauhid yang tak bisa tertandingi oleh sesuatu
apapun.
• Allah menjamin kemenangan dan pertolongan di dunia, keagungan,
kemuliaan, petunjuk, kemudahan, perbaikan kondisi dan situasi, serta
pelurusan ucapan dan perbuatan bagi pemilik tauhid.
• Allah menghindarkan orang-orang yang bertauhid dan beriman dari
keburukan-keburukan dunia dan akherat. Allah menganugerahkan atas
mereka kehidupan yang baik, ketenangan kepada-Nya dan kenyamanan dengan
mengingat-Nya.
Cukup banyak dalil yang menguatkan keterangan-keterang an ini baik dari 
Al-Quran maupun As sunnah. Wallahu a’lam”
Dengan demikian, rasanya cukup besar dan banyak keutamaan yang Allah
limpahkan bagi para hambanya yang bertauhid. Sangat beruntung orang
yang bisa menggapai seluruh keutamaannya. Namun keberhasilan total
hanya milik orang-orang yang mampu menyempurnakan tauhid dengan
sepenuhnya. Tentunya manusia bertingkat-tingkat dalam mewujudkan tauhid
kepada Allah ta’ala. Mereka tidak berada pada satu level. Masing-masing
menggapai keutamaan tauhid sesuai dengan prestasinya dalam menerapkan
tauhid. Allah berfirman,
ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ 
(٤)
“Itulah keutamaan Allah, Dia berikan kepada orang yang
dikehendakinya. Dan Allah adalah dzat yang maha memliki keutamaan yang
besar.” (Al-Jumuah: 4)
Wallahu A’lam Bishshawab. (Selesai dari tiga tulisan)
(Sumber: Buletin Jum’at Al Muslim edisi 5, diterbitkan oleh Panitia Kajian 
Islam Yogyakarta)


      Lebih aman saat online. Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih 
cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. 
Dapatkan IE8 di sini!
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer/

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to