Suami yang Mudah Terpancing Emosi

                        oleh M. Arif As-Salman

----------------------


                                Beberapa
hari yang lalu dalam suatu kesempatan seseorang bercerita pada saya
tentang curhat seorang temannya. Kisah yang begitu membuat hati saya
terenyuh dan larut dalam kesedihan. Saya tidak bisa berbuat banyak
untuk membantu, apalagi usia pernikahan saya yang masih muda belum
membuat saya berani untuk memberikan saran dan masukan. Namun rasa
peduli dan iba yang muncul dalam hati membuat saya ingin mencoba untuk
sedikit berbagi pengalaman.

Ia bercerita, “Rahma-nama samaran- adalah seorang wanita yang tidak
berlatar belakang pendidikan agama (pesantren). Ia dinikahi oleh
seorang pria yang di kampungnya dikenal sebagai seorang ustadz yang
sangat ramah dan berpengetahuan luas dalam hal agama. Awalnya Rahma
sangat berharap akan hidup bahagia dengan menjadi istri bagi seorang
ustadz yang sangat dikagumi dan dihormati oleh masyarakat di kampungnya.

Dan memang, sebelum dia dipersunting oleh sang ustadz, dia sangat
simpati pada ustadz tersebut karena disetiap pengajian dan ceramah yang
disampaikannya, mampu menyejukkan hati para pendengarnya, dan dia
mengira dan berharap sang ustadz akan mengamalkan semua apa yang
disampaikannya pada masyarakat.

Pernikahan mereka baru berusia tiga tahun, namun selama ini rahma
merasa seolah-olah ucapan dan sikap sang suami sangat berbeda. Ketika
di luar rumah, sang suami kelihatan ramah, lembut, dan sangat
penyayang, sehingga masyarakat sangat menghormatinya. Namun sebaliknya,
ketika di rumah, sang suami bersikap keras dan sangat mudah terpancing
emosinya.

Hati Rahma sangat terpukul ketika suaminya berkata kepadanya, “Dasar
istri (maaf) anjing.” Ketika mendengar kata-kata itu perasaan Rahma
sangat terpukul dan merasa sedih sekali. Gara-garanya rahma mengkritik
sang suami dengan berkata, "Ketika ceramah kamu berkata begini dan
begitu, namun giliran di rumah kamu selalu menghardik dan berkata kasar
kepada istri.”

Menurut Rahma, walaupun dia tak tahu banyak soal agama, namun dia
tahu bagaimana seharusnya sikap seorang suami kepada istrinya. Awalnya
rahma berharap, suaminya akan memperlakukannya dengan lemah lembut,
mengecup keningnya, mengucapkan salam dan menanyakan kabar istri ketika
masuk rumah, menolong pekerjaan istri, dsbnya, sebagaimana cerita indah
pasangan suami istri para sahabat nabi, terutama Rasulullah. Namun
seolah-olah itu hanya tinggal impian belaka.

Selama ini dia merasa sudah melakukan tugasnya dengan baik sebagai
seorang istri dan ibu, walaupun masih ada beberapa kekeliruan dan
kesalahan kecil yang sebenarnya masih bisa ditegur dengan cara
baik-baik. Dia merasa, sikap suaminya tersebut bukan malah menyadarinya
dari kesalahan-kesalahannya, namun malah menambah sakit hati pada sang
suami.”

Saya bisa maklum bahwa pernikahan tidak selalu bahagia. Ada saat
dimana gejolak dan benturan-benturan mencoba mengolengkan bahtera rumah
tangga. Namun sesulit apapun kondisi yang menghadang, jika dihadapi
dengan pikiran jernih, hati yang bersih, dan azam yang kuat, cepat atau
lambat jalan keluar akan nampak juga.

Belajar dari kisah Rahma diatas ada hal penting yang patut kita
perhatikan, terutama bagi
yang ingin menikah, bahwa sangat penting
sekali sebelum melangkah pada jenjang pernikahan seseorang harus tahu
dan mengenal watak, karakter, dan pribadi orang yang akan ia jadikan
teman hidupnya.


Umpama seseorang akan melakukan perjalanan jauh, ia harus bijak dan
pandai memilih
kawan agar tidak sengsara dalam perjalanan nantinya.
Memilih kawan yang jujur, amanah, se-ide, dan berhati baik. Dalam upaya
untuk mengenal lebih jauh kepribadian calon pasangan tetap harus dalam
koridor syar`i dan bukan dengan cara pacaran yang banyak digandrungi
muda-mudi saat ini yang cenderung membawa pada kemudharatan dan
pelampiasan syahwat sesaat.

Terkadang, sebagian orang terlena dengan penampilan sesaat yang
cukup mengesankan, namun di dalam diri orang tersebut ada sikap tidak
baik yang berusaha ia tutupi dari orang lain. Ibarat seseorang yang
menjadi artis, dalam film ia begitu anggun, berjilbab, sopan, ramah, ya
begitu memikat hati, menjadi idola, dan kebanggaan banyak orang. Tapi
di luar film, dalam keseharian, banyak prilakunya yang jauh dari
tuntunan agama.

Dalam upaya mengenal kepribadian calon pasangan, jalan yang bisa
kita tempuh adalah: Pertama, dengan meminta petunjuk pada Allah melalui
shalat Istikharah dan shalat Hajat. Allah yang Maha Mengetahui akan
menunjukkan jalan dan memberikan ketenangan kepada hati terhadap
pilihan kita.


Kedua, dengan meminta tolong pada pihak terdekat dengan calon, seperti
kedua orang tuanya, saudara/inya, teman-temannya, dllnya. Atau dalam
istilah lain bermusyawarah dengan mereka tentang pribadi calon
tersebut. Menanyakan kesehariannya, kebiasaannya yang positif dan
negatif, prilakunya, wataknya, dan seterusnya. Sehingga itu menjadi
pertimbangan sebelum menjatuhkan pilihan.

Apabila kita sudah istikharah, hati merasa mantap, dan setelah
bermusyarah hati semakin yakin, insya Allah teruslah melangkah, itu
menjadi petunjuk bahwa pilihan tersebut adalah yang tepat dan sesuai
saat ini.

Walau nanti setelah berumah tangga akan ada masalah yang terjadi itu
adalah hal yang wajar. Karena ibarat kita mengarungi samudera yang
luas, tidak selamanya akan tenang, akan ada ombak yang akan mencoba
menggoncang bahtera rumah tangga. Sehingga setiap individu diharapkan
untuk tetap berpikiran jernih, berbaik sangka, dan tenang walau dalam
kondisi sesulit apapun.

Ketika terjadi konflik dalam rumah tangga, suami suka berkata kasar
dan menyakiti hati istri, ada dua faktor yang mungkin menjadi pemicu;
internal dan eksternal. Internalnya adalah istri, ia harus melakukan
introspeksi diri. Bagaimanapun juga hal itu harus dilakukan dengan
pikiran yang jernih dan keinginan yang jujur. Apakah selama ini
kata-kata dan sikapnya pernah melukai dan menyinggung hati suaminya.
Jika setelah diteliti hal itu tidak ia temukan, dan istri merasa yakin
bahwa sikapnya selama ini masih wajar dan tidak berlebihan, maka
pemicunya mungkin berasal dari eksternal, yaitu suami.
Sebagai seorang istri yang menginginkan kebaikan dan keutuhan rumah
tangga ia harus mencoba bertanya pada suaminya dengan tenang, sabar dan
lembut, melalui lisan (langsung) atau tulisan jika secara lisan tidak
memungkinkan. Apa yang menjadi penyebab sikap suaminya begitu kasar.
Apakah selama ini ia telah berlaku tidak baik, tidak sopan, dan tidak
menyenangkan. Apa saja sikapnya yang tidak disukai suami selama ini.
Jika suami mengatakan ada, dan ia menyebutkan, maka minta maaflah
padanya, dan berjanjilah untuk segera merubahnya.

Namun jika setelah ditanya secara jujur ia mengatakan tidak ada,
barangkali sang suami sedang menghadapi permasalahan, baik itu pribadi
atau dengan orang lain.

Untuk hal ini coba dengan baik-baik menanyakan pada suami. Dan utarakan
bahwa apa yang menjadi beban suami, juga menjadi bebannya, dan katakan
bahwa ia akan selalu siap, setia, dan membantu segala kesulitan
suaminya.

Bila suami enggan untuk memberi jawaban/bercerita, cari tahulah
orang terdekat dengannya, mungkin orang tua, saudara/i dan lainnya.
Orang yang ia segani dan ia dengar kata-katanya. Coba tanyakan pada
orang tersebut adakah suaminya bercerita tentang dirinya/rumah
tangganya atau permasalahannya, jika tidak ada, coba utarakan pada
orang terdekat itu kondisi yang kini tengah ia hadapi dengan suaminya
dan meminta tolong untuk menyelesaikan permasalahan itu. Baik secara
person atau mempertemukan kedua belah pihak untuk mendamaikan.

Dibawah ini ada kiat-kiat untuk meraih kasih sayang dan melunakkan hati suami :

1. Selalulah berdoa pada Allah agar diberikan ketabahan terhadap ujian
yang tengah menimpa rumah tangga, memohon pada Allah agar menjaga
keutuhan rumah tangga, meminta ampun atas dosa-dosanya dan dosa-dosa
suaminya, dan memberi petunjuk pada suaminya untuk merubah sikapnya.

2. Sekali-kali (jika sering sangat baik), bangunlah di malam hari
untuk berdoa pada Allah seusai shalat Tahajud, dan alangkah indahnya
ketika seorang istri berdoa di keheningan malam dengan deraian air mata
tulus di hadapan Allah, berdoa untuk keutuhan keluarga dan kebaikan
suaminya. Apalagi kalau hal itu tanpa ia sadari diketahui suaminya,
dengan izin Allah, suami akan terharu, meneteskan airmata, dan
menyadari kekeliruannya.

Sedikit cerita dari seorang teman saya dari Yaman. Kisahnya tidak jauh beda 
dengan  Rahma.


Sang istri tersebut selalu bangun tengah malam sendiri. Dalam shalat
dan doanya ia menangis panjang dan hal itu tanpa ia sadari diketahui
oleh suaminya. Suaminya terharu, ikut menangis, dan sejak saat itu
kehidupan rumah tangganya menjadi harmonis, sakinah dan penuh mawaddah.

3. Bagaimanapun kasar dan kerasnya perlakuan suami, cobalah untuk
tetap tenang, sabar dan tersenyum. Selalu memberikan perhatian tulus
dan pelayanan terbaik pada suami. Yakinlah bahwa Allah tidak akan
menyia-nyiakan kesabaran hamba-Nya. Dan yakinlah bahwa hati yang keras
suatu saat akan luluh juga dengan keistiqamahan kita dalam kebaikan.

4. Berilah selalu penghormatan yang tulus. Mudah tersenyum. Berikan
perhatian tulus pada suami, tanyakan apa keinginannya, lakukan apa yang
ia perintahkan, sambut mesra ketika ia pulang ke rumah, dan tanya
keadaannya.

Jika ia bekerja di luar rumah, secara rutin, teleponlah ia, tanyakan kabarnya, 
kesehatannya, sudah makan, sedang apa, dsbnya.

5. Jangan bosan untuk mengatakan, “Aku cinta padamu”, “Aku rindu
padamu kanda”, “Dinda sayang pada kanda.” Dan ungkapan-ungkapan mesra
lainnya.

6. Sekali-kali ajaklah ia berjalan-jalan/bertamasya, dalam
perjalanan itu katakanlah dengan tulus sambil menggenggam erat
tangannya, “Kanda aku sangat mencintaimu, seperti seorang bidadari
sorga yang mencintai suaminya”. “Kanda aku bahagia hidup bersamamu”,
dan kata-kata mesra lainnya.

7. Selalulah berhias di hadapannya, gunakan parfum yang ia sukai, ya
selalulah tampil anggun, bersih dan rapi ketika bergaul dengannya.
Buatlah diri selalu menarik di hadapannya, rawatlah selalu kesegaran
dan kecantikan wajah serta tubuh. Jika ia berada dirumah jadikan
hatinya paling senang jika berada di rumah, buatlah rumah senyaman
mungkin dengan tata ruang yang manis, rapi, dan indah menawan.

8. Sekali-kali candailah ia, ajak ia tertawa dan bawakan
cerita-cerita yang membuatnya tersenyum dan terhibur. Pujilah ia,
hargai pendapatnya dan berikan ia dorongan ketika ragu untuk melangkah
pada kebaikan. Semangati ia bahwa ia akan selalu ada disampingnya.

9. Jika ia salah dan keliru, mudahlah memberi maaf dan balaslah
dengan kebaikan. Jangan egois dan selalu mementingkan keinginan
sendiri. Terbukalah padanya, jangan menutup-nutupi sesuatu darinya .
Jangan langsung marah jika menemukan sesuatu yang tidak disukai
darinya. Tetapi ajaklah ia berdiskusi, dan mintalah saran, dan pendapat
darinya. Dan berilah pengertian kepadanya bahwa apa yang dilakukannya
akan berdampak buruk bagi keutuhan kehidupan berumah tangga.

10. Jika ia butuh bantuan, segeralah memenuhinya. Jadilah orang yang selalu 
perhatian terhadap kebutuhannya.


Dan sangat banyak hal lainnya yang bisa dilakukan. Tak lupa juga untuk
membaca kisah-kisah istri teladan yang telah mengharumkan sejarah.

Sebagai seorang hamba Allah kita harus tetap sabar, tenang, berbaik
sangka, optimis, dan yakin bahwa seberat apapun ujian dan kesulitan
yang menimpa seorang hamba, Allah juga telah menyiapkan jalan
keluarnya. Semua itu merupakan medan ujian guna meningkatkan kualitas
iman dan ladang amal untuk memanen pahala. Kita harus selalu percaya
bahwa Allah selalu beserta hamba-Nya yang sabar dan tawakal dalam
menjalani hidup dan selalu memohon pertolongan-Nya.


Semoga tulisan yang sederhana ini memberi manfaat buat kita semua, insya Allah.

Wallahu a`lam bish-showab.

Salam dari Kairo,

marif_assal...@yahoo.com 

http://marifassalman.multiply.com/

-------------------sumber : eramuslim.com

Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian 
itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]






[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke