Supaya Diurus Allah

                        ------------

Bila Allah menjadikan lahir kita patuh kepada perintah-Nya, dan bila
Allah menjadikan hati kita bulat hanya kepada Allah semata,
sesungguhnya itu karunia Allah yang paling besar. Karena nikmat yang
paling lezat adalah tersingkapnya hijab (penghalang) di hati untuk
yakin kepada Allah, dan lahir kita sempurna berikhtiar.



Tubuh dan akal hendaknya dibimbing ikhtiar dengan sempurna, seperti
yang dicontohkan sunnah Rasulullah saw. Hati yakin jika tubuh tidak
sempurna berikhtiar, tidak akan terasa nikmat. Sebaliknya jika hati
tidak yakin, meski tubuh ikhtiar, juga tidak nikmat. Maka, yang harus
diyakini hati pertama kali adalah meyakini benar, bahwa Allah memilih
kita hidup untuk patuh kepada-Nya. Selanjutnya, juga meyakini Allah
akan mengurus diri ini. Bila hal tersebut dipenuhi, pasti segala
keperluan kita akan diurus Allah.



Sebaiknya kita mendekati saja Allah yang dapat mengurus kita. Mau rapat
(meeting) misalnya, tidak akan menghasilkan apa-apa bila tidak
dibimbing Allah. Urusan apa pun bila tidak sungguh-sungguh meminta
pertolongan Allah akan terasa sulit, termasuk rezeki. Ingatlah, hanya
Allah yang memiliki dan hanya Allah pula yang tahu di mana letak rezeki
tersebut. Bila tidak dibimbing Allah, ikhtiar kita akan acak dan cemas
memikirkan di mana rezeki berada. Belum lagi bila tidak bertemu, yang
tentu saja bukan karena tidak ada jatahnya. Sekali lagi, bila
bersungguh-sungguh, Insya Allah kita akan bertemu dengan apa yang
dijatahkan Allah. Alhasil, kita merasa tenang dan nyaman. Karena sudah
janji Allah, sebagaimana firman-Nya, ”Wahai orang-orang yang beriman!
Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan
meneguhkan kedudukanmu” (QS Muhammad [47]: 7). Ayat ini sangat jelas
mengabarkan bahwa pekerjaan apapun bila tidak disertai tawakal,
sengsara yang didapat.



Lalu, apakah takdir rezeki bisa diubah? Jawabannya bisa, bila ada
hubungannya dengan takdir yang lain. Yang bisa mengubah takdir itu
adalah doa.. Kekuatannya terletak pada taubat dan syukur. Mungkin saja
awalnya kita tidak mempunyai takdir haji karena tidak memiliki uang.
Tapi karena rajin berdoa dan shalat, rezeki haji bisa dari mana saja.



Maka, merasa khawatir akan rezeki, boleh jadi termasuk syirik khafi
(halus). Atau merasa cemas hingga bergantung kepada orang lain. Hal ini
bisa menutup pintu rezeki kita. Lebih baik bila hidup dituntun Allah.
Kita harus belajar dari Rasulullah, bagaimana beliau menjadi pribadi
yang sempurna tawakalnya dan sempurna pula tubuhnya melakukan ikhtiar.
Wallahu a`lam bisshawab.


-----------sumber : eramuslim.com

Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian 
itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]






[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke