Tiga Hal Manisnya Iman
Senin, 08 Juni 2009 

 

ÞóÇáó ÑóÓõæáõ Çááøóåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó : ËóáóÇËñ ãóäú ßõäøó
Ýöíåö æóÌóÏó ÍóáóÇæóÉó ÇáúÅöíãóÇäö¡ Ãóäú íóßõæäó Çááøóåõ æóÑóÓõæáõåõ ÃóÍóÈøó
Åöáóíúåö ãöãøóÇ ÓöæóÇåõãóÇ¡ æóÃóäú íõÍöÈøó ÇáúãóÑúÁó áóÇ íõÍöÈøõåõ ÅöáøóÇ
áöáøóåö¡ æóÃóäú íóßúÑóåó Ãóäú íóÚõæÏó Ýöí ÇáúßõÝúÑö ßóãóÇ íóßúÑóåõ Ãóäú
íõÞúÐóÝó Ýöí ÇáäøóÇÑö 

(ÕÍíÍ ÇáÈÎÇÑí)

Sabda Rasulullah saw :
“Tiga hal, yg barangsiapa memilikinya ia akan menemukan manisnya Iman, ia
menjadikan Allah dan Rasul Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan ia
tiada mencintai seseorang kecuali karena cintanya pada Allah, dan ia benci
kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak ingin dilemparkan pada api”
(Shahih Bukhari) 

 

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Limpahan Puji Kehadirat Allah Swt yang telah mengundang sanubari kita untuk
hadir dan memberikan kesempatan kepada kita duduk bertamu kepada Allah,
bertamu kepada Kasih Sayang Ilahi, bertamu kepada Keridhoan Allah, bertamu
kepada Kelembutan Allah, bertamu kepada Cinta Allah, bertamu kepada Cahaya
Pengampunan Ilahi, bertamu kepada Sayyidina Muhammad Saw. Allah Swt
berfirman “Laa uqsimu bi yaumil qiyamah; wala uqsimu binnafsillawwamah;
ayahsabul insaanu allannajma’a i’dhaamah; balaa qaadiriina a’laa annusawwiya
banaanah; bal yuriidul insaanu liyafjura amaamahu yas’alu ayyaana yaumul
qiyamah” QS. Al Qiyamah : 1-6. Allah berfirman “Aku bersumpah demi hari
kiamat” QS. Al Qiyamah : 1. Hari kehancuran seluruh langit dan bumi, hari
hancurnya angkasa raya dan disaat itu semua yang hidup akan wafat terkecuali
Allah. Tinggallah Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Indah dan Maha Sempurna,
Dialah Allah. Aku bersumpah demi hari kiamat, Sang Pencipta kerajaan langit
dan bumi bersumpah atas kejadian kehancuran yang demikian dahsyatnya.

“Wala uqsimu binnafsillawwamah” Dan Aku bersumpah demi jiwa manusia yang
selalu berubah – ubah; QS. Al Qiyamah : 2. Dari kebaikan menuju kejahatan,
dari pahala menjadi dosa, dari kesucian menjadi kehinaan menjadi kesucian
dan setiap manusia banyaknya adalah selalu berubah – ubah dalam ketaatan.
Sebentar taat kepada Allah, sebentar khianat kepada Allah dan Allah Maha
Melihat.

“Ayahsabul insaanu allannajma’a i’dhomah” Apakah manusia mengira Aku tidak
bisa mengumpulkan kembali tulang – belulangnya dan menyatukannya kembali;
QS. Al Qiyamah : 3. Ketika manusia telah melebur menjadi debu dan tanah,
Allah membangun kembali tubuhnya sebagaimana Allah membangun dari sel telur
hingga tubuh manusia yang sempurna, Allah kembali membangun manusia.

“Balaa qaadiriina a’laa annusawwiya banaanah” Sungguh Aku mampu mengumpulkan
kembali mereka dan membawa mereka kembali dari debu kembali kepada tubuhnya;
QS. Al Qiyamah : 4. “Yas alu ayyana yaumul qiyamah” Mereka bertanya, kapan
itu hari kiamat?” QS. Al Qiyamah : 6. “Balyuriidul insaanu liyafjura
amaamah” Mereka itu menghina Allah dihadapan Allah; QS. Al Qiyamah : 5.
Mereka menghina-Ku dihadapan-Ku, kata Allah Swt. Maksudnya, setiap dosa dan
kesalahan itu selalu dilihat oleh Allah.”Yuriidul insaanu liyafjura amaamah,
Yas’alu ayyaana yaumul qiyaamah” apakah manusia itu ingin menghina-Ku
dihadapan-Ku. Dan mereka bertanya, kapan itu hari kiamat? Tanpa mereka
berfikir bagaimana jika hari kiamat terjadi? “Faidza bariqal bashar;
wakhasafalqamar; wajumi’al syamsu walqamar” maka apabila mata terbelalak
(ketakutan); hari disaat mata mata terbelalak dan ketakutan, hari dimana
bulan tidak lagi bercahaya; hari dimana matahari dan bulan saling
bertabrakan; QS. Al Qiyamah : 7-9. Yang menyala – nyala adalah mata manusia
dari ketakutannya melihat kehancuran alam semesta. Dan dihancurkanlah langit
dan saling berbenturan antara matahari dan bulan, maka disaat ilulah Allah
berfiman “fayaquulul insaanu yaumaidzin ainalmafar” maka bertanyalah manusia
yang hidup saat itu, kemana harus mencari perlindungan? QS. Al Qiyamah : 10.
Mereka melihat air laut naik ke bumi bersama lava yang ada di perut
bumi,maka air laut berubah menjadi air yang panasnya ribuan derajat, naik ke
atas bumi dan bintang, meteor berjatuhan, bumi terbelah – belah.
“..ainalmafar” mereka terus bertanya kemana harus mencari perlindungan.
“Kalla laa wazar” ketahuilah! Tidak ada tempat mencari perlindungan saat
itu; QS. Al Qiyamah : 11.

“Ilaa Rabbika yaumaidzinilmustaqar; yunabba’ul insaanu yaumaidzin bimaa
qaddama wa akkhar” Maka Allah menjawab saat itu hanya Allah tempat kembali,
Allah ingin mengumpulkan seluruh yang hidup kembali kehadiratul Rabb Jalla
Wa Alla; QS. Al Qiyamah : 12-13. “Ilaa Rabbika yaumaidzilmustaqar” tempat
kembali satu – satunya dan tempat tinggal yang tersedia adalah dihadapan
Allah. “Yunabbaul insaanu yaumaidzim bimaaqaddama wa akhkhar” diberitakan
kepada manusia itu apa yang pernah ia lakukan dan apa yang akan dia terima
kemudian.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
“Balil insaanu a’laa nafsihi bashirah; walaw alqaama’aadziirah” Manusia saat
itu melihat apa – apa dari dosanya yang terdahulu yang tidak pernah ia
lihat; walaupun ia mengajukan alas an alasannya dan kilahnya ia tak bisa
berkilah. QS. Al Qiyamah : 14-15. Karena dosa tidak pernah terlihat namun
disaat itu dosa diperlihatkan, betapa buruknya, betapa memalukan dan betapa
busuk dan hinanya dosa – dosanya dan ia melihat betapa indahnya amal
ibadahnya, pahalanya dan segala ketaatannya kepada Allah dan ia melihat
bagaimana para pendosa sampai ke neraka dan bagaimana yang taat sampai ke
surga. Memandang keadaan dirinya bahwa ia telah berbuat ini dan itu dan akan
menerima ini dan itu. “Walaw alqaa ma’aadziirah” Apapun yang ia perbuat,
walau ia mengajukan udzur – udzur (alasan – alasan), Allah Maha Melihat dan
menjadkan saksi Dzatnya dan permukaan bumi bersaksi atas apa yang diperbuat
dari kebaikan dan keburukannya. Ketika ayat – ayat ini turun, Sang Nabi saw
bergetar dalam membacanya. Maka Allah meneruskan firmannya “laa tuharrik
bihi lisanaka lita’jala bihi; inna a’lainaa jam’ah wa qur’anah; faidza
qura’nah fattabi’ qur’anah; tsumma inna a’laina bayaanah” QS. Al Qiyamah :
16-19. Jangan kau percepat, jangan kau gemetar membaca ayat ini, wahai Sang
Nabi saw dan jangan terburu – buru membacanya, Kami yang akan menjaga ayat –
ayat mulia ini, jika telah kami lantunkan maka ikutilah bacaannya untuk
sampai kepada ummatmu untuk menuntun mereka kepada keluhuran. 

“Kalla bal tuhibbuunal ’aajilah; watadzaruunal akhirah” Sungguh wahai
seluruh manusia, kebanyakan dari kalian ini menyenangi kehidupan yang
sementara (dunia) dan kalian meninggalkan kehidupan akhirat yang abadi; QS.
Al Qiyamah : 20-21. Hadirin, kalimat – kalimat ini bukanlah kekejaman Ilahi
tapi ajaran dari Rabbul Alamin Yang Maha Indah agar kita tidak tertipu dalam
kehidupan yang sementara dan melupakan kehidupan yang abadi. Ada apa di
akhirat itu wahai Rabb? “Wujuuhun yaumaidzin naadhirah; ilaa Rabbihaa
naadhirah” QS. Al Qiyamah : 22-23. Wajah – wajah yang terang – benderang
dengan cahaya. Bukan matahari dan bulan, bintang tapi wajah – wajah hamba –
hamba Allah. Mereka bukan lagi terlihat di dunia cahayanya tetapi wajah –
wajah itu memandang Allah. Wajah – wajah itu bercahaya dengan cahaya yang
terindah. “ilaa Rabbiha nadhirah” memandang keindahan Allah Swt; QS. Al
Qiyamah : 23. Semoga aku dan kalian dikelompok wajah yang bercahaya.

“Wa wujuuhun yaumaidzin baashirah” dan Wajah – wajah yang kelam dan susah;
QS. Al Qiyamah : 24 . “Tadhunnu an yuf’ala bihaa faaqirah” Ia akan
mendapatkan kefakiran yang abadi karena ia tahu akan diberi kesusahan yang
kekal; QS. Al Qiyamah : 25. “Kalla idza balaghatittarafiya; waqiilaman
raaaq” Ingatlah!, kata Allah. Ketika sudah sampai di tenggorokan nafasmu;
dan siapa yang saat itu akan menolongnya? QS. Al Qiyamah : 26-27. “Fadhonna
annahulfiraq” manusia tidak bisa menolongnya; QS. Al Qiyamah : 28. Kalau ia
kehabisan nafas, diberi oksigen ia wafat juga, kalau ia kurang makan diberi
makan ia wafat juga, kalau ia diberi minuman ia wafat juga,kalau ia diberi
pacu jantung ia wafat juga. “Waqiila man raaq; fadhonna annahul firaq”. Saat
itu ia sudah tahu dengan pasti bahwa ia akan berpisah, berpisah dengan alam
jasad, berpisah dengan keluarga dan teman, berpisah dengan harta dan
jabatan, berpisah dengan semua yang ia lihat dan yang ia dengar. 

“Waltaffatissaaqu bissaaq; ilaa Rabbika yaumaidzinilmasaq” QS. Al Qiyamah :
29-30. Maka setiap manusia bersatu, kaki mereka saling berdempetan satu sama
lain. Maksudnya dari padatnya padang mahsyar menuju kehadirat Allah Swt
menghadap. Maka disaat itulah Allah Swt berfirman “Falaa shadaq walaa
shallaa” merugilah orang – orang yang menjauh dari shadaqah dan jauh dari
perbuatan shalat, jauh dari doa dan ibadah. “Awlaa laka fa awlaa; tsumma
awlaa laka fa awlaa” kerugian baginya, kerugian baginya dan kerugian baginya
dan kerugian baginya; QS. Al Qiyamah : 34-35. “Walaakinkadzdzaba watawallaa”
ia lantas mendustakan agama ini dan berpaling dari segala ketaatan; QS. Al
Qiyamah : 31-32. “Tsumma dzahaba ilaa ahlihi yatamaththaa” ia hanya melewati
kehidupan dunia ini tanpa perduli Sang Pemiliknya dan ia bersenang – senang
dan bertenang – tenang dengan keluarga dan semua kehidupan dunia ini tanpa
perduli kenikmatan Allah dan panggilan Kasih Sayang Illahi; QS. Al Qiyamah :
33. Maka merugilah ia, merugilah ia, merugilah ia.

“Ayahsabul insaanu ayutrakasudan” Apakah manusia mengira bahwa Allah akan
meninggalkannya begitu saja? QS. Al Qiyamah : 36. Allah Swt menyampaikan
ayat ini menjadi penggembira bagi orang yang beriman dan teguran bagi orang
yang tidak beriman. Apakah mereka menyangka akan dibiarkan begitu saja?
Maksudnya, apakah setiap kali sujud tidak dihargai oleh Allah? Apakah mereka
menyangka setiap doa dan dzikir itu tidak dihargai oleh Allah? Dibiarkan
begitu saja atau orang – orang yang tidak beriman mengira kekufuran mereka
akan dibiarkan begitu saja setelah mereka berbuat kemunkaran di muka bumi?
“Alam yakunuthfatammaniyin yumnaa; tsumma kaana a’lafatan fakhalaqa
fasawwaa” bukankah Allah yang menciptanya daripada air mani; lalu Allah
menjadikannya gumpalan darah, lalu gumpalan daging kemudian mencipta
kehidupan jasadnya; QS. Al Qiyamah : 37-38. “Faja’ala minhulzaujaiinil
dzakara wal untsa; alaisa dzalika biqaadirin a’laa ayuhyiyalmautaa” Dan
Allah menjadikannya berpasang – pasangan dan berketurunan dan apakah dengan
itu masih juga mereka belum mempercayai bahwa Allah bisa menghidupkan yang
telah wafat? QS. Al Qiyamah : 39-40.

Jiwa yang mati pun dihidupkan oleh Allah daripada kemunkaran, kegelapan,
kehinaan, kekufuran menuju kepada keindahan, kesucian, kekhusyu’an,
pengampunan dan Cahaya Allah. Semoga Allah menghidupkan kita dengan
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sampilah kita kepada hadits mulia ini, “tsalatsun man kunna fihi wajada
halawatal iman” 3 hal yang apabila ada pada seseorang maka ia akan menemukan
manisnya iman. Maksudnya apa? Betapa manisnya iman akan ia rasakan apabila
ia mempunyai 3 sifat ini, sifat yang sangat luhur dari sifat – sifat orang
yang dicintai Allah. “An yakunnallah wa Rasuluhu ahabb ilaihi mimmaa
siwaahuma ” bagaimana? Ia jadikan Allah dan Rasulnya (Sayyidina Muhammad
Saw) lebih ia cintai dari semua yang selain keduanya. Ia lebih mencintai
Allah dan Rasul dari semua yang lainnya. Ini yang pertama, berat sekali
tentunya bagi kita. Kita akan jelaskan selanjutnya. “Wa an yuhibbal mar’a la
yuhibbuhu illa Lillah” dan apabila ia mencintai seseorang itu tidak ia
cintai terkecuali karena Allah. 

Apa maksudnya ini? Maksudnya adalah ketika ia mempunyai teman atau saudara
atau kerabat atau siapapun yang menjalankan kemunkaran dan dosa maka
kuranglah penghargaannya kepada orang itu, jatuh harga diri orang itu di
hadapannya ketika orang itu banyak berbuat dosa namun bukan membencinya.
Membenci orang yang berbuat dosa tidak dilakukan oleh Sang Nabi saw, beliau
mendoakan para pendosa tapi harga diri orang itu jatuh dihadapannya karena
orang itu berbuat dosa. Hingga ia tidak memuliakan seseorang yang ia cintai
dan ia hargai semata – mata hanya karena Allah Swt. Ia tidakmau masuk
kedalam kekufuran seperti ia tidak mau masuk ke dalam api. Kekufuran disini
maksudnya keluar dari Islam. 

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani didalam Fathul
Baari bisyarh Shahih Bukhari menjelaskan bahwa makna hadits ini merupakan 1
hadits yang menyifatkan derajat hadits yang paling sempurna dari semua
mukminin. Ketika seseorang mendengar hadits ini, layaknya ia berjuang untuk
mencapai kemuliaan hadits ini. Dan Imam Ibn Hajar menjelaskan, mereka yang
berusaha mencapainya maka mereka telah mendapatkan pahalanya walau belum
mencapainya. Ia berusaha ingin mencintai Allah dan Rasul lebih dari segala –
galanya.

Hadirin – hadirat, jika kita mengetahui hakikat Kasih Sayang Ilahi kepada
kita, kita tidak akan mencintai Allah dan mencintai yang lain melebihi Allah
dan Rasul-Nya. Karena cinta mereka kepada kita lebih daripada segala yang
lainnya. Allah Swt mencintai kita, kalau tidak kita tidak akan bisa
mengucapkan Nama-Nya, kalau tidak kita tidak akan bisa sujud pada-Nya.
Hadirin – hadirat, “Innallah binnaas raufurrahiim” Sungguh Allah pada
manusia itu berlemah lembut (QS Al Hajj 65). Allah Swt melihat Fir’aun yang
sudah mengakui dirinya sebagai Tuhan Yang Maha Benar dan berkata “Ana
Rabbukumul a’la” akulah Tuhan kalian Yang Maha Tinggi. Allah masih mengutus
Nabi Musa alaihi salam dan pergilah kepadanya. Datang kepadanya dengan
ucapan lembut dan sopan barangkali ia mau bertaubat, tapi menolak menolak
menolak dan menolak. Maka Allah Swt menjatuhkan azabnya. 

Hadirin – hadirat, kita lihat iblis makhluk yang paling dibenci Allah.
Ketika ia berdoa kepada Allah "Rabbiy andhirniy ila yaumiyub’atsuun” wahai
Allah tunda siksaku sampai hari kebangkitan, Allah menjawabnya “fainnaka
minal mundharin” engkau ditunda siksanya, wahai iblis. Sayangnya iblis tidak
bertaubat karena sombongnya. Kalau ia bertaubat niscaya Allah menerima
taubatnya, namun ia tidak mau bertaubat karena sombongnya dan Allah
menunjukkan Kasih Sayangnya kepada kita. Ayat ini 3X diulang didalam Al
qur’an, kejadian iblis yang ditunda siksanya dan dijawab doanya oleh Allah.

Bagaimana dengan kita yang berdoa dan masih belum diijabah oleh Allah? Atau
mungkin Allah ijabah dengan kebalikan apa yang kita minta. Sungguh Allah
Maha Mengetahui dan Memberi kita lebih dari yang kita minta. Kalau kita
minta kepada Allah dan dikabulkan namun bukan hanya dikabulkan oleh Allah
tapi ditambahkan padahal dan Rahmat-Nya. Kalau tidak dikabulkan berarti
Allah berikan yang lebih indah. 

Seperti doa ibundanya Sayyidatuna Maryam yaitu istrinya Imran yang minta
kepada Allah agar diberi bayi seorang lelaki yang ksatria, Allah tidak
kabulkan. Allah beri ia bayi wanita, maka ia berkata “aku melahirkan bayi
wanita padahal aku minta bayi pria”. Ketika ia sedang hamil ia berdoa
“Rabbiy inniy nadzartu laka maa fi bathniy muharraran fataqabbal minniy”
wahai Tuhanku, aku minta yang didalam rahimku ini seorang ksatria dan
kabulkanlah doaku ini.(QS Ali Imran 35) Namun Allah munculkan bayi wanita
yang lahir, kenapa? Karena Allah ingin memberi yang lebih dari doanya.
Muncullah seorang bayi wanita dan ia berkata “wahai Allah kenapa ini aku
melahirkan bayi wanita? Dan Allah Maha Tahu pria tidak bisa disamakan dengan
wanita”. Maksuudnya yang kuharapkan adalah seorang ksatria, mustahil seorang
wanita menjadi ksatria. Namun ternyata putrinya itu menjadi Ibunya
Nabiyullah Isa alaihi salam. Allah tidak berikan kepadanya doanya, tapi
Allah jadikan 2X lipat lebih besar dari doanya. Dapat putri yang shalihah,
Sayyidatuna Maryam salah satu wanita termulia di muka bumi yang melahirkan
putranya Nabiyullah Isa alaihi salam. Diberi lebih dari yang ia minta. 

Hadirin – hadirat, banyak lagi perumpamaan ketika orang berdoa diberi
sebaliknya justru itu menyimpan hikmah yang lebih besar. Dan Imam Ibn Hajar
menjelaskan kepada kita, mereka yang berusaha mencapai ini, ia sudah
termasuk mendapatkan pahalanya. Sebutir niat dalam hati kita ingin mencintai
yang paling mencintai kita yaitu didunia dan akhirat yaitu Allah dan Nabi
kita Muhammad Saw. Kalau sudah ia mencintai Allah dan Rasul, maka ia
dicintai Allah dan Rasul itu pasti. Karena Rasul saw bersabda memfirmankan
firman Allah didalam hadits qudsiy riwayat Shahih Bukhari “man ahabba liqa’i
ahbabtu liqa’ah” barangsiapa yang rindu jumpa denganku, Aku rindu jumpa
dengannya. Maka jika kerinduan muncul pada diri kita maka kerinduan sudah
muncul pada Dzatnya Allah kepada kita.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Dan Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa hadits ini dipakai untuk
tahalli yaitu untuk mencapai kelezatan, keindahan, dan kemanisan mencintai
Allah dan Rasul-Nya. Semakin ia naik derajatnya, semakin ia mendapatkan
manisnya iman. Semoga kita tidak wafat kecuali mencapai puncak kesempurnaan
iman. Hadirin – hadirat, semoga akhir nafas kita kelak berakhir dengan
kesempurnaan iman. Dan kita tidak mencintai melebihi sesuatu daripada Allah
dan Rasul-Nya dan kita tidak mencintai seseorang kecuali karena cintainya
kepada Allah dan kita benci kembali kepada kekufuran sebagaimana kita tidak
mau dilemparkan ke dalam api. Rabbiy pastikan sifat – sifat itu menaungi
hari – hari kami khususnya diakhir nafas kami kelak. Allah Swt berfirman
didalam hadits qudsiy riwayat Shahih BUkhari bahwa kelak di hari kiamat
ketika orang – orang penduduk surga telah sampai di surga maka Allah Swt
berfirman menjelaskan kejadian itu “Aku siapkan untuk hamba – hambaKu yang
shalih apa – apa yang belum pernah dilihat mata, apa – apa yang belum
didengar telinga, belum pernah terlintas dalam sanubari mereka”. Keindahan
yang belum pernah mereka lihat. Untuk siapa? Untuk hamba- hambaNya yang
shalih. Bagaimana aku dan kalian? bagaimana dengan kita? Tentunya kita masih
punya harapan, karena orang yang berusaha mencapai derajat orang – orang
shalih, ia sudah mendapatkan pahalanya. Semakin ia berusaha, semakin ia
mendapatkan pahala shalihin yang lebih besar. Dan jangan lupa “seseorang
bersama dengan orang yang dicintainya”. Beruntunglah para pecinta Sayyidina
Muhammad Saw.

Allah Swt, ketika semua manusia sudah masuk kedalam surga-Nya, maka Allah
berkata “maukah kalian Ku-beri yang lebih indah dari ini?” sambutan hangat
dari Maharaja Alam Semesta. Maka Allah berkata “Aku halalkan untuk kalian
Kasih Sayang-Ku dan Ridho-Ku dan Aku tidak akan murka pada kalian selama –
lamanya. Keridhoan dan Kasih Sayang dan Cinta Allah itu melebihi kenikmatan
surga harganya. Maka itulah yang selalu diminta oleh Sang Nabi saw
“Allahumma innanas aluka ridhakal wal jannah, wa na’udzubika min sakhatika
wannaar”.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Jiwa yang paling suci dan selalu menginginkan keselamatan bagi umat ini,
Sayyidina Muhammad Saw. Beliau bersabda diriwayatkan didalam Shahih Bukhari
bahwa seorang Nabi, kata beliau. Ketika sedang diperangi oleh umatnya, oleh
kaumnya sampai terluka wajahnya maka berdarah – darah wajahnya, Nabi itu
berkata “Allahumma firli kaumihi fainnahu la ya’lamun”. Al Imam Ibn Hajar
menukil riwayat lainnya bahwa hadits itu Nabi menceritakan seorang Nabi,
padahal yang dimaksud adalah dirinya sendiri. Karena tidak terjadi didalam
sejarah, ada perbuatan Nabi seperti itu kepada kaunya terkecuali Sayyidina
Muhammad Saw. Kejadian ini terjadi di perang uhud. Ketika darah mengalir
dari wajahnya. Diriwayatkan didalam Shahih Bukhari bahwa Sayyidatuna
Fatimahtuzzahra radiyallahu anha dan Sayyidina Ali karamallahu wajhah wa
radiyallahu anh mengusap dan berusaha menghentikan darah dari wajahnya
beliau saw. Dan Imam Ibn Hajar menukil salah satu riwayat lainnya, saat
darah itu mengalir, Sang Nabi saw berusaha menahan dengan lidahnya,
tangannya agar jangan sampai jatuh ke tanah. Maka para sahabatyang
mengelilinginya bertanya “wahai Rasul biarkan saja darah itu turun, jangan
ditadahi, yang penting lukanya dulu supaya berhenti darahnya”. Rasul berkata
“demi Allah,kalau sampai ada setetes darah dari wajahku terkena bumi, Allah
akan menumpahkan bala kepada kaum yang memerangiku. Allah murka kalau ada
setetes darahku sampai jatuh ke bumi, Allah akan celakakan mereka seraya
berdoa “Allahumma firli kaumihi fainnahu la ya’lamun”. Inilah budi pekerti
terindah dari manusia terindah Sayyidina Muhammad saw.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Disaat – saat itulah terlihat dihari kiamat nanti, bagaimana indahnya
derajat para shalihin, para pecinta Nabi Muhammad Saw. Majelis Rasulullah
Saw didirikan dengan semangat dan cita – cita agar menjadi bahan penggembira
Sayyidina Muhammad Saw dan bahan pembuka keridhoan Allah dan Rasul-Nya.

Hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
Beruntunglah orang – orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya saat itu.
Mereka dalam kemuliaan yang sangat tinggi. Diriwayatkan didalam riwayat yang
tsigah, Sayyidatuna Fatimatuzzahra radiyallahu anha, di hari kiamat manusia
diperintahkan melintas di jembatan ashshirat. Lewatlah jembatan shirat, saat
manusia saling mundur untuk melintasi jembatan itu. Maka terdengarlah satu
seruan dari malaikatul muqarrabin “ya ahlul jannah, Ghuddhuu absharakum, wa
nakkisuu ru’uusakum, Fatimah binti Muhammad tamurru alassshiraat” wahai
semua yang di padang mahsyar, tundukkan kepada kalian dan tundukkan
pandangan kalian, beri penghormatan kepada Fatimah putri Muhammad yang akan
melintas di jembatan shirat. Semua kepala tertunduk untuk menghormati putri
Sayyidina Muhammad Saw. Ketika beliau saw di hari – hari akhirnya, (riwayat
shahih Bukhari) beliau saw memanggil putrinya Sayyidatuna Fatimatuzzahra,
“wahai Fatimah aku mohon pamit, aku akan meninggalkanmu”. Maka menangislah
Sayyidatuna Fatimatuzzahra radiyallahu anha dan berkata Rasul saw “kau
adalah orang yang pertama kali menyusulku nanti wahai Fatimah”, maka
Sayyidatuna Fatimatuzzahra terdiam, lalu Rasul saw berkata “apakah kau tidak
ridha dan senang, kau menjadi pemimpin wanita yang paling mulia di dalam
surga-Nya Allah”. Sayyidatuna Fatimatuzzahra tersenyum gembira. Para
muhadditsin berkata bahwa Sayyidatuna Fatimatuzzahra bukan gembira menjadi
wanita termulia di surga, tapi yang membuat ia tersenyum adalah derajatnya
yangia capai sebagai wanita termulia di surga itu menggembirakan hati Sang
Nabi saw. Maka ia tersenyum karena bisa membuat bangga Sang Nabi saw.

Hadirin – hadirat, kita bermunajat kepada Allah Swt semoga Allah menyinari
hari – hari kita, menerangi hari – hari kita dengan Cahaya Keridhoan-Nya,
dengan Cahaya Kebahagiaan-Nya, dengan Cahaya Kemakmuran-Nya dunia dan
akhirat, lahir dan bathin kita. Rabbiy Rabbiy kami menginginkan derajat –
derajat tertinggi di dunia dan akhirat dalam keridhoan. Dan kami risau akan
datangnya musibah di dunia, barzah dan yaumil qiyamah maka bebaskan kami
dari segala kesulitan, musibah di dunia, barzah, dan yaumil qiyamah. Rabbiy
Rabbiy kami menghendaki dan mendambakan kenikmatan di dunia, kenikmatan di
barzah, kenikmatan di akhirat. KAU-lah Sang Pemberi kenikmatan maka berilah
kami kenikmatan di dunia, di barzah dan di yaumil qiyamah. Rabbiy Rabbiy
inilah doa, inilah munajat, jawablah segala harapan kami dan munajat kami.

Faquuluuu jamii’an (ucapkanlah bersama sama) Ya Allah, Ya Allah..Ya
Allah..Ya Allah..
Faquuluuu jamii'an (ucapkanlah bersama sama) Laillahailallah Laillahailallah
Laillahailallah Muhammadurrasulullah 

Kita teruskan acara kita dengan doa bersama mendoakan seluruh muslimin –
muslimat, sebagaimana sabda Rasul saw riwayat Shahih Muslim “barangsiapa
yang berdoa untuk saudara muslimnya, malaikat berkata “amin walaka mitsluh”
maka barangsiapa yang mendoakan seluruh muslimin, maka ia mendapatkan
kemuliaan dari doa jumlah semua muslimin yang di muka bumi. Mari kita berdoa
bersama dan juga dalam doa ini kita berdoa agar diberikan pemimpin yang baik
bagi kita, pemimpin yang menindas kedhaliman, pemimpin yang mencintai para
shalihin, pemimpin yang membela kelemahan, pemimpin yang membawa kedamaian
bagi negeri kita. Hadirin – hadirat, saya mohon pamit karena malam ini saya
langsung menuju bandara untuk menghadap Guru Mulia Al Musnid AL Hafidz Al
Habib Umar bin Hafidz. Panggilan beliau, saya belum tahu apa maksud
panggilan beliau. Beliau minta berangkat secepatnya dan malam ini pesawat ke
Emirat berangkat pk. 00.30. Saya langsung ke bandara dan saya mohon tidak
ada yang bersalaman malam ini karena jangan sampai terhambat karena waktu
sudah sangat mendesak. Demikian hadirin – hadirat yang dimuliakan Allah,
insya Allah akan saya sampaikan salam rindukita kepada Guru Mulia kita dan
mohon doa kepada beliau untuk bangsa kita semoga dilimpahi kedamaian dan
kesejahteraan. Demikian hadirin, insya Allah beberapa hari saya sudah datang
kembali. Demikian doa penutup oleh Al Habib Musthofa. Tafadhol masykura.

Washollallahu ala Sayyidina Muhammad Nabiyyil Ummiy wa Shohbihi wa Sallam.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

 



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

====================================================
Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung - Jakarta - Batam
====================================================
 Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar 
====================================================
       website:  http://dtjakarta.or.id/
====================================================Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:daarut-tauhiid-dig...@yahoogroups.com 
    mailto:daarut-tauhiid-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    daarut-tauhiid-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke