Informasi Yang Dhoif

"Ada dua manfaat yang bisa diambil dari orang lain ", kata Ustadz Abbas didalam 
 sebuah kajian ba'da maghrib. " Yang pertama adalah jika kita melihat kesalahan 
orang lain maka jadikanlah itu sebagai contoh agar kita terhindar dari 
kesalahan yang sama", sambil menarik nafas cukup dalam, kemudian dia 
melanjutkan " Yang kedua adalah  jika kita melihat kebaikan orang lain maka hal 
itu bisa dijadikan sebagai contoh untuk melakukan hal yang sama" Ustadz Abbas 
diam sejenak " Tidak ada manusia yang selamanya benar, dan tidak ada juga 
manusia yang selamanya salah, karena itulah mengapa ada yang dinamakan dengan 
pembelajaran, yaitu belajar dalam memaknai sesuatu"

Beberapa tahun yang lalu ketika berkunjung kerumah saudara seorang teman di 
daerah jasinga Bogor, kebetulan teman tersebut telah sampai duluan sedangkan 
saya dan seorang teman lain menyusul belakangan dan tersasar, kami bertemu 
dengan seorang bapak untuk menanyakan lokasi desa yang dimaksud. Saat itu cuma 
ada tiga orang pria sedangkan pemukiman warga sangat jarang di temui karena 
masih termasuk daerah terpencil. Orang pertama adalah bapak yang akan kami 
tanya dan yang dua orang lagi sedang mempersiapkan padi yang hendak di bawa 
pulang karena waktu itu sudah mendekati maghrib. " Saya pernah dengar nama 
tempatnya tapi kurang tahu arah kesana karena saya lebih lama di kota Jasinga 
dikampung sini de " kata bapak itu kepada kami " Coba adek tanya sama yang dua 
orang itu karena mereka sering berpergian dari satu desa kedesa lain yah masih 
desa-desa sekitar sini sih karena mereka jadi pedagang keramik dari tanah liat 
kalo musim panen belum tiba " kata bapak tersebut melanjutkan.

Jalan didepan ada persimpangan , jika salah arah maka akan mundur jauh 
kebelakang dan memakan waktu, apalagi hari menjelang maghrib dan mencari 
alternatif tempat bertanya sangat sulit bererati harus mundur kedesa 
sebelumnya. Kesalahan kami adalah tidak mulai bertanya pada desa pertama yang 
ditemui karena merasa jalan hanya satu arah , dan ketika mengetahui bahwa 
didepan ada persimpangan sedangkan dikiri kanan hanya sawah dan hutan  maka 
harapan satu-satunya tinggal dua orang pemuda yang dimaksud oleh si bapak ini. 
" Cuma ada satu masalah dek terhadap dua orang ini, yang memakai topi orangnya 
suka berbohong yang satu lagi orangnya sangat pelupa, semua saya serahkan 
kepada adik saja buat memutuskan" kata bapak tersebut sambil permisi pergi 
meninggalkan kami.

Yang satu suka berbohong dan yang satu pelupa, kalau dalam hadist maka kedua 
informasi orang ini bernilai dhoif, sah dan tidak diragukan lagi kedhoifannya. 
Sewaktu kami bertanya kepada keduanya mereka menunjuk pada arah yang 
berlawanan, lengkap sudah mesalah. Apakah pembohong selamanya berbohong dan 
apakah sipelupa bererati tidak pernah ingat, tentu tidak seperti itu, tetapi  
pertanyaannya saat ini mereka seperti itu atau tidak ? saya dan teman jadi 
berdebat sendiri. Teman lebih suka  memilih si pelupa karena ada kemungkinan 
dia tidak lupa saat itu, sedangkan saya lebih memilih perkataan si pembohong 
menurut bapak tersebut karena saya beranggapan apa manfaatnya dia membohongi 
kami. Akhirnya teman setuju dengan pendapat saya dan Alhamdulillah ternyata 
arah yang kami tuju benar.

Beberapa waktu yang lalu sewaktu kajian hadist , saya bertanya kepada ustadz 
yang mengajar " apakah ada kemungkinan hadist dhoif yang berasal dari rawi yang 
nilai suka berbohong adalah hadist yang benar", ustadz tersebunt hanya 
tersenyum " kemungkinan selalu ada tetapi kemungkinan itu ditinggalkan dalam 
pengambilan hukum, sedangkan untuk fadhilah amal imam Nawawi membolehkan" jawab 
Ustadz tersebut denagn bijaksana " Loh kalau ada riwayat yang sahih untuk bisa 
diamalkan kenapa mesti mencari-cari yang dhoif" kata salah satu peserta 
pengajian. " Prasangka seperti itu kurang bijak karena tidak ada satu orang 
ulama pun yang dengan sengaja mencari-cari hadist dhoif untuk diamalkan, tetapi 
hadist itu telah beredar dan diamalkan , dan kemudian hari baru diketahui bahwa 
hadist itu dhoif , tetapi karena hanya bersifat amaliyah ada ulama yang 
membolehkan , itulah yang dimaksud dengan membolehkan bukan mencari-cari 
kemudian melegalkan, itu hanya prasangka sebagian saudara kita" kata Ustadz 
tersebut. 

Selesai pengajian teman berucap " Ciri khas manusia ....kadang disalahkan , 
kadang menyalahkan, kadang dinilai buruk tetapi lebih sering menilai buruk 
orang lain, kadang merasa salah tetapi lebih sering merasa benar, pengen 
dipercaya tapi susah mempercayai orang lain". yah itulah kelebihan manusia 
dibanding mahluk Allah yang lain.

Salam

David
www.sebuahtitik.blogspot.com



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke