Surga dan Neraka Membuat Lupa Pengalaman Hidup di Dunia





oleh Ihsan Tandjung

Allah menggambarkan kehidupan dunia ini sebagai senda gurau dan permainan
belaka. Sementara kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang sebenarnya.
Artinya, Allah mengkondisikan kita untuk memandang dunia dengan santai
tidak terlalu serius. Karena di dunia ini tidak ada keadaan yang
benar-benar bisa dikatakan bahagia atau sebaliknya sedih. Di dunia ini
tidak ada keberhasilan hakiki maupun kegagalan sejati. Segala sesuatu di
dunia ini bersifat fana alias sementara. Kadang seseorang bahagia kadang
seseorang sedih. Kadang ia berhasil kadang ia gagal. Itulah dunia dengan
segala tabiat sementaranya.

Sebaliknya dengan kehidupan dunia, kehidupan akhirat merupakan kehidupan
sejati. Tidak ada orang berbahagia di akhirat untuk jangka waktu singkat
saja. Dan tidak ada pula yang mengalami penderitaan sementara saja,
kecuali Allah menghendaki selain itu.

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64)

Allah ta’aala menghendaki agar orang bertaqwa memandang kehidupan akhirat
dengan penuh kesungguhan karena di sanalah kehidupan sejati akan dijalani
manusia. Sedangkan terhadap dunia Allah ta’aala menghendaki orang bertaqwa
agar berlaku proporsional saja dan tidak terlampau ngoyo dalam meraih
keberhasilannya. Sebab kehidupan dunia ini Allah ta’aala gambarkan sebagai
tempat dimana orang sekedar bermain-main dan bersenda-gurau.



Namun dalam kehidupan kita dewasa ini kebanyakan orang malah sangat serius
bila menyangkut urusan kehidupan dunia. Mereka siap mengerahkan tenaga,
fikiran, dana dan waktu all out untuk menggapai keberhasilan duniawinya.
Sedangkan bila menyangkut urusan akhirat mereka hanya mengerahkan tenaga
dan waktu sisa, fikiran sampingan serta dana receh. Jika hal ini terjadi
kepada kaum kafir alias tidak beriman kita tentu bisa maklumi. Tapi di
dalam zaman penuh fitnah ini tidak sedikit saudara muslim yang kita
saksikan bertingkah dan berpacu merebut dunia laksana  kaum kafir. Allah
memang menggambarkan bahwa kaum yang tidak beriman sangat peduli dan faham
akan sisi material kehidupan dunia ini. Namun mereka lalai dan tidak
memiliki pengetahuan apapun mengenai kehidupan akhirat.

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang
mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7)

Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: ”Bilamana
manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari tidurnya”.
Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat nanti manusia
akan menyadari betapa menipunya pengalaman hidupnya sewaktu di dunia. Baik
sewaktu di dunia ia  menikmati kesenangan maupun menjalani penderitaan.
Kesenangan dunia sungguh menipu. Penderitaan duniapun menipu.

Saat manusia berada di alam akhirat barulah ia akan menyadari betapa
sejatinya kehidupan di sana. Kesenangannya hakiki dan penderitaannya
sejati. Surga bukanlah khayalan dan sekedar dongeng orang-orang tua di
masa lalu. Begitu pula dengan neraka, ia bukan suatu mitos atau sekedar
cerita-ceirta orang dahulu kala. Surga dan neraka adalah perkara hakiki,
saudaraku. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan
dengan deskripsi yang sangat kontras dan ekstrim mengenai betapa
berbedanya tabiat pengalaman hidup di dunia yang menipu dengan kehidupan
sejati akhirat. Perhatikanlah baik-baik hadits di bawah ini:

“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di
dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak.
Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu
kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab:
”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita
sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam
surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat
suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia
menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan
kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR
Muslim 5018)

Mengapa orang pertama ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah
melihat suatu kebaikan serta merasakan suatu kenikmatan, padahal ia adalah
orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap
manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah paksa dia merasakan derita
sejati neraka –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala
kenikmatan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu
saja dari ingatannya. Sebaliknya, mengapa orang kedua ketika Allah tanya
menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kesulitan atau merasakan
suatu kesengsaraan, padahal ia orang yang paling susah hidupnya sewaktu di
dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah
izinkan dia merasakan kesenangan hakiki surga –sejenak saja- cukup untuk
membuat ingatannya akan segala penderitaan palsu yang pernah ia alami
sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Subhaanallah wa laa
haula wa laa quwwata illa billah...!!!



Saudaraku, sungguh kehidupan dunia ini sangat tidak pantas kita jadikan
ajang perebutan dan perlombaan. Sebab menang di dunia pada hakikatnya
hanyalah menang yang menipu. Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia
hanyalah kalah yang menipu. Saat manusia diperlihatkan surga dan neraka di
akhirat kelak, sadarlah ia betapa naifnya perlombaan merebut keberhasilan
dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan hakiki dan abadi surga yang jauh
labih patut ia kejar dan usahakan semaksimal mungkin.  Sadarlah ia betapa
lugunya ia saat di dunia berusaha mengelak dari segala derita dan
kesusahan dunia jika dibandingkan dengan derita sejati dan lestari neraka
yang jauh lebih pantas ia berusaha mengelak dan menjauh darinya.

Pantas bila Allah gambarkan bahwa saat sudah dihadapkan dengan azab neraka
orang-orang kafir bakal berharap mereka dapat menebus diri mereka dengan
sebanyak apapun yang diperlukan, andai mereka sanggup. Tentunya pada saat
itu mereka tidak sanggup dan tidak berdaya.

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang
di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk
menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan
itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.”
(QS Al-Maaidah ayat 36)

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia puncak cita-cita kami dan batas
pengetahuan kami. Amin ya Rabb.-



---------------------------------------------------------------------------
ABN AMRO Bank N.V. is a subsidiary undertaking of The Royal Bank of Scotland 
Group plc. This message (including any attachments) is confidential and may be 
privileged. If you have received it by mistake please notify the sender by 
return e-mail and delete this message from your system. Any unauthorised use or 
dissemination of this message in whole or in part is strictly prohibited. 
Please note that e-mails are susceptible to change. ABN AMRO Bank N.V, which 
has its seat at Amsterdam, the Netherlands, and is registered in the Commercial 
Register under number 33002587, including its group companies, shall not be 
liable for the improper or incomplete transmission of the information contained 
in this communication nor for any delay in its receipt or damage to your 
system. ABN AMRO Bank N.V. (or its group companies) does not guarantee that the 
integrity of this communication has been maintained nor that this communication 
is free of viruses, interceptions or interference.
---------------------------------------------------------------------------

______________________________________________________________________
This email has been scanned by the MessageLabs Email Security System.
For more information please visit http://www.messagelabs.com/email
______________________________________________________________________


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke